Waktu makin berlalu, hari demi hari, waktu demi waktu Zidna lewati. Tiga hari lagi Papanya menikah. Tetapi ia dan Zidan masih perang dingin, Zidan enggan meminta maaf dan Zidna juga enggan meminta maaf, karena jelas bukan Zidna yang salah.
Disekolah juga Zidna dan Zidan enggan untuk saling menatap, mereka saling membuang muka. Zidan makin jarang terlihat di rumah, ia selalu pergi, terkadang dini hari baru datang, diam-diam Zidna mematai Zidan melalui Devina, Devina bilang juga ia makin jarang bersama Zidan, ya hanya disekolah saja.
Seperti saat ini Zidan melewati Papanya dan Zidna yang sedang bersantai di ruang keluarga.
"Mau kemana kamu Zidan?"
"Bukan urusan Papa!"
"Jelas urusan Papa! Kamu anak Papa!" Zidan tidak meladeni Papanya.
"Zidna pamit Pa."
"Hati-hati. Luis sudah diluar?" Zidna mengangguk lalu keluar rumahnya. Luis datang membawa motor.
"Maaf tadi gue ngumpet dulu, takut ketahuan Zidan."
"Iya yuk cepetan!" Mereka berdua mengikuti Zidan.
Setelah 30 menit diperjalanan, akhirnya Zidan sampai ditempat tujuannya, Zidna menatap Zidan dari jauh, rasanya ia ingin menangis melihat Zidan."Zidan ngapain sama mereka?" Tanya Zidna pada Luis.
"Gue nggak tau dia ngapain disitu, tapi gue tau tempat ini, ini tempat balapan liar, gue juga dulu sering kesini."
"B-balapan liar?"
"Iya Zidna."
"Maksud lo Zidan balapan liar?"
"Belum tentu juga, siapa tau dia cuma nongkrong disitu. Kita awasin aja dari sini." Zidna hanya mengangguk pelan.
Mata Zidna hampir keluar ketika melihat motor Zidan berada di garis start bersama dua orang lainnya.
Tanpa bicara pada Luis, Zidna langsung berlari dan berdiri tiga meter di depan motor Zidan sambil merentangkan tangannya.
"STOP ZIDAN!" Teriak Zidna. Kini Zidna menjadi pusat perhatian.
"ZIDNA NGAPAIN LO DISINI!"
"JEMPUT LO!"
"LO TUH GILA YA!? MINGGIR GAK?"
"GUE GAK AKAN MINGGIR!"
"YAUDAH GUE TABRAK!"
"TABRAK AJA!" Setelah Zidan mendapat aba-aba Zidan langsung melajukan motornya, Zidna juga tidak main-main dengan ucapannya, bahwa ia tidak mau minggir.
"ZIDNA!" Luis terlambat, motor yang dikendarai Zidan sudah menabrak Zidna, hingga Zidna terpental dan tidak sadarkan diri. Zidan langsung turun dari motornya, masa bodo dengan balapan.
"Lo tuh tega banget sih! Zidna itu adik lo Zidan!" Rasanya Luis ingin sekali menendang Zidan.
"Kok lo nyalahin gue! Gue kira Zidna bakal minggir, dia nya aja nyari celaka."
"Cepet bantu gue bawa Zidna ke rumah sakit! Terus lo hubungin tuh bokap lo!"
***
Zidna membuka matanya perlahan, dimana ia sekarang? Seingatnya tadi ia mengikuti Zidan bersama Luis dan? Ya Zidna ingat Zidan menabraknya.
"Zidna."
"Pa."
"Masih ada yang sakit?"
"Ngga. Luis mana?"
"Luis Papa suruh pulang. Besok dia sekolah kan? Luis udah cerita ke Papa. Maafkan Zidan ya."
"Zidna yang salah Pa, harusnya Zidna minggir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Zidna ✔ (Completed)
Подростковая литератураCover by @marscaprico Tentang perjalanan hidup Zidna Marella🌸 "Jangan lupa bahagia ya?" "Dingin." "Iya dingin kayak lo." "Langitnya indah ya Na, kayak lo." "Hati manusia itu seperti laut," "Tidak ada yang tahu isinya." "Na teriak yuk!" "Biar apa?" ...