31- Terbongkar.

47 8 1
                                    

Selamat membaca...
Jangan lupa tinggalin jejak ya:)
***

Saat pertama kali Risa masuk ke ruangan ini, gadis itu sudah di suguhkan pemandangan-dimana Nessha, kakaknya, dan seorang...cowok duduk menghadap Bu Lusi.

Ryan melepas genggaman tangannya dengan Risa. Saat ingin mengundurkan diri berbalik, Bu Lusi memintanya untuk tetap di ruangan.

Keduanya duduk bersebrangan dengan kedua kakak kelasnya itu, setelah Bu Lusi mempersilahkannya. Ryan tersentak kaget setelah melihat siapa cowok yang berada di samping Nessha, dia..Kevan? Kenapa kakaknya itu disini? Bersama Neshha?

Mata Neshha dan Risa bertemu, jelas sekali kakaknya itu memandangnya tidak suka.

Suara deheman Bu Lusi menghentikan aksi tatapan keduanya.
"Begini," guru itu terlihat menatap ke empat murid yang sekarang berhadapan dengannya sekarang. "Ibu tau, kalian ini...saudara, kan?"

Mata Kevan menatap guru didepannya jengah. Dia paling tidak suka jika membahasa tentang saudara ataupun tentang keluarganya di sini.

"Dan kamu Ryan, maaf. Ibu tadi tidak bilang. Ibu takut teman kamu tadi tau yang sebenarnya." Ryan baru ingat, dia baru menyadari jika tadi, saat Bu Lusi memanggilnya dia sedang bersama Dean.

Ryan mengangguk mengerti. Matanya melirik Risa, gadis itu diam. Memainkan jemarinya, sesekali dia menghela napas gusar. Seperti....takut.

"Bu, maaf. Bisa langsung ke intinya saja? Sebenarnya ada apa?" Bukan tanpa alasan Neshha bertanya seperti itu. Tapi dia terlalu muak dengan semuanya ini. Apalagi harus ada Risa. Kenapa? Dan cowok di sebelahnya ini juga...kelihatannya sangat tidak suka dengan situasi seperti ini.

"Sebenarnnya bukan saya yang memiliki urusan dengan kalian, tapi pemilik yayasan sekolah ini."

Mata Ryan dan Kevan bertemu, keduanya bertatapan saling melempar tanya. Untuk apa mama nya kesini? Memanggil keduanya dan juga Risa dan kakaknya?

"Mama?" lirih Ryan.

"Nah! Itu beliau."

Bu Lusi nampak tersenyum menyambut seseorang yang barusan saja masuk. Lalu, wanita paruh baya itu duduk di tempat di mana Bu Lusi duduk tadi, setelah guru itu berpamitan keluar ruangan.

"Ma," Ryan menyalami, diikuti Risa dan juga...Nessha dan Kevan.

Mama duduk. Menatap ke empat murid di depannya ini.
"Sebelumnya maaf, sudah mengganggu waktu kalian."

"Langsung ke intinya saja. Pertama, maaf. Ibu benar-benar minta maaf karena harus menyampaikan ini sekarang. Untuk...Risa dan Nessha. Kamu Nessha, kan?"

Nessha mengangguk. Dia kembali menatap Risa sekilas. Masih bingung. Sebenarnya ada apa? Sampai-sampai pemilik Yayasan sekolah ini memanggilnya.

"Saya sudah tahu tentang mama kalian. Semuanya."

Mata Risa sontak menatap wanita itu. Ingin mengatakan sesuatu, namun tak tahu apa. Dia harap, ada sedikit celah untuk mengetahui tentang mamanya. Walau tidak tahu akhir ceritanya bagaimana.

"Ibu...tau mama saya?" Tanya Nessha kaget. Dia menatap Risa yang sekarang sudah hampir meneteskan air matanya. Ada pancaran kebahagian dari wajah Risa.

"Bu," Risa tak bisa menahan air matanya lagi. Dia menangis. Bahagia, akhirnya dia akan segera tahu dimana mama nya berada.

"Ini," ujarnya, meletakan sebuah kota di atas meja. "Ibu ingat, saat dulu ada yang mengirimkan kotak ini. Mungkin ini sudah lama, karena ibu pikir, itu hanya kotak berisi surat biasa. Soalnya tidak ada nama pengirim di kotak yang di dalamnya ternyata berisi sebuah surat dari mama kalian."

SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang