Save Me

645 104 6
                                    

Sejeong mengerjapkan matanya cepat saat merasakan panas mulai mencekik lehernya.Dadanya sesak, seperti tidak ada celah di kedua paru - parunya untuk menghirup udara lagi disana.

Gadis itu kini mulai mencengkram pinggiran roknya kencang guna mengurangi rasa sakit. Mungkin percuma, tapi tak ada hal lain yang bisa Ia lakukan selain itu.

Bahkan untuk meminta tolong saja terlalu sulit dilakukan meski itu pada Daniel sekalipun.

Hari yang makin senja, udara yang makin dingin, dan bekas toilet siswi tempatnya berada sekarang yang memperkecil kesempatanya untuk ditemukan seseorang, bagai rentetan alasan yang menyuruhnya untuk menyerah,

Pasrah untuk hidup.

Sekarang Ia hanya perlu berdoa dan berharap,
Semoga saja akan ada yang menemukan mayatnya besok pagi.

Karena seperti penyambutan kelahirannya, Sejeong ingin upacara kematiannya juga dilaksanakan sama layaknya.

"Sejeong! "

Tunggu.

Bukankah ituㅡ









Suara Daniel?
.

.

.

.

"Hei, kau kenapa? " Ucap Daniel khawatir saat melihat sejeong yang kesulitan bernapas dan mulutnya penuh dengan busa.

"Bertahanlah sebentar, kita pergi ke rumah sakit. "

Daniel kemudian membalut tubuh sejeong dengan jaket miliknya karena pakaiannya sudah robek dimana-mana.

Saat hendak mengangkat tubuh gadis itu, sudut mata Daniel menemukan botol  cairan pembersih lantai yang sudah tidak lagi tertutup.

Jangan bilangㅡ

Sialan!

Kalau begini mereka tidak hanya mengerjai Sejeong, Tapi bisa saja merenggut nyawanya juga.

Dengan emosi memuncak Daniel putuskan segera membawa gadis itu. Untuk kemudian membawanya  secepat mungkin kerumah sakit dengan mobilnya.

Awalnya Daniel kira semua sudah baik - baik saja dengan tibanya mereka disana. Tapi lagi - lagi Ia dikuasai kepanikan saat Sejeong mulai kejang - kejang hebat dalam gendongannya.

Membuat Daniel terisak tanpa sadar melihatnya.

Wajah Sejeong yang pucat, tubuhnya yang dingin, serta buih yang tak henti - henti keluar dari mulutnya seperti menjelaskan

Kalau ada begitu banyak penderitaan yang tak terucapkan.

                    curious—

Dua hari.

Ini sudah dua hari sejak Sejeong di masukan kerumah sakit dan semenjak itu pula ia belum juga sadar.

Bahkan sesering apapun Daniel mengunjunginya sepulang sekolah seperti sekarang, keadaan yang dilihatnya masih akan tetap sama.

Sejeong yang berbaring diranjang. Menutup mata.

Entah harus berapa kali lagi Ia melihat hal itu. Dan sejujurnya, Daniel juga tidak pernah tahu apa yang harusnya Ia rasakan Sekarang.

Haruskah ia merasa sedih karena fakta kalau gadis itu belum bangun juga? atau,

Sedikit tenang karena dengan begitu setidaknya Sejeong tak perlu tahu kalau ayahnya tidak pernah datang untuk melihat keadaan anak semata wayangnya ini?

Diam - diam Daniel geram mengingatnya. Bisa - bisanya pria itu lebih memilih pekerjaan bahkan setelah tahu anak tunggalnya hampir mati karena menenggak cairan pembersih lantai.

Benar - benar tidak bisa dipercaya!

Daniel kini mendekatkan tubuhnya pada ranjang Sejeong kemudian  mengelus surai gadis itu pelan.

"Mau kuperdengarkan sebuah cerita?" ujarnya berbisik ditelinga Sejeong sambil tersenyum.

Mengingat jika biasanya Ia akan melakukan hal - hal ini untuk menenangkan gadis itu dan membuatnya tertidur.

Tapi sekarang situasinya berbeda.

Daniel lebih ingin Sejeong bangun daripada harus melihatnya terlelap lebih lama lagi. 

Bahkan sekalipun tahu kalau gadis itu akan hancur karena mengetahui fakta mengenai sang ayah yang nyatanya tak pernah mementingkan dirinya sebagai seorang putri saat membuka mata nanti,

Daniel akan tetap melakukannya.

Karena Ia dapat dipastikan ada disana untuk menyelamatkan gadis itu dari kehancuran

dengan menyusun satu - persatu bagian dari jiwanya yang berhamburan.

TBC

Curious | Daniel & SejeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang