Chance

686 108 14
                                    

Pukul  17.45 sore hari,

Kim Sejeong dinyatakan meninggal dunia.

Daniel dipastikan hancur.

Lagi-lagi lelaki itu harus berhadapan dengan duka atas kematian orang-orang yang disayanginya.

Ah, Daniel baru ingat kalau ia juga harus menelepon ayah sejeong jika pria itu masih ingin melihat anak perempuannya.

Telepon tersambung dan diangkat.Daniel mencoba untuk tidak terisak.

"Halo tuan? Aku Daniel, Kalau anda masih mau melihat jasad sejeong, tolong segera pergi ke Seoul hospital sekarang. "

Sambungan telepon itu langsung Daniel matikan.Tidak peduli pria itu mendengarkan atau tidak, Daniel tidak mau tahu.

Dengan langkah gontai, Daniel kemudian berniat melihat gadis itu setidaknya untuk yang terakhir kalinya.

Relakan dia, Niel.

"Sejak dulu memang ini yang kau inginkan, ya? "

Lelaki itu berucap sambil tersenyum pahit.

ia memang akan melepaskan Sejeong pada akhirnya.Sudah sejak lama hatinya telah disiapkan kalau - kalau suatu saat gadis itu benar - benar ingin terbang menjemput Kehidupannya sendiri.

Tapi bukan ini.

Bukan untuk yang seperti  ini.

Ditinggalkan gadis itu selamanya tidak pernah ada dalam bayangannya.

Ia belum siap—

—tidak akan  pernah siap.

Daniel mengusap perlahan surai Sejeong saat alat-alat ditubuhnya mulai dilepaskan satu-persatu.

Tapi, saat alat pengukur detak jantung akan dimatikan, secara tiba-tiba layarnya mulai menunjukkan frekuensi-frekuensi kehidupan—meski sangat lemah—disana.

Daniel mematung ditempatnya berdiri.

Ia tidak salah lihat, kan?

"Cepat pasang kembali alat-alat nya! Pasien masih hidup. "

Ah tidak, dokter itu melihatnya juga.

Daniel tidak bermimpi ataupun salah lihat.

Orang-orang disana  buru-buru menuruti perintah sang dokter secepat mungkin. Berharap sebuah keajaiban benar-benar datang,

Dan menyelamatkan gadis itu.

.

.

.

Sejeong tersenyum saat merasakan angin menerpa wajahnya.Menatap sekeliling, gadis itu tidak bisa berhenti mengagumi tempat dimana ia berada saat ini.

Dia tidak tahu ini dimana, tapi disini menyenangkan. Tidak seperti di tempat lain,

Sejeong tidak merasakan luka disini.

Selain itu yang paling penting,

Ia bertemu ibunya.

Gadis itu-

benar - benar tidak ingin pergi dari sini.

"Halo, kakak!"

Sejeong sedikit tersentak saat seorang gadis muda tiba - tiba muncul dan menyapanya.

"Ha-halo" sapanya balik.

"Ah, aku mengagetkan Kakak, ya? Tolong maafkan aku."

"Ti-tidak papa kok. Kau lucu sekali sih. Siapa namamu?" Sejeong tidak bisa menahan diri untuk tidak mencubit pipi chubby gadis dihadapannya itu.

Curious | Daniel & SejeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang