Nightmare

663 106 12
                                    

Kisah buruk itu terulang lagi. Seakan-akan tak mengizinkan Daniel untuk bernapas lega barang sebentar. Untuk kesekian kalinya, Daniel harus melihat orang yang disayanginya sekarat bahkan mati dalam gendongannya.

Mau sampai kapan takdir mempermainkannya seperti ini?

Krieet.

Daniel yang tengah terduduk dilantai, sontak berdiri melihat pintu Unit Gawat Darurat dibuka dari dalam.

"B-bagaimana kondisinya dok? "

"Urat nadinya sudah terpotong dan pasien kehilangan banyak darah. "

"Lalu apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan nya? "

"Kami akan mengusahakan yang terbaik untuk pasien, tapi anda sepertinya harus siap dengan kemungkinan terburuknya. "

Kemungkinan terburuk.

Daniel benci kata-kata itu.

Puk.

Dokter itu menepuk pelan bahu Daniel.

"Berdoalah semoga dia baik-baik saja. "

Daniel hanya mengangguk sedangkan dokter kembali masuk ke UGD. Pria itu kini termenung tak habis pikir.

Bagaimana bisa mimpi seburuk ini datang padanya bahkan saat ia masih terjaga?

.

.

.
Sejeong dinyatakan koma.

Itu kenyataan pahit pertama Yang Daniel Terima dua hari yang lalu.

Dan lagi-lagi,ayah gadis itu dengan mudahnya mengatakan tidak akan pulang seakan-akan kejadian itu bukan apa-apa.

Berengsek.

Apakah panggilan ayah bahkan masih pantas untuknya?

Tapi kabar baiknya, Jennie dan teman-temannya sudah mendapat hukuman setimpal atas apa yang dilakukannya kemarin karena Daniel berhasil mengumpulkan bukti kuat dari cctv di toilet yang mereka sangka sudah rusak.

Itu semua melegakan.Namun tetap saja tak akan pernah bisa membuat sejeong yang sudah terlanjur hancur menjadi seperti sedia kala.

Daniel mengacak rambutnya hingga berantakan.Ah,disaat seperti ini ia jadi ingin bertemu seseorang.

Pemuda itu kemudian bangkit dari kursinya dan berjalan menuju ruangan dimana Sejeong tengah tertidur sangat lelap.

"Aku pergi sebentar, ya? Tetap disini, jangan pergi kemana-mana. Oke?"

Bukan.

Bukan raga lemah Sejeong yang Daniel maksud.

Tapi jiwanya.

Jiwa Sejeong tidak pernah boleh pergi kemanapun.

Setidaknya sebelum daniel kembali lagi.


-curious-

"Halo, Mina. Ini kakak. Tentu kau masih ingat aku, kan?" Daniel berbicara riang pada sebuah makam seakan - akan gundukan tanah tersebut bisa menjawab dan merespon ucapannya.

Tapi, tidak. Sebuah makam dengan nama Kang Mina di atasnya tidak akan bisa lagi melakukan semua itu.

Pria itu terlihat merapalkan doa sebelum mengakhiri kegiatannya.

Daniel kini mengelus pelan ukiran di batu nisannya. "Akhir - akhir ini, kau sering sekali mendatangi mimpi kakak. Meskipun itu sedikit menakutkan dan membuatku bangun tengah malam, aku tidak keberatan kok." dia menjeda "Kau pasti melakukannya agar Kakak selalu mengingatmu, kan?"

"Tidak usah khawatir," Daniel menggigit bibir "Sampai kapanpun, Mina tidak akan kulupakan, kok. "pria itu tersenyum.

Kini ia duduk bersila di atas rumput "Oh iya, aku ingin tahu, apa kau pernah bertemu seorang perempuan pemilik senyum amat manis belakangan ini? Kalau pernah, perempuan itu pasti teman kakak."

Daniel terlihat berpikir, "Aku tidak yakin, tapi terakhir dia bilang ingin bertemu ibunya. Jadi mungkin saja dia sedang berada tempatmu, kan?"ucapnya

"Kalau kalian berdua benar - benar bertemu, tolong suruh dia pulang, ya? Bilang kakak menunggunya. Jangan biarkan dia menetap disana. Dia sama berharganya seperti kau dimata Kakak. Jadi-"pria itu lagi - lagi mengantung kalimatnya cukup lama.

"-jangan biarkan dia meninggalkanku lagi seperti dirimu, ya?"lanjutnya lirih di akhir

"Oh, tidak. Ini sudah hampir malam dan langit sangat mendung, aku harus cepat pulang jika tidak ingin kebasahan." Daniel berdecak kaget saat menyadari kalau sebentar lagi akan turun hujan.

Pria itu kini melambaikan tangan sembari mulai melangkah pergi. "Sampai jumpa Min, mulai sekarang kakak janji akan sering datang.selalu Ingat kata - kata yang sering kakak ucapkan, ya."

"Dimanapun itu, kau hanya harus terus bahagia, Kang Mina."
.

.

.

"Huh...untung saja aku cepat sampai kesini."Daniel mengguman lega mengetahui ia sudah sampai di Rumah sakit saat hujan belum terlalu deras.

Pria itu kini berjalan di lorong untuk sampai di
ruang rawat Sejeong. Awalnya langkahnya terkesan santai, tapi berakhir menjadi cukup cepat saat suster dan dokter terlihat berlalu lalang panik di ruangan yang menjadi tempat tujuannya.

Ada apa ini?

"Suster, ada apa ini?" Daniel bertanya kepada salah satu suster.

"Kondisi pasien drop secara tiba - tiba. Para dokter baru saja akan melakukan tindakan.Kau temannya, kan? Banyak berdoa saja." jelas suster itu cukup cepat.

Deg.

Ini kenyataan pahit selanjutnya.

Daniel tertunduk, pada akhirnya ia hanya bisa mengikuti saran sang suster untuk banyak berdoa saja.

Memohon untuk kesembuhannya, untuk kesehatannya, untuk-

Sebuah akhir bahagia miliknya.

Daniel mulai terisak sambil terus merapalkan doa yang semoga saja bisa didengar Tuhan.

Doa mungkin memang didengar, tapi, apa akan dikabulkan disaat yang sama?

Pintu terbuka.

Tadinya Daniel masih berusaha berharap,Tapi

melihat wajah sang dokter yang muram dan sebuah gelengan singkat disana membuat Daniel tahu bahwa-

Gadis itu sudah tiada.

TBC

Curious | Daniel & SejeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang