Bab 11

537 21 2
                                    

Aku menggeliat dari tidur pulasku setelah terkena bias cahaya matahari yang berhasil menerobos tirai. Aku melihat jam dinding untuk memastikan sekarang jam berapa, dan ternyata masih jam 7 pagi. Eh tunggu, APA?!, SEKARANG JAM 7 ?!.

ASTAGFIRULLAH!!

Langsung saja aku meloncat dari tempat tidur, Mas Revan yang merasa terganggu pun ikut terbangun.

" Ada apa sayang?," Mas Revan bertanya dengan separuh nyawa nya masih tertinggal di alam mimpi.

" Sekarang udah jam 7 mas, kita belum sholat subuh," Dengan panik, aku menjelaskannya ke mas Revan.

" Ohh..", Dia cuma menganggukkan kepalanya, sebelum berseru kembali " ASTAGFIRULLAH!!,"

Aku yang berada di depannya pun otomatis melompat karena terkejut dengan seruan Mas Revan.

" Kamu sekarang mandi di lantai bawah ya, aku mandi disini saja supaya kamu gak perlu bantu, biar cepet," Aku hanya mengangguk setelah mendengar penjelasannya,

Dengan segera, aku langsung lari ke kamar mandi lantai bawah, dan tentu saja dengan membawa baju ganti.

Di lantai bawah, semua keluarga yang melihatku menuruni anak tangga itu langsung menahan senyumnya. Aku tidak mempedulikannya, yang ada di pikiranku cuma mandi dengan cepat supaya bisa langsung sholat.

Selesai mandi, langsung saja aku menaiki tangga untuk menuju kamar lantai atas, kamarnya Mas Revan.

Aku membuka pintu kamar dan melihat Mas Revan sudah bersiap di atas sajadahnya. Kulihat sajadah serta mukenahku juga sudah siap. Masyaa Allah....
Tanpa banyak bicara, aku memakai mukenahku dan memberitahu Mas Revan agar sholatnya dimulai.

Alhamdulillah... akhirnya kita sudah menunaikan sholat subuh dan ditambahi dengan sholat dhuha.
Sebelum kita turun kebawah untuk sarapan, Mas Revan meminta untuk menyetorkan hafalan surahku.

" Tapi masih 5 ayat mas, hehe,"

" Udah gapapa, nanti aku koreksi bacaannya kalo ada yang kurang benar, ya"

Mas Revan menjawab pernyataanku dengan senyuman, senyuman yang membuatku menjadi lebih tenang.

Aku duduk di depannya. Dan tidak menunggu lama langsung saja aku lantunkan ayat demi ayat suci Al-Qur'an, tanpa kusadari aku melantunkan lebih dari 5 ayat. Subhanallah... memang ketenangan yang ada pada diri suamiku telah menular pada diriku.

•••••

" Maaf ya bun, Dinda gak bantu Bunda untuk menyiapkan sarapan,"

Perasaan bersalah langsung memenuhiku, setelah melihat meja makan telah tersaji makanan untuk kita - aku dan mas Revan. Bunda hanya tersenyum sembari tangannya mengelus puncak kepalaku.

Saat ini aku sudah berada di ruang makan, hanya aku dan suamiku yang makan karena semuanya telah menyelesaikan sarapannya.

" Ini mas dimakan dulu sarapannya,"

aku memberikan sepiring nasi beserta lauknya kepada Mas Revan. Mas Revan menerimanya dengan senang hati.

" Udah gapapa, bunda bisa sendiri kalo cuma menyiapkan makanan buat sarapan"

" Tapi bun..... "

" Udah-udah kamu makan dulu aja, gak usah terlalu dipikirkan nduk,"

sebelum aku menyelesaikan perkataanku, bunda langsung mendudukkan diriku di kursi sebelah Mas Revan.

" Makasih ya bunda, dan Dinda sekali lagi meminta maaf sama bunda,"  Aku kembali menatap bunda dengan raut wajah penuh penyesalan.

" Iya sayang iya, udah kamu makan dulu, bunda mau ke ruang tengah nemenin si kecil, kalau sarapannya sudah selesai langsung gabung saja ya," Bunda menyempatkan untuk mengusap kepalaku sebelum pergi ke ruang tengah.

" Iya bun, Insyaa Allah," jawaban yang di balas senyuman lagi oleh bunda.

Sekarang hanya ada kami berdua, aku dan Mas Revan di dalam ruang makan ini, ya karena kami telat bangun dan harus sarapan terpisah sama yang lainnya. Sedangkan mereka sedang berkumpul di ruang tengah. Fokusku langsung teralihkan ketika Mas Revan berusaha untuk mengambil gelas air minumnya. Setelah melihat itu, spontan saja aku langsung berdiri untuk mengambilkannya minum.

" Mas Revan mau disuapi?" Aku tidak tega melihat Mas Revan yang kesusahan untuk menyuapkan makanan dari sendok ke mulutnya, ya meskipun pergerakannya tidak menunkjukan kesulitan apapun, tapi aku tau kalau sebenarnya mas Revan sedikit kesulitan.

" Enggak usah sayang, Alhamdulillah masih bisa sendiri, nanti kalau aku butuh bantuan, aku akan bilang ke kamu ya."

Aku masih berdiam diri memperhatikan cara Mas Revan yang sedikit kesulitan saat menyendokkan nasi dengan lauk. Aku ingin membantunya, tapi dianya sendiri bilang masih bisa tanpa di bantu.

"yaudah kalo gitu," Astagfirullah nada bicaraku gak boleh seperti ini, kalau seperti ini mungkin mas Revan tau kalau aku sedang ingin sekali menyuapinya, memang iya sih hehe.

" Kamu sendiri gak makan?" Tanya Mas Revan.

Dan seketika pertanyaan Mas Revan langsung membuatku sadar kalau dari tadi aku belum mengambil makanan padahal perutku udah demo minta diisi makanan. Hahaha dasar aku.

" Oh iya mas lupa, hehe maaf." Ucapku kemudian.

" Coba sini buka mulutnya, Aaaa..."

Mas Revan menyodorkan sendok yang sudah terisi makanan dan lauknya ke arahku, sambil membuka mulutnya. Dia melakukannya supaya aku membuka mulutku dan menerima suapan dari Mas Revan. Aku pun dengan senang hati menerima suapan dari suamiku. Setelah itu Dia pun mengulangi hal yang di lakukan padaku itu secara berulang, sampai nasi dan lauk yang ada dipiringnya habis. Otomatis aku pun bertanya ke suamiku ini.

" Lho mas, kenapa di suapin semuanya ke aku, masnya kan belum makan juga," dan yang kudapatkan hanya senyuman menenangkan di sana.

" Udah tadi," jawabnya.

" Cuma dua sendok hmm,"

" Hehe iya," Mas Revan menjawab sambil terkekeh.

" Kamu merasa bersalah dek?,"

" Iyalah mas, aku udah habiskan makanan mas, yang bahkan belum dimakan sama mas," Mas Revan itu bagaimana, jelas aku merasa bersalah, gitu aja masih nanya.

" Ya udah kalo gitu, kamu ambil lagi nasi sama lauknya, terus gantian sekarang kamu yang suapin aku, supaya kamu gak merasa bersalah lagi gitu,"

Itu membuatku secara tidak sadar menggelengkan kepalaku melihat kelakuannya yang berusaha membuatku supaya bisa menyuapinya. Aku beranjak dari dudukku untuk mengambilkannya nasi serta lauk yang masih ada, lalu menyuapinya dengan perlahan sampai makanan yang ada di piring itu habis tak tersisa.

" Alhamdulillah..." ucap Mas Revan setelah menghabiskan kunyahan terakhir. Aku hanya tersenyum mendengarnya, setelah itu diriku langsung membereskan piring-piring yang kotor untuk dibawa ke dapur.

" Udah selesai?,"

" Iya mas sudah,"

" Ya sudah, kalo gitu kita langsung keruang tengah yuk,"

Mas Revan berkata demikian sambil tangannya menggenggam tanganku, dan yang satunya memeluk pinggangku. Ya Allah suamiku romantis sekali hehe, kan kan, dasar aku nya saja yang baperan. Baper sama suami sendiri kan gak dosa hehe.

¤°¤°¤°¤°¤°¤°¤°¤°¤°¤°¤°¤°¤°¤°¤°

Jangan lupa vote and comment nya ya

Cinta Lillah BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang