14- Colourfun.

89 16 0
                                    

selamat membaca....

***
Lapangan sudah ramai, beberapa anak membentuk kerumunan lengkap dengan kaus putih yang mereka padukan dengan bawahan abu-abu.

Risa baru saja kembali ke kelas, disampingnya ada Kesa dan kedua teman lainnya. Mereka sama-sama bersiap setelah Berjam-jam berkutat dengan alat lukis. Kali ini mereka ikut merayakan acara yang di nantikan pada perayaan kali ini, colourfun.

Selesai bersiap, Risa dan Kesa akan segera ke tempat dimana colourfun di adakan, yaitu di lapangan. Sedangkan kedua temannya tadi sudah lebih dulu kesana. Bagi Risa ini sama sekali tidak menarik, dia tidak suka keramaian. Berdesak-desakan dan juga ribet.

"Satu! Dua! Tig-"

"Iya -iya! gue ikut!" final Risa akhirnya.

Dia memang tidak ingin mengikuti acara seperti itu, dan tadi dirinya hanya duduk-duduk saja selagi menunggu Kesa bersiap. Tapi sekarang Kesa memaksanya, dengan cara menghitung sampai tiga, jika dirinya tidak ikut, temannya itu mengancam tidak akan memberi tumpangan untuknya pulang sekolah nanti. Yah...dari pada dirinya tidak pulang nanti? Jadi bisa apa dia.

"Segampang itu gue ngancem lo, hehee.." Kesa menyengir. Membuat Risa menatapnya malas.

"Ya kalo bukan lo siapa lagi yang mau anterin gue pulang!" Risa mengerucutkan bibirnya, kesal juga dia.

"Siap-siap! Gue bakal anterin lo kok. Tenang aja!" Kesa tersenyum manis ke arah temannya ini.

"Bilang aja gak berani ke lapangan sendiri. Ya kan?" Cibir Risa. Membuat Kesa menghela napas kasar.

Bukan itu yang membuat Kesa menyuruh Risa ikut. Kesa tau dari awal kalau temannya ini sama sekali tidak suka keramaian. Risa juga tak mudah kenal sama orang, apalagi sifat nya yang cuek dan bodoamat. Maka dari itu dia membujuk Risa agar mengikuti colourfun ini, walaupun sedikit ada ancaman yang dia lakukan.

Setidaknya, Risa bisa merasakan keramaian sekaligus hiburan yang tidak perlu menggunakn waktunya di jam luar sekolah. Jadi, simpel aja niat awal Kesa ini ingin membuat temannya yang satu ini lebih membuka diri dan mengenal lingkungan.

"Eh, Kiya! Caca!" Kesa melambaikan tangannya ke udara. Dua detik kemudian dua orang itu menoleh, lalu kembali membalas dengan lambaian tangan juga.

"Balik aja deh gue ke kelas, males gue ngeliat kaya gini."

Keduanya sudah berada di ujung lapangan paling kiri, dan acara juga sudah dimulai. Suara tawa dan dentuman lagu yang di bawakan band musik sekolah beradu membuat siapa saja yang berbicara harus mengeraskan suaranya.

Seperti sekarang, Kesa sama sekali tak menggubrisnya. Dia malah asik menikmati acara ini seraya bergabung dengan beberapa murid yang tak jauh dari Risa berdiri. Bahkan kaus putih yang di pakai Kesa sudah berubah menjadi berbagai campuran warna. Tidak hanya Kesa, tapi semua temannya juga. Bahkan ada yang lebih parah sampai rambut mereka juga berubah warna.

"Sa, ayo gabung!"
"Sa, sini!"
"Gabung bareng kita yuk!"

Beberapa kali Risa menggeleng tatkala beberapa temannya menawarinya untuk bergabung bersama mereka.

Sepertinya, niat awal Kesa tadi kurang berhasil. Lihatlah, Risa sama sekali tak beranjak dari tempatnya berdiri. Bahkan dia lebih memilih bersidekap sambil sesekali menatap kerumunan orang dihadapannya. Tidak ada raut penasaran atau ingin mencoba bergabung dalam diri Risa.

Kesa menghela napas, lalu menggeleng. Memang susah temannya yang satu ini.

"Ris! ambilin tepung warnanya di belakang lo!" Teriak Kesa akhirnya, Diikuti teman-teman lainnya. Daripada Risa diam tidak melakukan apa-apa.

Risa menoleh kebelakang. Benar saja, di belakangnya tersedia berbagai tepung dengan berbagai warna yang sudah di susun jadikan satu sesuai warnanya. Mengambil asal, Risa menatap Kesa dengan tangannya yang menjulur membawa beberapa tepung warna.

"Lempar aja, Sa! Gue tangkap!" Risa mengangguk, dari pada dirinya harus kesana lebih baik melemparnya saja.

Dua tepung warna sudah tertangkap Kesa dengan sempurna. Tinggal dua, tanpa ragu Risa melemparnya. Dia yakin Kesa atau teman lainnya akan menangkapnya walaupun lemparannya meleset. Tapi lemparannya benar-benar meleset, baik Kesa maupun lainnya sudah kembali seperti semula, ikut bergabung seperti lainnya.

Dan....

Bugh!

"Aduh!" Pekik seseorang yang baru saja lewat.

Risa melebarkan matanya, tepung warna itu mengenai..

Ryan?

"Mampus gue." gerutu Risa. Bukan hanya mengenai kepala, namun dua tepung warna sekaligus itu mengenai jas almamater milik Ryan, yang tadinya berwarna navy, kini tercampur noda antara merah dan biru.

Ryan menoleh, seraya mengusap bagian belakang kepalanya. Tidak terlalu sakit memang, tapi terkejut saja tiba-tiba ada dua tepung warna yang mengenai kepalanya dan berakhir tumpah berceceran di jas bagian belakang.

"Eh, sorry-sorry. Gu-gue bener-bener nggak sengaja." Ucap Risa kelabakan.

Mungkin saja jika bukan Risa, Ryan akan menegurnya. Tapi setelah tahu yang melemparnya Risa, bukan teguran yang dia berikan. Tapi sebuah senyuman tulus yang dia berikan.

"Gak pa-pa." jawab Ryan seraya mencoba membersihkan tepung warna itu di jas bagian belakangnya. Hanya itu kata yang keluar dari mulutnya. Huh...kenapa mendadak kelu sekali?

"Biar gue bantu bersihin jas-nya." ujar Risa. Dia benar-benar merasa bersalah, apalagi Ryan yang tadi pagi memberinya tumpangan.

"Eh, gak usah. Gue juga buru-buru."
Jika boleh jujur, sebenarnya dia akan menemui kepala sekolah kali ini. Dan sudah pasti dia harus memakai jas-nya.

"Gue gak sengaja tadi."

Ryan tersenyum. "Gak masalah."
Iya, mungkin dia akan meminjam jas milik Dean ataupun Reza nantinya.

"Gue pergi dulu." ucap Ryan.

"Sekali lagi gue minta maaf." Ryan mengangguk seraya tersenyum, yang membuat siapa saja bisa terpesona mlihatnya.

Tak terkecuali keadaan Risa saat ini.
'Ngapain gue deg-degan?'

----------

Jika tadi dirinya sempat grogi, karena menggantikan vokalis band. Sekarang dia grogi karena insiden bersama Risa tadi. Rasanya ini menjadi kesan keduanya bersama Risa seharian ini.

"Gue pinjem jas lo." ucap Ryan. Dean mendongak, menatap penampilan Ryan sekarang. Jas yang berubah warna menjadi merah biru di bagian belakangnya.

"Jas lo keren juga tuh, Yan!" Dean menyengir, lalu menghampiri Ryan.

"Ini kenapa bisa jadi gini?"tanya Dean.

"Ya bisa aja." jawab Ryan seraya memakai jas milik temannya itu.

Keduanya berada di ruang OSIS. Karena tadi, Dean bilang kalau dirinya sedikit tidak enak badan, jadi dia memutuskan ke ruang OSIS. Toh, ini sudah di akhir acara, jadi setelah izin dengan Ryan dia segera ke ruang OSIS sekaligus istirahat sejenak di sana.

"Gue pinjem dulu." Ryan melangkah meninggalkan ruangan itu, baru sampai pintu Ryan menoleh lagi ke arah Dean.

"Oh iya, kalo ada yang cari bilang aja gue ada di ruangan guru. Lo gak pa-pa kan, gue tinggal sendiri?"

Dean mengangguk. "Ya-iyalah, di sangka gue takut apa di tinggal lo!"

Ryan terkekeh. "Ya mungkin aja lo takut."

Setelah mengatakan itu Ryan benar- benar pergi dari hadapan Dean.
_____

Sampai disini. Jangan lupa tinggalin jejak ya.

See you next part!!

SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang