I : First Meet

2.3K 63 5
                                    

Napas Denia terengah ketika ia baru saja menyelesaikan lari mengelilingi lapangan sekolahnya yang cukup luas. Ia kemudian bergabung dengan teman-temannya yang duduk di pinggir lapangan sembari mengatur napas yang masih belum beraturan.

"Ve, lo bawa minum gak?" Denia bertanya pada Vega yang tengah sibuk mengelap keringatnya yang bercucuran.

Vega menggeleng. "Ketinggalan di kelas," jawabnya sembari mengulurkan tissue kepada Denia.

Denia menerima uluran tissue itu dan mengelap keringat yang mengalir di pelipisnya.

"Ketua kelas bisa tolong saya ambil bola basket di gudang olahraga?" Suara bariton Pak Dika -sang guru olahraga mengalihkan perhatian Denia.

"Bisa pak." Vega yang merupakan ketua kelas langsung berdiri dan mengajak Denia untuk membantunya mengambil bola basket.

Sesampainya di gudang Vega dan Denia dikejutkan dengan asap yang mengepul dari sudut gudang. Vega sudah hafal dengan hal itu, namun berbeda dengan Denia yang langsung berlari keluar menuju kamar mandi.

Vega bergegas menyusul Denia ke kamar mandi tapi baru beberapa langkah keluar ia melihat Denia berlari ke arahnya dengan membawa seember air.

"Den lo ngapain?" tanya Vega heran melihat tingkah Denia.

Denia tak menjawab pertanyaan Vega namun Vega tau apa yang ada di pikiran Denia. Denia pasti menyangka bahwa asap tadi adalah asap kebakaran.

"Den, stop!" Peringatan dari Vega tidak dihiraukan oleh Denia dan ia tetap berupaya menyiramkan air itu ke sudut gudang olahraga.

"Anjir! Siapa yang berani nyiram gue?" Umpatan itu terdengar tepat setelah Denia menyiramkan air ke sudut ruangan yang ia kira terbakar.

Sesosok cowok berperawakan tinggi dengan penampilan acak-acakan dan sorot mata tajam keluar dari tempat persembunyianya. Tubuh Denia kaku sekrtika karena telah salah mengira asap vapor sebagai asap kebakaran.

"Lo yang nyiram gue?" tanyanya dengan tatapan mengintimidasi.

"Ma.. maaf kak, aku kira tadi kebakaran," jawab Denia dengan gugup. Untung saja ia sempat melihat badge kelas cowok di depannya sehingga ia tau bahwa cowok itu adalah kakak kelasnya.

Sumpah saat ini Denia benar-benar merasa takut. Kakinya bahkan bergetar hebat saat ini namun ia mencoba agar tetap terlihat tenang. Ia hanya bisa menunduk takut melihat tatapan sangar cowok itu.

Denia semakin takut kala cowok itu melangkah mendekatinya dan berhenti tepat selangkah di hadapannya.

Cowok itu tersenyum miring yang justru semakin membuat Denia menundukkan kepalanya.

"Sekali lagi aku minta maaf kak. Aku bener-bener gak sengaja nyiram kakak." Suara Denia terdengar bergetar.

"Nama lo siapa?" Pertanyaan dengan nada dingin itu sungguh membuat perasaan Denia semakin tak karuan.

"Denia kak."

"Denia, inget ini baik-baik," ucap cowok itu penuh penekanan. "Lo bakal jadi target Veron Arsena selanjutnya," bisik cowok bernama Veron itu tepat di samping telinga Denia.

Setelahnya Veron pergi meninggalkan Denia dan Vega keluar gudang. Denia menghela napas lega karena akhirnya cowok itu pergi dari hadapannya.

"Are you okay, Den?" tanya Vega.

"Gue gapapa Ve," jawab Denia dengan senyum tipis dan langsung mengalihkan perhatiannya ke bola basket.

"Sorry tadi gue gak bisa bantu soalnya gue juga takut sama kak Veron," ucap Vega dengan penuh penyesalan.

DENIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang