"Assalamualaikum semuaa.... Umi, abi, dan abanggggg selamat pagiiii......." sapaan yang kelewat ceria itu dilayangkan kepada seluruh keluarga yang telah menempati kursi di ruang makan. Sembari mengucapkan itu, Dinda mencium satu persatu pipi anggota keluarganya.
Mereka yang berada di meja makan pun hanya bisa menggelengkan kepalanya, yang melihat kebiasaan Dinda. Tapi mereka senang bisa melihat Dinda bahagia.
"abang...." Dinda menolehkan kepala ke kursi sebelah nya, memanggil abang yang kini tengah sibuk sendiri, entah apa yang di lakukannya.
"hmm" hanya gumaman yang dia dapat.
"abang...bang" panggil Dinda sekali lagi, tapi masih di jawab dengan gumaman oleh abangnya.
"ish bang Adit mah gitu, gak tau deh, Dinda sebel sama bang Adit" Dengan wajah sebal, Dinda menghentak-hentakkan kakinya pelan. Jurus andalan saat dirinya sedang ngambek.
Adit yang merasa bersalah pun akhirnya menanggapi adek kecilnya itu.
"Adududu ada apa sih adek kecil ku yang chubby ini" dengan gemas, Adit mencubit pipi chubby Dinda dengan kedua tangan dan menguyel-uyelnya sekilas. Dinda yang di perlakukan seperti itu pun tak terima, dia mengadukannya kepada umi dan abinya, tapi apa yang dia dapat....
"Umiiii..... Bang Adit umi...." adu Dinda dengan nada merengek, persis seperti anak kecil yang meminta balon pada orang tuanya.
"Ada apa sih adek?" tanya umi, padahal sebenarnya umi tau apa yang terjadi. Tapi uminya memilih untuk tak menghiraukan kelakuan anak-anak mereka.
"Umii... Abang bilang kalo aku chubby umiii... Terus... Terus abang juga ngatain aku anak kecil umi. Padahal kan Dinda udah besar kan umii" Adu Dinda dengan lucunya, membuat siapa saja gemas jika melihat dirinya yang sedang mengerucutkan bibir mungilnya, dengan mata hazel yang berkaca kaca, pipi yang tembem sampai ingin tumpah itu semakin menggembung.
"Ya buktikan lho adek, buktikan ke abang kalau adek sudah besar, coba" sementara itu abinya yang sedang melihat semua itu hanya tekekeh geli melihat tingkah laku ajaib keluarganya.
"ohh gitu ya umi, oke baiklah Dinda akan buktikan kalo Dinda sudah besar" Dinda langung berdiri dari duduknya, menghadap ke lelaki yang di panggil dengan abang itu dengan wajah menantang ala Dinda.
"Bang ayo, Dinda buktikan kalo dinda sudah besar, liat Dinda udah tinggikan, pasti tinggi Dinda gak kalah jauh dari abang" lanjut dinda dengan cerewet dan percaya dirinya.
"Oke, ayo kita buktikan" Adit pun langsung berdiri dari duduknya. Dan seketika Dinda langsung menciut, karena ternyata tingginya beda jauh dari Adit, dia hanya sebatas dada Adit. Dan Adit yang mengetahui wajah mendung Dinda karena tiba-tiba hilang keberanian yang di tandai dengan muka cemberut dan bibir yang maju 2 centi pun langsung tertawa terbahak bahak.
"Abi..... Umi.... Hiks hiks..." merengek, Dinda berniat memberi kode pada orang tuanya untuk membelanya, tapi ke dua orang tuanya malah........
"Hahahaha udah syukuri saja apa yang telah di berikan Allah padamu" Umi dan Abi nya pun hanya bisa tergelak karena raut wajah sebal Dinda yang semakin menjadi-jadi.
"Fix Ini mah namanya PEM-BU-LI-AN, ish sebel deh" Dinda sengaja menekankan kata pada pembulian dengan wajah yang di tekuk. Dan apa yang dia dapat, bukan permintaan maaf, tetapi malah suara tawa yang makin menggelegar dari ruang makan ini,
sampai-sampai abi dan abangnya mendadak sakit perut."syukurin tu, karma deh.... Eh astagfirullah, Ya Allah maaf Ya Allah, Dinda gak bermaksud, Dinda khilaf Ya Allah" batin Dinda berniat menyumpahi abi serta abangnya, tapi apadaya karena dia tidak mau di anggap durhaka jadinya dia tidak jadi menyumpahi mereka, sungguh aneh memang.
Selesai puas menertawakan Dinda, akhirnya mereka memakan makanan di meja makan yang penuh warna dengan adanya kelakuan ajaib Dinda, dan setelah itu mereka pun pergi untuk melaksanakan tugas masing-masing. Dinda pun akhirnya bisa bernafas lega karena dia sudah tidak menjadi bahan bullyan dari keluarganya.
Tapi bagi Dinda itu hanya bercandaan biasa, meskipun dia yang jadi bahan bulian, tapi dia rela asal keluarganya bisa tersenyum bahagia.
*****
Jangan lupa untuk vote and commentnya
Rabu, 03 Juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Lillah Bersamamu
SpiritualTak perduli seperti apapun dirimu, seperti apapun fisikmu. Tapi bagaimana caramu yang akan mengingatkan, menuntun, dan membimbing diriku serta anak-anak kita kelak ke jalan yang telah di ridhoi-Nya. Dan aku berharap kau bisa membawa kita untuk bersa...