Helo-helo, happy reading Semuanya!***
Risa mendengus kesal pagi ini, bagaimana tidak? tugas sebanyak ini sama sekali belum dia kerjakan, padahal tadi malam dia sangat senggang waktunya.Seingatnya tidak ada tugas untuk hari ini. Tapi nyatanya pagi ini dia sudah berkutat dengan pulpen dan bukunya, tangannya sesekali membolak balik buku tebal dihadapannya. Dia harus mengejar waktu sebelum guru fisika datang.
"Duhh..5 menit lagi pelajaran mulai, gimana nih?" Dia menggigit jarinya tangan satunya sambil tangan kanannya terus mencoret kertas dibukunya.
"Sa! Waah...lo rajin banget pagi-pagi udah belajar, gue ikut dong!" Seru Kesa dari pintu dan menghampiri Risa.
"Husshh...brisik! Sono jangan ganggu gue, lagi fokus ini!" tangannya mengibas-ngibas ke arah Kesa, berniat mengusirnya.
"Ehh...tapi tumben lo berangkat pagi?"
"Sori, gini-gini gue butuh perjuangan banget tau nggak buat berangkat pagi." jelas Risa menghentikan aksinya mengerjakan tugasnya.
Memang, Risa hari ini tidak lagi dihukum. pasalnya dia berangkat pagi, entah dapat dorongan dari mana. Dan inilah untungnya dia berangkat pagi, kan masih ada waktu untuk mengerjakan tugasnya. Ya, walaupun dia yakin tidak akan selesai dalam waktu sesingkat ini.
"Liat dong! Tugas apaan, sih?" Tangannya mengambil alih buku Risa.
"Gila! Lo belum ngerjain?! wah siap- siap lo disuruh ngerjain di perpus!" ucap Kesa saat melihat buku Risa yang masih bersih hanya ada coretan pulpen. Itupun belum sepenuhnya satu kertas penuh.
"Terus gimana dong?" Tanyanya menggaruk kepalanya sendiri. "Oh ya, pinjem punya lo dong." seperti anak kecil minta mainan, Risa mengedipkan mata beberapa kali.
"Nggak pegel tuh mata ngedip mulu?" Sindir Kesa.
"Pinjem dong Kes, pinjem doang, gue balikin sumpah deh!" Tangannya membentuk huruf V.
"Nggak! Kan kemarin lo bilang itu yang terakhir." ucapnya melipat lengan di dada. Memang Risa sudah sering menyontek jawaban Kesa dan kemarin yang terakhir. Bahkan Risa sendiri yang bilang seperti itu.
"Nggak berperisetiakawanan lo!"
"Nggak bisa! Gue berperisetiakawanan, buktinya gue nyontekin lo kemarin." kedua alis kesa naik turun. Sedangkan Risa hanya pasrah, dia merutuki ucapannya kemarin.
Guru yang biasa disapa bu Juju, memasuki kelas, yang tadinya ramai menjadi diam tak bergutik. Hanya ada suara hentakan sepatu bu Juju yang memenuhi ruangan kelas. Risa yang mengetahui itu langsung memasukan bukunya ke laci asal-asalan.
"Tak tok tak tok!" Itu suara Rezky. Cowok yang menjabat sebagai wakil ketua kelas di kelas ini. Dia menirukan suatu sepatu Bu Juju yang seirama dengan langkah bu juju yang sedang berjalan dari pintu masuk ke meja guru.
"Eh, Rez. diem lo!" Tegur Alza. selaku ketua kelas. Yang ditegur hanya cengar-cengir tak jelas.
"Habisnya tu sepatu kayak sepatu kuda aja. tuk tik tak tik tu-" belum sempat melanjutkan nyanyiannya, Bu Juju sudah terlebih dulu menegurnya.
"Rezky! Bicara apa kamu?!" Tanya Bu Juju yang sudah duduk manis dibangkunya.
"Hehehe...nggak bu. Bu, saya mau nanya boleh?" Tangan kanannya diangkat satu. Wajahnya menyengir.
"Saya belum mulai pelajaran. jadi nggak ada tanya jawab!" tegas Bu Juju.
"Bukan itu Bu, sepatu Bu Juju namanya apasih? unik banget." tanyanya sambil mengamati sepatu yang guru itu pakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silence
Teen FictionDua orang yang tak pernah saling menyapa. Diam, bukan berarti tak mungkin memiliki perasaan antara keduanya kan? ___ penasaran bisa lanjut baca, oke? @di_orvie _2019