De' javu

670 106 19
                                    

Daniel menghela nafas pelan saat duduk dibangku miliknya. Sebenarnya pemuda itu takut Sejeong bertemu Jennie hari ini. Ia takut kalau-kalau wanita itu kembali melakukan penindasan kepadanya.

Daniel mulai memperhatikan sekelilingnya.

"Lihat ini Seongwoo, gadis itu berulah lagi. "

"Mana? Coba kulihat. Woah, benar-benar tidak tahu malu. "

"Eeii, bukannya kau suka gambar seperti ini? " Goda Jaehwan sambil tersenyum miring.

Daniel mulai penasaran. Ia mendekat untuk melihat apa yang terlihat dilayar ponsel Jaehwan.

"Memangnya kalian melihat gambar apa sih? "

Pemuda itu tersentak kaget saat melihat gambar Sejeong dengan pakaian dalam terekspos di kamar mandi beberapa hari lalu.

Dan kini foto itu sudah menjadi pembicaraan hampir diseluruh sekolah. Bahkan beberapa siswa laki-laki menyimpan foto itu dalam galeri ponselnya.

Tentu saja Daniel tahu ini ulah siapa.

Tapi bukan itu yang harus ia urus sekarang. Kondisi kejiwaan Sejeong yang hancur kemarin, adalah prioritasnya. Daniel tidak tahu sehancur apa lagi sejeong saat melihat foto itu nanti.

Buru-buru pria itu berlari ke kelas Sejeong untuk memeriksa keadaanya.

"Sejeong? "

Semua siswa dikelas itu sontak menoleh kearah Daniel yang berdiri diambang pintu.

"Dia tadi keluar, mungkin malu dengan perbuatannnya hahaha. " Ucap Jennie sambil tertawa disambut tawa-tawa jahat lain dikelas itu.

Daniel menatap tajam kedua mata kucing milik gadis itu kemudian berlalu pergi dari sana dengan perasaan kesal sekaligus khawatir.

Kemana sebenarnya Sejeong pergi?

.

.

.

.

Sejeong berlari cepat melewati gerbang sekolah. Telinganya seperti tak mendengar teriakan satpam yang melarangnya. Kaki yang dibalut perban juga sama sekali tak bisa menghentikan langkah gadis itu.

Kali ini Sejeong hanya ingin lari. Pergi kemana saja asalkan tempat itu bisa Menyembuhkan. Membebaskannya dari kungkungan luka.

Dan sebuah jembatan layang dengan dasar sungai tak jauh dari tempatnya berdiri terlihat seperti jawabannya.

Dengan tempo langkah yang tak berkurang sama sekali, Sejeong akhirnya sampai di pinggiran jembatan yang lenggang dari kendaraan.

Air sungai dibawah sana terlihat menenangkan jiwanya yang tengah kalut.

Jika ia melompat kesana,akankah semua rasa sakit ini berakhir?

Gadis itu mulai menaikkan kaki kanannya ke pagar pembatas jembatan, tidak peduli dengan kakinya yang makin terasa sakit sejak tadi. Saat kedua sepatunya sudah menapaki lapisan beton disana,Sejeong tahu kini nyawanya tengah berada diantara dua alam yang berbeda.

Sejeong menutup matanya perlahan.Satu persatu pegangannya pada pagar itu terlepas.

Satu.



Dua.





Ti-

Grep

Seseorang sepertinya memeluk tubuhnya erat dari belakang.

"Kumohon jangan lakukan ini..," Bisiknya perlahan.

"Pulang bersamaku,ya?"

Sejeong menggeleng.

Curious | Daniel & SejeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang