Prolog

968 46 2
                                    

Seorang gadis muda sedang berjalan menyusuri sebuah perkampungan. Entah apa yang sedang di pikirkan gadis itu sehingga dia tidak menjawab salam serta sapaan yang sedang di tujukan untuknya. Sampai tiba-tiba....

"Hai Dinda!" Dinda yang sedang melamun pun kaget akan kehadiran orang tersebut.

"Masya Allah, kamu ini datang-datang mengagetkan saja, datang itu ucap salam 'Assalamu'alaikum Dinda cantik' begitu, bukan malah 'Hai Dinda' sambil bentak lagi sapanya"

"Lha, kok jadi aku sih yang di marahin . Kamu itu yang dari tadi melamun, begini ya ibu ustadzah aku itu dari tadi sudah sapa kamu pakai salam, tapi kamunya gak menghiraukan" Elak gadis yang sedang di ceramahi karena perilakunya mengejutkan Dinda. Membuat Dinda hanya nyengir memperlihatkan gigi putih dan rapi miliknya.

"Astagfirullah.... Masa sih, Ya Allah. Hehe maaf yak, aku tadi sedang melamun. Coba deh kamu ulang salamnya, nanti aku jawab"

Dinda menatap temannya itu dengan senyum yang membuat gemas siapapun yang melihatnya. Dengan kesabaran penuh, gadis itu pun mengulang sapaan untuk Dinda.

'Sabar, sabar, tenangkan hati, tenangkan jiwa, mari makan saja. Enggak'

"Assalamu'alaikum Warrohmatullahi wabarokatuh Didin"

"Wa'alaikumussalam warrohmatullahi wabarokatuh Alfi... Eh tapi tunggu dulu deh, kok nama aku kamu ganti didin sih?" Wajah Dinda langsung cemberut mendengar namanya di ganti dengan sesuka hati oleh perempuan yang di panggil denga Alfi itu.

"Hmm.. Gimana ya? Ucul banget tau nama itu, nama kesayangan dariku"

Alfi terkekeh melihat wajah cemberut sahabatnya, bukannya takut atau ngerasa bersalah, justru wajah cemberut Dinda merupakan hiburan tersendiri untuknya.

"Ucul, ucul darimana nya sih fii." Dia geram pada sahabatnya ini, kebiasaan banget ganti-ganti nama.

"Kamu itu ganti ganti nama orang sembarangan, emang kamu mau bikin syukuran atas bergantinya nama cantik yang ada di dalam diriku. Terus kalo aku di marahin sama orang tuaku yang tersayang gimana, emang kamu mau nanggung. Terus kalo..." Lanjutnya, merepet, meluncur tanpa mengenal batas dan waktu. Tetapi, sebelum perepetannya selesai, Alfi langsung saja memotong perkataannya. Jangan ditiru ya kawan. Gak sopan.

"Husssttt... Udah udah, kamu itu ya kalo misal cerewetnya keluar, haduhhh bisa pusing kepalaku Din. Enggak deh enggak, aku gak akan ganti nama kamu. Maka dari itu hentikan kecerewetanmu itu oke"

"Hehe, kamu sih pancing-pancing" Cengiran yang di suguhkan Dinda, tak urung membuat Alfi gemas sendiri.

"heha hehe aja kamu dari tadi, udahlah ayo. Kamu mau ke masjid kan, sekalian kamu bisa cerita tentang masalah yang buat kamu melamun dari tadi"

"Iya, oke Ayo. Let's go to the mosquite, hehe"

Hmm.. Ya begitulah Winny Adinda Wijaya gadis ceria (kelewat ceria), cantik, baik, perhatian, lembut, dia memiliki sifat keibuan, tingkahnya yang lucu bisa membuat orang geleng geleng kepala, chilldish. Yang pasti dia adalah gadis sholeha. Tapi dia juga akan mengeluarkan sisi lainnya jika dia sedang marah, Jadi jangan coba coba untuk membuatnya marah.

***

Seorang lelaki dengan pakaian kerjanya, sedang memasuki rumah dengan cara perlahan-lahan dan mencoba untuk meraih apapun untuk membantu dirinya mencari jalan menuju pintu masuk. Bunda Ema yang melihat itupun segera membantu dirinya untuk masuk ke dalam rumah.

"Assalamu'alaikum bunda sayang" salam lelaki tersebut dengan cerianya.

"Wa'alaikumussalam warrohmatullah. Kamu kok jalan sendiri sih, mana adikmu. Tega-teganya dia meninggalkan kakaknya sendirian untuk masuk ke rumah"

Wanita yang di panggil bunda itu langsung melayangkan amarahnya setelah melihat anaknya kesulitan berjalan karena ...

"Bunda, bunda. Udah bun, adik tadi sedang buru-buru jadi Revan bilang mau masuk sendiri saja" Lelaki tersebut mencoba menenangkan bunda kesayangannya dari amarah yang meledak-ledak.

"Tapikan seharusnya dia mengantarmu, setidaknya panggil bunda dulu, baru pergi, sayangg.."

"Tadi Revan yang memintanya sendiri bunda, maaf ya bunda. Revan udah buat bunda khawatir"

"ssttt... Udah udah, ayo sekarang bunda bantu kamu untuk mandi, dan setelah itu kita makan ya"

"Iya bun, tapi Revan mandi sendiri lho bun"

"Haduhh iya iya sayang, iya, tapi kalo kamu kesulitan panggil bunda ya nak"

"iya bunda"

Dengan penuh kehati-hatian sang Bunda menuntun putranya dengan sayang untuk menaiki tangga.

Ya, dia Revan Candra Irawan. Lelaki sholeh, tampan, baik hati, serta sabar dan pengertian, dan juga satu lagi, mapan. Sebenarnya banyak wanita yang memujanya, tetapi mereka mundur secara teratur karena kekurangan yang dimilikinya. Revan mengalami kebutaan, karena kecelakaan yang di dapatnya saat kecil. Tapi dia justru bersyukur akan hal itu, karena hanya orang yang tuluslah yang akan bersamanya.

*****

Jangan lupa Vote and comment nya.

Selasa, 08 Januari 2019

Cinta Lillah BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang