Bab 2

523 31 0
                                    

Setelah Dinda sampai di kampusnya, Dinda langsung menuju ke kelasnya, tapi tiba-tiba....

"Assalamu'alaikum Dinda sayang...!" sambil menepuk pundak Dinda, tidak keras tapi cukup membuat Dinda memekik karena kaget.

"Astagfirullah,Ya Allah, Allahu Akbar!!... Wa'alaikumsalam, aduhhhh kebiasaan deh kamu fi" Dinda menjawab sambil mengelus dadanya untuk meredakan detak jantung. Untung jantungnya itu made in pencipta, coba kalau made in china, Dinda sudah tidak bisa bayangin bagaimana bentuknya.

Sedangkan orang yang membuat dia kaget tadi hanya nyengir tanpa dosa, ya siapa lagi kalo bukan Alfi sahabat Dinda.

"Hehe maaf maaf, udah ayo kita ke kelas" merekapun berjalan beriringan menuju kelasnya.

Sesampainya di kelas Dinda dan Alfi langsung menempati tempat duduk mereka masing masing.

"Eh Din kamu udah siapkan materi untuk persentasi nanti?" Alfi bertanya kepada Dinda sembari tangan dan pandangan yang tak luput dari handphone nya.

"Alhamdulillah sudah, nanti aku maju setelah kamu kan?"

"Iya" jawab Alfi yang masih sibuk dengan handphone nya, dan Dinda pun hanya ber"o"ria.

Dinda yang merasa bosan karena merasa di cuek i oleh Alfi pun mengambil buku novelnya dan mulai membaca.
Saat dia sedang asik membaca tiba tiba dia mendengar suara ribut ribut di luar kelasnya, karena dia penasaran, diapun bertanya pada orang yang baru masuk ke kelasnya.

"Maaf mas permisi mau tanya?"

"Ya, Tanya apa ya?" Orang itu menatapnya, menunggu pertanyaan yang akan di tanyakan oleh dirinya.

"Itu lho, diluar ada apa ya kok rame rame?"

"hmm.. Biasalah bayu dkk membuat masalah lagi"

"Ohh..." Dinda sudah tidak perduli dan tidak kaget lagi tentang perlakuan Bayu dan gengnya, dia sudah capek memarahi mereka.

Tapi saat ini dia penasaran biasanya hanya palakan atau bullyan biasa, tapi ini bayu and the geng sampai bentak-bentak juga. Dinda yang penasaranpun memutuskan untuk tanya lagi, karena dia tidak mau gegabah. Takutnya itu masalah pribadi mereka.

"Maaf mas, mau tanya lagi hehe.. Boleh?" ucap Dinda sambil tersenyum malu, karena sudah banyak bertanya.

"Iya gapapa kok, mau tanya apa emang?" orang itu hanya tersenyum maklum dengan kekepoan Dinda, senyumannya yang teduh membuat Dinda terpesona sejenak, dan langsung menundukkan kepalanya.

"Hmmm... Yang di jadikan bahan bullyan itu siapa ya mas?" tanya Dinda dengan mengangkat kepala dan menatap penasaran.

"Oh itu, itu tadi ada seorang lelaki, mungkin dia sedang ada keperluan di sini. Dan kasihan dia, udah buta di bully lagi, tapi sepertinya orang itu ngelawan bayu deh, sampai bayu jadi kalap gitu"

"Astagfirullah... Ya sudah mas makasih ya mas"

"iya sama-sama" masih dengan senyuman yang masih melekat di wajahnya.

Dan Dinda pun langsung bergegas kesana, tanpa menghiraukan panggilan Alfi.

REVAN POV

Aku mendengar suara kakak di bawah, tapi bukannya kakak sedang di korea menjalankan bisnis ayah?, terus kapan dia sampai di rumah?. Ah sudahlah daripada penasaran aku turun kebawah saja.Baru saja aku menuruni 2 anak tangga, tapi suara Bunda sudah menginterupsiku.

"Ya Allah.. Revan. Kamu itu kalo mau turun mbok yo bilang ke Bunda, bunda kan bisa bantu nak. Kalo misal kamu jatuh bagaimana, kamu itu buat bunda khawatir aja"

Deg...

Perasaan bersalah langsung menjalar ke seluruh tubuhku. Setelah aku berhasil turun, bunda menuntunku untuk menuju ke ruang tamu dan duduk di sofa sebelah bunda.

"Bunda, maaf ya bun, Revan sudah buat bunda khawatir, selama ini Revan sudah buat bunda susah ya?". Aku menghadap bunda dengan penuh rasa sesal karena telah membuat beliau khawatir.

"Tidak sayang tidak, bunda tidak pernah merasa di susahkan, malahan bunda senang dan bahagia bisa memiliki kalian yang begitu sayang sama bunda, jangan pernah berkata seperti itu lagi ya nak". Aku rasa bunda sedang menangis, lalu aku beriniatif untuk meraba pipi bunda. Dan benar saja ternyata bunda sedang menangis.

"Bundaaa.. Bunda kok nangis" tanyaku kepada bunda dan mencoba menghapus jejak air mata di pipi bunda.

"Bunda menangis karena bahagia, sayang". Bunda menggantikan tanganku dan mengusap air matanya dengan cepat.

"Oh iya, kak kapan kau kembali dari korea?" tanyaku yang hampir saja melupakan tujuanku ke bawah.

"Barusan kok, kakak mau bilang ke kamu tentang amanah ayah dulu ke kakak, dan kakak yakin kamu sudah pantas untuk di beri tugas ini dek" perkataan kak melvan yang langsung to the poin membuatku bingung sekaligus penasaran.

"apa itu kak?" kak melvan berhenti sejenak, sebelum menjawab pertanyaanku.

"Kamu di amanahi ayah untuk menjaga Universitas milik ayah yaitu Universitas Abdi Jaya, apa kamu sanggup?"

"Bismillah kak, kalo itu memang amanah dari ayah, aku akan melaksanakannya dengan sepenuh hati kak" jawabku dengan pasti. Ya, meskipun aku masih ragu, tapi itu kan amanah dari Ayah.

"Ya sudah, Alhamdulillah kalo gitu. Bunda, Melvan mau ke kantor dulu ya bun, ada masalah yang harus di tangani. Rev kakak duluan, kakak yakin kamu pasti bisa. Ingat Rev kalimat ajaib ayah Yang Penting Yakin.Ya sudah kalo gitu. Assalamu'alaikum" jelas kakak menyemangatiku.

"Wa'alaikumsalam" jawabku dan Bunda bersama.

Ya, kak aku tidak akan pernah melupakan kalimat ajaib itu kak BiSMILLAH YANG PENTING YAKIN!!!. Sekarang tugasnya tidak hanya mendengar penjelasan yang di berikan oleh sekertarisnya, atau mendengar pengeluaran dan pemasukkan dari pabrik percetakan Al-Qur'an Braille lagi. Tapi lebih dari itu. Hmm.. gapapalah bismillah dengan kalimat ajaib itu aku akan melewati ini semua, ya, yakin kepada Allah.

Aku langsung ke atas setelah mendengar tentang amanah dari ayah untuk bersiap-siap, dan pastinya di bantu oleh bunda. Saatnya aku berangkat dan bersiap untuk mengemban tugas baru amanah dari ayah. Dengan di antar oleh Pak Damar yang merupakan supir pribadi keluarga, aku pun sampai ke kampus yang menjadi tanggung jawab baru ku.

Ya, kampusnya memiliki kesan elegan dan memiliki rumput yang mengeliling bangunan itu serta tak lupa berbagai tanaman hias disana. Membuat siapa saja akan sejuk melihatnya. Itu yang di katakan oleh Pak Damar tentang kampus ayah.

Aku langsung pergi menemui orang kepercayaan ayah dibantu oleh Pak Damar.
Kuketuk pintunya, setelah mendengar suara "masuk" dari dalam, aku pun masuk ke dalam dengan bantuan dari Pak Damar. setelah memastikan aku duduk dengan benar, Pak Damar langsung keluar memberikan privasi kepada kami.

"Assalamu'alaikum Pak Revan Candra Irawan. Saya adalah orang yang selama ini mengurus kampus milik keluarga Bapak Irawan, sampai Bapak yang mengambil alihnya" Suara khas perempuan mematahkan keheningan yang ada di dalam ruangan ini dan kuyakini orang itu adalah perempuan paruh baya seumuran Bunda.

"Wa'alaikumsalam. Ya, saya sudah tau itu. Dan mohon maaf, anda tau kan saya mempunyai kekurangan fisik, apakah anda mau membantu saya untuk mengurus kampus ini bersama, karena anda adalah kepercayaan ayah dan saya yakin anda juga sudah berpengalaman" semoga saja dia mau membantuku.

"Oh tentu pak, saya bersedia untuk membantu anda pak" Alhamdulillah, ternyata dia bersedia.

"Alhamdulillah, kalo tidak ada lagi yang harus kita bicarakan saya permisi dulu ya bu. Assalamu'alaikum" aku langsung berdiri dari tempat dudukku dan berjalan pelan ke arah pintu.

"Iya pak, Wa'alaikumsalam. Perlu bantuan pak?"

"Hmm tidak, makasih, bismillah saya bisa sendiri. Permisi" aku tersenyum hormat dan segera menutup pintu ruangan.

Berjalan pelan dengan cara berpegangan ke dinding-dinding adalah cara yang aku gunakan saat ini, berharap cepat menemukan Pak Damar, tapi tiba-tiba aku di dorong dengan kuat oleh sesorang.
"Astagfirullah...."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Jangan lupa ya kawan, vote and comment nya

Cinta Lillah BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang