Happy reading....***
Suasana nyaman terasa sekali dengan keheningan yang menemani kali ini.
Dua orang yang sedang duduk di salah satu meja perpustakaan bagian samping jendela yang langsung mengarah keluar lapangan basket. Mereka sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Yang satu fokus mengerjakan tugas dengan buku-buku tebal dihadapannya, dan yang satu diam menatap ke arah layar ponselnya. Sesekali melirik ke arah lapangan basket, disana nampak beberapa siswa sedang mempermainkan bola berwarna orange itu.
"Susah baget, mending lari keliling lapangan daripada ngerjain kayak gini." gerutu Risa.
Tangannya mengusap wajahnya kasar, lalu menyenderkan punggungnya di punggung kursi dengan wajah menengadah ke atas, kedua matanya terpejam. Sudah hampir setengah jam dia disini, berkutat dengan buku yang super tebal dan menyebalkan itu.
Ryan menoleh ke samping dimana Risa sedang memejamkan matanya dan bersender dipunggung kursi yang di dudukinya. Dahinya mengerut bingung menatap gadis itu. Sebegitu susahnya apa soal yang bu Juju berikan sampai-sampai Risa frustasi seperti itu?
Setahunya, Risa cerdas dan Ryan yakin itu mudah bagi Risa.
Ryan berjalan ke arah Risa. Karena walaupun mereka satu meja, akan tetapi mereka duduk berjauhan berlawan arah.
Cowok itu menarik bangku di samping Risa membuat gadis itu kaget dengan orang yang tiba-tiba duduk disebelahnya."Biar gue bantu." Ucap Ryan sambil menarik buku-buku tebal itu mendekat ke arahnya. Risa hanya mengangguk sebagai respon.
Tak ada pilihan lain, waktunya tinggal 15 menit lagi. Tidak mungkin dia mencari jawaban dari buku-buku tebal itu. Terlalu sedikit waktu yang terisa untuknya membolak-balik setiap lembaran buku itu.
'Pantesan lama, orang materinya aja belum diajarin sama bu Juju. Pasti soal tambahan' batinnya mengatakan seperti itu. Memang materi itu belum Bu Juju sampaikan bahkan di kelasnya pun belum.
Ryan mengambil alih pulpen di tangan Risa. Tangan satunya sibuk mencari jawaban di internet. Bukan Ryan tidak mau terlalu lama menemani Risa di tempat ini. Tapi dia juga memikirkan latihan basketnya. Dia berfikir jika tugas yang diberikan guru itu kepada Risa cepat selesai, maka dirinya juga lebih cepat mengejar waktu latihan basketnya. Dan yang paling utama dia bebas dari perintah Bu Juju.
10 menit kemudian.
"Selesai!" ucap Ryan meletakan pulpen itu diatas meja.
Risa tak percaya, matanya melihat betul-betul buku tugasnya yang sudah penuh dengan tulisan miliknya dan milik Ryan.
"Tinggal serahin ke Bu Juju. Waktunya tinggal 5 menit lagi" ujarnya menarik pergelangan tangan Risa.
Risa tersentak kaget dengan perlakuan Ryan barusan.
Apa dia mimpi?
Ryan menggandeng tangannya?
Rasanya Risa tak percaya. Jangankan bergandengan seperti ini, biacara saja jarang. Tapi Risa tetap bersikap biasa aja seperti tidak terjadi apapun, padahal jantungnya berdetak tak karuan.
Bisa di bilang ini adalah interaksi pertama nya dengan Ryan. Sebelumnya mereka tidak pernah seperti ini.
Keduanya sampai di depan kelas Risa.
"Tinggal serahin tugasnya dan tugas gue udah selesai. Kalo gitu gue pergi." Tangan Ryan melepas genggaman tangan Risa dan berjalan meninggalkan gadis itu yang masih berdiri tepat di depan kelasnya.
"Oh ya, yang tadi maaf." Ujar Ryan memutar badanya 180 derajat ke arah Risa. Jarak mereka juga tidak terlalu jauh karena Ryan baru saja berjalan beberapa langkah dari posisi Risa sekarang.
Risa diam tak menyahut ucapan Ryan tadi. Bukannya Risa takut atau apa, diajak bicara murid yang notabenya ketua OSIS disekolahnya sendiri rasanya sulit sekali, Risa tidak tahu kenapa. Bahkan mengucapkan sesuatu sekedar terimakasih pun tidak.
"Assalamualaikum, bu. Saya sudah selesai mengerjakan tugasnya." ucap Risa setelah sampai didepan Bu Juju.
"Wa'alaikumsalam, tumben cepet." heran Bu Juju seraya menatap Risa lamat-lamat dibalik kacamatanya.
"Seharusnya, ibu seneng liat muridnya mengerjakan soal sampai selesai kurang dari waktu yang udah ibu berikan. Ya, nggak bu?" kedua laisnya naik turun ke arah ibu gurunya itu.
"Siapa bilang ibu seneng punya murid kayak kamu. Udah nggak ngumpulin tugas, berangkatnya siang, selalu dihukum. Risa...Risa." tuturnya geleng geleng kepala. "pusing ibu ngadepin kamu."
"Loh, kok pusing bu? Bersyukur tau bu, hari ini Risa nggak berangkat siang kok, malah berangkat pagi, terus nggak dihukum lagi." ujarnya yang mendapat plototan dari Bu Juju. Langsung saja Risa melangkah kembali ke bangkunya sebelum terkena semprotan lagi.
"Gila! Lo cepet banget." Kesa yang tadinya diam tak bersuara kini menatap temannya itu lekat-lekat sambil memicingkan matanya.
"Kenapa? Bagus dong cepet."
"Nggak! nggak! nggak percaya gue. Waktu setipis itu lo bisa ngerjain itu semua? sendiri lagi." Kesa geleng- geleng kepala tak percaya dengan teman sebangkunya itu.
"Terserah lo aja, percaya atau nggak. Yang penting tugas gue udah selesai." Risa mengalihkan padangannya ke arah depan.
"Hm...meragukan!" Kesa mengetuk- ngetuk dagunya sendiri dengan jari telunjuknya.
------
Sudah hampi 5 menit dia disini, menunggu Kesa dan teman-temannya itu. Tapi yang ditunggu belum sama sekali menampakan batang hidungnya.
Tak berselang lama, Risa tersenyum lega saat matanya menangkap segerombol teman-temannya yang berjalan ke arahnya kini, yap kantin.
"Lama banget, Kes?" tanya Risa memandang temannya kini yang sudah sampai di depannya dan bersiap duduk.
"Sorry, tuh temen lo bikin lama aja!" ketus Kesa menatap Kiya. Sedangkan yang ditatap mengerutkan keningnya.
"Siapa? Gue?" Jari telunjuknya menunjuk dirinya sendiri.
"Kalo bukan lo siapa yang duduk di ujung situ? Hah?" Jawab Kesa memutar bola mata malas.
"Enak aja!" Elak Kiya.
"Terserah lo dah!" ucap Kesa finish. malas berdebat dengan Kiya yang tidak akan ada ujungnya.
"Kiya ngapain?" tanya Risa bingung melihat perdebatan kedua temannya itu.
"Itu si Iqbal, kayak nggak tau aja lo yang namanya Kiya kalo udah ketemu Iqbal, ya nggak bakal diem. Maunya ngikutin terus si Iqbal itu sampe ilang di ruang OSIS." bukan Kesa yang jawab melainkan Caca yang sedari tadi diam.
"Oh Iqbal, kirain apa." sahut Risa lirih. Dia tak tertarik dengan topik yang dibicarakan temannya ini.
"Salah gue apa coba? Kayak nggak pernah nge-fan aja lo sama seseorang!" Jawab Kiya dengan wajahnya yang sudah merah padam menahan emosi karena ucapan Caca dan Kesa tadi.
"B E R I S I K!" Tungkas Risa final. Benar-benar merusak mood makannya sekarang.
____Gimana-gimana? Suka gak? Kalo suka vote ya, kalo gak juga gak papa kok:)
Oke, sampai disini!
See you!!Salam,
Author.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silence
Teen FictionDua orang yang tak pernah saling menyapa. Diam, bukan berarti tak mungkin memiliki perasaan antara keduanya kan? ___ penasaran bisa lanjut baca, oke? @di_orvie _2019