Apa...hanya kabar kematianku yang bisa membawa ayah pulang?"
Pertanyaan itu seolah membuka mata Junmyeon tentang bagaimana ia memperlakukan putrinya itu selama ini.
Sebagai ayah, Ia tidak pernah mau datang untuk mengambil rapot, jarang pulang kerumah, menolak tiap kali Sejeong ingin mereka bertemu untuk sekedar merayakan ulang tahun. Membentak saat gadis itu mulai membujuk, hingga akhirnya Sejeong mulai tidak pernah menghubunginya lagi.
Mereka tidak lagi layaknya ayah dan putrinya.
Pria itu mungkin berduka atas kepergian istrinya dan memilih menyibukan diri dengan pekerjaan, juga jarang pulang ke rumah dimana wanita itu ditemukan tewas gantung diri agar lupa. Tapi ia ikut melupakan kalau di rumah itu terdapat seorang putri yang juga sama - sama berduka atas kepergian sang ibu dan sebagai ayah—Junmyeon tidak ada disana.
Ia tidak disana saat Sejeong membutuhkannya. Tidak disana untuk memeluknya saat gadis itu terlalu hancur, tidak juga disana saat gadis itu sakit, atau mulai menyakiti dirinya sendiri.
Yah, penyesalan selalu datang diakhir, bukan?
"Kenapa hanya berdiri saja A—oh tidak, tuan?ayo jawab!" Pinta Sejeong tiba - tiba. "Ooh..Atau, diammu ini berarti menyetujui ucapanku sebagai kebenaran?"
Junmyeon tercekat "Bu-bukan seperti itu maksudku, Seje—"
"—tidak perlu memanggil namaku seperti itu lagi! Aku tahu, bukankah bagimu, Kim Sejeong sudah mati hari ini?" Gadis itu kini membalikan badan memunggungi ayahnya serta Daniel dan mulai terisak pelan.
Benar,
Hari ini harusnya Kim Sejeong sudah mati.
.
.
.
Sejeong tidak tahu apa yang sebenarnya ia rasakan, bukankah harusnya ia senang karena ayahnya datang untuk melihatnya ke tempat ini?
Tapi mengetahui pria itu datang setelah menerima kabar kematiannya,
Justru semakin menyakitinya.
Sejeong bersumpah, selama ini ia selalu berusaha menjadi juara kelas bahkan angkatan semata-mata agar ayahnya bangga, dan setidaknya pulang ke rumah walau sebentar. Ia juga selalu berusaha untuk tidak bolos sekolah sesakit apapun tubuh atau seburuk apapun rumor yang menimpanya.
Sejeong ingin jadi putri yang sempurna.
Kalau bukan ayahnya, memang untuk siapa lagi Sejeong melakukan semua itu?
Dia ingin perhatian pria itu, hingga sering kali hanya bisa memimpikan melakukan hal - hal yang menyenangkan dengan sang ayah. Karena bahkan setelah kepergian ibunya, Sekalipun tidak lagi bisa menjadi keluarga sempurna—Sejeong masih ingin keduanya jadi ayah dan anak yang sempurna.
Tapi fakta kalau ayahnya datang untuk melihat jasadnya bukankah hanya makin memperjelas kalau semua impian itu,
Justru semakin jauh dari tempatnya berada sekarang?
-curious-
"Terima kasih karena sudah menjaga Sejeong. " Ujar Junmyeon sambil menepuk bahu Daniel.Mereka kini tengah terduduk diruang tunggu rumah sakit karena Sejeong sedang tidur.
"Tidak masalah, Tuan. " Jawab Daniel canggung.
"Panggil aku paman saja. "
"Ah, baiklah paman. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Curious | Daniel & Sejeong
FanfictionBerawal dari rasa penasaran Daniel pada sosok 'Drama Queen' yang selalu jadi bahan perbincangan di sekolah nya. Hingga diam - diam dirinya jadi tidak setuju mereka memanggilnya begitu setelah melihat gadis itu secara langsung. Karena alih- alih cap...