23. Pertemuan😮

102 13 0
                                    

"Heran deh gue, kenapa coba si Gazha nggak masuk? Nggak kirim surat juga, nomernya tadi gue telpon nggak aktif loh Na." Ninis menelungkupkan kepalanya di meja kantin.

"Mungkin sakit."

"Masa sih? Gue yang kemarin hujan-hujanan aja biasa aja. Luis juga ngilang kemana ya? Kok gue jadi ngerasa sepi ya?"

"Napa lo nyariin gue? Kangen?" Tiba-tiba Luis duduk disebelah Ninis.

"Untung gue udah kebal sama siluman macem lo yang dateng tiba-tiba, jadi nggak kaget kan? Hebat kan gue?"

"Oh jadi udah terbiasa?"

"Terbiasa apanya sih! Nggak nyambung!"

"Yaudah biasa aja kali."

"Yaudah gue juga lagi males ngomong sama lo."

"Eh Na? Gazha mana?" Zidna hanya mendedikan bahunya.

"Lo berdua nggak makan?"

"Nggak laper." Jawab Zidna dan Ninis bersamaan.

"Kayaknya Ninis sama Zidna lagi pms." Gumam Luis.

***

Zidna menyenderkan kepalanya di kursi halte, sudah 20 menit ia menunggu sang Papa yang akan menjemputnya.

Zidan pulang bersama pacarnya, Ninis sudah dijemput Bundanya, sedangkan Luis entah Zidna tidak tahu ia dimana dan pulang dengan siapa, benar kata Ninis, Luis itu terkadang misterius.

Suara klakson mobil membuyarkan lamunan Zidna, Zidna segera memasuki mobil Papanya.

"Kenapa nggak pulang sama Zidan?"

"Zidan sama pacarnya."

"Nanti Papa marahi Zidan."

"Nggak usah Pa."

"Zidna belum makan kan? Kita makan dulu ya?" Zidna hanya menganggukkan kepalanya.

Mobil Papanya kini terpakir di restoran yang tak jauh dari sekolah Zidna. Padahal Zidna sedang tidak mood untuk makan, tetapi ia lebih memilih menghargai Papanya.

"Zidna mau pesan apa?"

"Sama kayak Papa."

"Oke." Papanya memanggil pelayan restoran.
Selama menunggu makanan datang Zidna hanya melamun.

"Zidna." Panggil Papanya.

"Kenapa Pa?"

"Punya Mama baru mau nggak?" Tanya Papanya hati-hati.

"Maksud Papa? Papa mau nikah lagi?"

"Iya, tapi kalo Zidna ngelarang juga ya nggak apa-apa. Papa nggak maksa Zidna."

"Zidna bakal ngedukung apapun yang Papa lakuin asalkan itu bikin Papa bahagia, Zidna juga bahagia. Zidna tahu pilihan Papa nggak akan salah." Zidna tersenyum, Papanya ikut tersenyum.

"Kamu memang anak yang dewasa. Tapi, Zidan pasti nggak akan setuju."

"Papa bujuk Zidan pelan-pelan."

"Zidna kamu tahu sendiri, Zidan itu sedikit egois sama seperti Papa."

"Jangan pesimis Pa, kan belum dicoba lagi."

"Oh ya, nanti malam Zidna ketemu ya sama calon istri Papa, mau kan?"

"Iya."

"Tolong bantu Papa bujuk Zidan."

"Iya Pa."

"Makasih udah mau jadi anak yang baik. Papa bangga sama kamu."

***

Zidna ✔ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang