34- Berubah.

51 6 0
                                    

Happy reading...
Jangan lupa vote & comennya:)
***

Dulu, Ryan mengira bahwa dia dan Risa tidak akan bisa sedekat ini. Tidak akan bisa saling bicara, sekalipun bertatapan langsung.

Tapi, saat gadis itu sadar, entah, ini kebetulan atau apa, yang sekarang di ruangan gadis itu hanya dirinya. Ryan masih memilih diam, duduk di sofa ruangan itu sedari gadis itu sadar.

Terhitung tiga hari Risa tidak sadarkan diri. Dan tadi, saat dirinya sengaja ingin menjenguk gadis itu, seorang perawat baru saja keluar dari ruangan Risa tepat saat Ryan tiba didepan ruang Risa dirawat. Perawat itu bilang jika pasien dalam ruangan ini sudah sadar.

Ryan akan melangkah mundur, berniat pulang. Karena ...rasanya dia tidak siap jika harus bertatapan dengan Risa langsung saat ini, apalagi satu ruangan.

Tapi, suara pecahan gelas membuatnya berbalik mendekat dan langsung masuk ke ruangan Risa. Gadis itu menjatuhkan gelas yang ada diatas nakas samping brankar.

Setelah kejadian itu, keduanya sama-sama diam. Belum ada yang berani bicara. Apalagi dengan keadaan Risa sekarang, tubuhnya masih lemah.

Tiga hari tidak sadarkan diri dan tidak bergerak sedikitpun, membuat tubuhnya rasanya sedikit kaku. Bahkan untuk bicara pun dia sedikit susah.

"Gue keluar dulu, manggil suster. Siapa tau lo butuh sesuatu." Ujar Ryan.

Memang benar, seharusnya dia keluar sedari tadi. Dengan alasan seperti itu, mungkin dirinya bisa keluar tanpa harus berbohong.

Risa masih diam mendengar Ryan yang barusan bicara. Cowok itu terlihat masih sedikit segan menatapnya. Mungkin, dengan cara ini Risa menjadi lebih nyaman tanpa kehadiran dirinya disini.

Sama, Risa juga masih sedikit segan jika harus bertatapan dengan Ryan. Dia lebih memilih memejamkan matanya lagi.

Risa baru menolehkan kepalanya saat mendengar pintu ruangan tertutup. Ryan sudah benar-benar keluar dari ruangannya.

***

Nessha baru saja keluar dari minimarket terdekat, membeli beberapa cemilan dan minuman untuknya. Hampir setengah jam dia pergi ke luar.

Selama dia menemani Risa yang masih dirawat di rumah sakit, dia tidak pernah makan teratur. Bahkan untuk sekedar pulang ke rumah saja rasanya tidak tega jika harus meninggalkan Risa sendiri.

Apa Nessha sudah benar-benar berubah? Ah iya, mungkin. Mungkin dia sekarang sadar bahwa saudara begitu berarti baginya. Cukup sang mama yang pergi, tidak dengan Risa.

Papa? Papa datang saat pagi hari dan malam hari saja. Sesekali menjenguk keadaan Risa. Sudah, itu saja. Selebihnya ...entah urusan pekerjaannya tau urusan lainnya yang papanya urusi, dia tidak tahu. Sang papa bahkan terlihat sangat sibuk.

"Sus!" Panggil Nessha saat seorang perawat baru keluar dari ruang rawat Risa.

"Iya, ada yang bisa saya bantu?"

"Eee ...ada apa ya? Kok suster keluar dari ruangan adik saya? Bukannya tadi baru aja di periksa." heran Nessha. Lalu matanya menangkap pecahan gelas yang dibawa perawat itu diatas nampan.

"Itu..."

"Pasien sudah sadar, dan barusan tidak sengaja memecahkan gelas ini." jelas perawat itu.

Nessha menoleh cepat ke arah pintu. tanpa mengucapakan apapun, dia segera mendorong pintu ruangan dan masuk begitu saja.

Risa menoleh cepat ke ambang pintu, disana Nessha berdiri dengan masih menenteng sebuah plastik- yang entah isinya apa.

Perlahan Nessha berjalan mendekat ke brankar, meletakan plastik itu di sofa dan kembali berjalan ke arah Risa.

SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang