"Dek"
"Iya kak?, Kenapa kak?"
"Kakak mau bicara penting sama kamu"
"Soal pendonor mata?"
"Iya, kabarnya, dokter Ridwan sudah menemukan orang yang bersedia mendonorkan matanya untuk kamu. Kamu bersedia dek?"
Revan menghela nafas panjang, mencoba untuk menenangkan hatinya yang sedang bergembira "Bismillah.. iya kak, Aku bersedia"
"Alhamdulillah..."
Ucapan syukur keluar dari bibir Melvin. Melvin berharap semoga adiknya bisa melihat indahnya dunia dan tentunya bisa berbahagia bersama istri tercintanya.
Mereka berdua saat ini sedang berada di gazebo belakang rumah, setelah tadi berbincang ringan bersama keluarga di ruang tamu, Melvin meminta Revan untuk berbicara empat mata.
"Bunda sudah tahu tentang ini?"
"Belum, rencananya tadi kakak mau minta kesediaanmu terlebih dahulu, terus setelah itu, kakak akan beritahu semua orang"
Revan menganggukkan kepalanya. Di dalam kepalanya sudah terdapat berbagai macam spekulasi tentang bagaimana bahagia nya ia, bundanya, dan istrinya. Tapi semua spekulasi itu terhenti dengan kalimat sambungan yang di lontarkan oleh Melvin.
"Mereka meminta operasinya 3 hari lagi, kamu siap?"
Revan berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan itu. Dan dengan mantap dia berucap "Insyaa Allah kak, aku bersedia"
Melvin menengadahkan tangannya mendengar kalimat persetujuan dari adiknya.
Tak lama, terdengar suara orang berlari dari arah belakang. Sontak, Melvin langsung menoleh ke belakang dan mendapati bahwa adik iparnya yang sedang berlari menuju ke arah mereka berdua dengan wajah penuh kekhawatiran.
"Astagfirullah dek, jangan lari-lari, nanti kamu jatuh bagaimana?" Ucap Melvin sambil menatap adik iparnya dengan wajah bingung.
Dengan nafas yang terengah-engah, Dinda mencoba menjelaskan "A.. itu.. Anu kak... itu"
"Sstt, tarik nafas dulu sebelum berbicara" Revan menarik tangan Dinda dan mendudukkan dia di pangkuannya. Dinda bahkan tak menyadari posisi duduknya yang sekarang karena dipenuhi rasa-rasa sesak di dada.
Saat Dinda berusaha menormalkan nafasnya, tiba-tiba dari arah belakang datang lagi istri Melvan
"Mas!, mas tolongin bunda mas, bunda jatuh dari kamar mandi mas, ayo cepat mas, cepat. Hiks.. hiks"
Deg!
Melvan terpaku di tempat, Seperti ada palu yang menghantam dadanya. Sedetik kemudian, ia langsung berlari meninggalkan istri, adik ipar, serta adiknya sendiri.
Sama halnya dengan Melvin, Revan khawatir, mencoba berdiri dan melupakan Dinda yang berada di pangkuannya.
"Mas!"
"Allah!" Revan berseru kaget saat mendengar teriakan istrinya.
"Mas.. sakit, hiks.. hiks"
Air mata yang di tahan mati-matian oleh Dinda pun akhirnya keluar juga karena rasa sakit dan khawatir yang mendominasi menjadi satu dalam hati dan tubuhnya.
"Astagfirullah..., maaf ya sayang, mas tidak sengaja, ayo sayang raih tangan mas" Revan mengulurkan tangannya kepada Dinda, dengan sesenggukan yang masih tersisa. Dinda langsung menyambut uluran tangan suaminya.
Saat dirasa Dinda telah berdiri, Revan mengarahkan tangan Dinda ke bibirnya, dan mengecup bolak-balik telapak tangan Dinda.
"Maafkan mas ya sayang. Mas sedang khawatir sekarang"
"Iya mas gapapa, ayo Dinda antar ke bunda ya mas" dan Revan pun hanya menganggukkan kepala untuk menjawabnya.
Dinda menuntun suaminya untuk menemui bunda, yang ternyata telah di bawa ke rumah sakit oleh kakak iparnya, Melvan.
"Maaf pak, tadi bunda di bawa ke rumah sakit mana ya sama kak Melvan?"
"Oh.. di rumah sakit pelita hidup neng"
Setelah mengucapkan terima kasih pada pak Thohir, tukang kebun rumah. Dinda beserta Revan langsung menuju ke rumah sakit pelita hidup tempat bunda di rawat.
Ya Allah, semoga bunda baik-baik saja. Aamiin...
Tanpa sadar, mereka berdua melafalkan doa yang sama dengan tujuan yang sama pula. Mungkin mereka memang di takdirkan bersama dan telah bersanding di lauhul mahfudz-Nya. Wallahu a'lam bishawab
💗💗💗
Assalamu'alaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh.
Saya meminta maaf yang sebesar-besarnya bagi temen-temen yang sudah menunggu cerita ini untuk up, maaf karena baru bisa up sekarang ehe. Sekali lagi maafin ya. Dan
Jangan lupa vote and commentnyaTerima kasih 😘
Rabu, 07 Oktober 2020

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Lillah Bersamamu
EspiritualTak perduli seperti apapun dirimu, seperti apapun fisikmu. Tapi bagaimana caramu yang akan mengingatkan, menuntun, dan membimbing diriku serta anak-anak kita kelak ke jalan yang telah di ridhoi-Nya. Dan aku berharap kau bisa membawa kita untuk bersa...