●●●"Tungguin, pabo!!."
Didepan pintu menjulang tinggi, lebih tepatnya dipekarangan rumah yang sangat Luas terlihat asri dan nyaman. Terdapat dua gadis bergaduh didepan pintu rumah tersebut.
Tergopoh gopoh gadis berambut coklat kehitaman dengan rok ketatnya menghentikan gadis satunya yang hendak mengetuk pintu tersebut. Sedikit dorongan agar gadis itu mundur, dengan sengaja ia menghalangi pintu itu dan berhadapan dengan wajah cantik sahabatnya yang nampak kebingungan dengan kelakuanya.
"Tunggu dulu." Katanya menyentuh pundak gadis berjaket kulit hitam itu.
Lea memutar bola matanya. "Apalagi sih!! Gue mau masuk kedalem kangen bonyok sama adek bontot gue."
Bergerak gelisah, senyum kikuk terpasang dibibir Karin. "Iya tapi tunggu dulu. Berhenti dikit kek!! Lo gak capek apa habis muter muter bandara, lalu berdiri disini."
"Ya capek cantik!!. Tapi dengan lo yang kayak gini malah bikin gue makin capek." Ucap Lea disetiap penekananya.
Perdebatan dimulai. Karin berhasil mengalihkan perhatian Lea. Dalam hati ia tertawa menyadari kebodohan Lea yang mudah dialihkan sejak dulu.
Pandangan Lea teralihkan saat suara mesin mobil pengangkut barang berhenti dipekarangan rumahnya. Ia melangkah mendekat. Dan ternyata itu adalah pengirim barangnya-oleh oleh yang ia beli dari brazil.
Dari depan pintu Karin melihat Lea yang nampak sibuk berbincang dengan sang supir dan bawahanya. Wahh kesempatan bagus!!. Matanya berbinar. Ia segera masuk kerumah itu dan menutup pintunya. Ia menoleh saat terdapat banyak pemilik rumah yang sudah siap.
Dengan wajah ditekuk Lea menyeret dua kopernya sekaligus kedalam rumah. Sementara satunya lagi sudah dibawah sahabat abnormalnya itu. Tadi saja katanya ia akan membawa dua kopernya. Dan bagian dirinya cuma satu. Tapi apa sekarang? Sahabat kurang ajar. Tidak tau apa sekaran ia sedang mode jetlag.
Ceklek.
Rumahnya nampak sepi. Lalu ia membuka pintu rumahnya lebar lebar guna mempersilahkan pengangkut barang tadi memindahkan barang- oleh olehnya kedalam rumahnya. Setelah mereka selesai Lea mengucapkan terimakasih setelah memberikan uang jasa pengiriman.
Setelah menutup pintu ia berbalik menatap tumpukan kardus. Yang berisi oleh oleh yang sengaja ia beli berlusin lusin.
Dengan lelah ia menyeret kakinya kesofa lalu menjatuhkan badanya. Lelah. Mengedarkan pandanganya mencari orang rumah. Tapi tampak sepi!! Dilihatnya dari tempat duduknya, dekorasinya masih sama, namun sedikit perbedaan dengan barang barang hiasan seperti guci, vas bunga, almari dan teman temannya.
"BUNDAAA AYAHHH LEA PULAAANGG!!" Bahkan teriakan mengemanya seperti angin lalu tidak ada yang merespon sama sekali.
Dilihatnya jam dinding yang besar menjulang tinggi berdiri dengan kakinya. Sekarang sudah jam sembilan siang. Namun langit sepertinya tak mendukung hingga terlihat seperti sore. Redup.
Tiba tiba ia tersentak saat lampu rumahnya padam. Cahayanya remang remang melalui jendela kaca di rumahnya yang tertutup gorden coklat kehitaman.
Ia langsung berdiri. "Ini kenapa tiba tiba padam? Gak seperti biasanya."
Terdengar jeritan di dalam rumah yang dibatasi dinding diruang tamu menjadi perhatianya. Dengan tergesah gesah ia berlari kedalam rumah dan mengedarkan pandanganya. Lalu terdengar bunyi pecahan dari ruang tamu. Bahunya menyeluruh, ia takut sekaligus panik!! Dimana semua orang?
Langkah kakinya melebar keruang tamu saat sudah disana tubuhnya membeku menatap nanar orang orang didepanya. Ada Ayah, Bunda, Dimas, Karin dan Mang dudung yang tersenyum Lebar kearahnya. Saat lampu menyala ia dapat melihat spanduk besar bertuliskan. 'WELCOME BACK TO HOME. RANINDIYA MIKELEA WILLSON'
KAMU SEDANG MEMBACA
The Past (SELESAI)
Teen FictionThe Wattys Awards 2019 - PROSES EDITING!!! Judul Lama- About Feeling 🗝karena ini berkaitan tentang dengan orang dari masalalu Hanya sebuah cerita Klasik. Yang menceritakan tentang berjalanya hubungan dua remaja. Yang terjebak dalam sebuah perasaan...