19. Dev?👧

125 12 0
                                    

"Jadi lo bertiga beneran ke supermarket?" Zidan tertawa.

"Yaiyalah Dan, yakali kita bohong sama orang tua." Ninis ikut tertawa.

"Btw makasih atas pengertiannya."

"Eh Zidna mana?"

"Di kamarnya paling."

"Yaudah ah gue mau nyusulin Zidna." Ninis beranjak dari duduknya.

"Temenin gue ke rumah sakit."

"Siapa yang sakit?"

"Gue sakit Dan."

"Kenapa sih?"

"Kayaknya gue punya penyakit jantung Zha."

"Hah?" Zidan dan Gazha mengerutkan keningnya.

"Tiap deket Ninis, jantung gue berasa mau copot! Serius." Zidan dan Gazha monoyor Luis secara bersamaan lalu mereka bertiga tertawa.

***

"Pokoknya gue ngga mau pulang ke rumah!" Ninis menangis.

"Tenang dikit bisa gak sih. Lo kenapa?"

"Bunda gue Luis Bunda gue." Ninis mengguncang-guncangkan tubub Luis yang duduk disebelahnya.

"Bunda gue mau nikah lagi. Tadi telpon gue. Sedangkan Ayah gue sekarang ngga tau dimana keberadaannya, ngga tau masih hidup nggak." Ninis makin sesenggukkan. Zidna mengusap punggung Ninis.

"Cobaan hidup gue kenapa berat banget!" Hanya Zidna dan Luis yang tahu selain Mamanya Ninis ingin menikah lagi, tentu Ninis masih sakit hati karena Zidan sudah punya pacar!

"Udah, udah jangan sedih, gue punya kabar gembira!" Ninis mencoba menghentikan tangisnya.

"Gue punya pacar! Gue nggak jomblo lagi! Yey!" Zidan bersorak gembira. Ah tidak tahu kah Zidan bahwa Ninis cemburu, bukannya berhenti menangis justru Ninis makin histeris. Gazha menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ya ia bingung dengan keadaan.

"Gimana kalo kita ke rumah sakit? Temenin gue nengokin Nadine ya? Habis itu kita ke Mall atau kemana deh." Ajak Gazha pada keempat temannya.

"Gue nggak bisa, gue mau ngedate." Semua menatap Zidan sinis.

"Jadi lo lebih mentingin pacar dari pada temen-temen lo?" Ucapan Zidna membuat Zidan bungkam.

"Iya-iya gue ikut!"

***

"Hai Nadine! Aku bawa teman-teman aku nih!" Gazha mengelus pelan rambut Nadine.

"Ada Zidna, ada Zidan kembarannya Zidna, ada Ninis sahabatnya Zidna, dan ada Luis kembarannya Lucky."

"Kamu nggak capek tidur terus?"

"Ayo dong bangun! Kamu gak kangen sama aku?"

"Rencananya habis ini aku sama mereka mau ke Mall, kamu mau ikut? Nanti aku beliin es krim deh." Tidak ada jawaban, hanya ada suara mesin pendeteksi jantung.

"Cepet sembuh sayang!" Gazha mengacak pelan rambut Nadine.

"Ternyata Nadine mirip Zidna." Gazha tersenyum mendengar ucapan Ninis.

"Na, Dan, jangan-jangan lo berdua kembar tiga deh? Yang satunya Nadine?" Ninis terkekeh.

"Ngaco lo." Sinis Zidan, Ninis tahu Zidan sedang tidak mood karena acaranya ngedate nya gagal, jadi Ninis memakhlumi Zidan.

"Hai Nadine! Kenalin gue Ninis, cepat sembuh ya! Lo pasti senang kenal sama gue!" Sapa Ninis ramah.
Setelah selesai menjenguk Nadine, mereka melanjutkan perjalanannya menuju Mall.

"Lo bisa ajak pacar lo kalo lo mau. Sekalian kita nonton bioskop bareng." Ucap Gazha yang sedang menyetir pada Zidan yang duduk disebelahnya.

"Nggak. Nanti dia dikacangin kasian."

"Emang siapa yang mau ngacangin pacar lo? Udah ajak aja, telpon cepetan!"

***

Gazha sedang mengantre membeli tiket bersama Ninis, sedangkan yang lain duduk, menunggu.

Perempuan bertubuh mungil, berambut sepunggung, memakai celana jeans biru dengan atasan sweter berwarna pink menghampiri Zidan yang sedang duduk. Terlihat dari wajahnya menunjukkan bahwa ia sedang gugup.

"Kak." Panggilnya pada Zidan.

"Eh Dev."

"Maaf lama."

"Engga kok. Oh iya Dev kenalin yang duduk diujung Luis, kalo yang ini lo pasti tahu kan?" Luis melambaikan tangannya, Zidan menyenggol tangan Zidna.

"Kak Zidna? Kembaran kakak?" Zidan mengangguk. Gazha dan Ninis datang.

"Dev kenalin, ini Ninis, sahabat gue, dan itu Gazha."

"Hai kakak kakak, aku Devina." Devina tersenyum canggung.

"Devina anak kelas 10 Bahasa bukan?"

"Kok kakak tau?"

"Apasih yang nggak gue tau?" Ninis tersenyum pada Devina.

"Yuk masuk, filmnya bentar lagi mulai." Kelima orang itu mengikuti Gazha masuk ke dalam studio bioskop.

***

Zidna ✔ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang