Salah paham

1.2K 41 0
                                    

Setelah bel pulang bergema. Dev tidak langsung pulang dan memasuki ruang OSIS karena harus menyelesaikan proposalnya untuk Study Banding. Dev berpikir kalau dia harus memberi tahu Nabhan. Setelah telpon itu tersambung.

"Han"

"Iya Dev,ada apa?"

"Kamu pulang duluan aja ya,aku masih ada urusan"

"Yaudah,kamu jangan terlalu sore"

"Iya Han"

"Dahhh sayang"

Nabhan langsung memutuskan sambungannya. Saat ini dia sedang duduk diatas motornya bersama dengan sahabatnya.

"Lo,ngga pulang bareng Dev,Han?"tanya Adam.

"Katanya dia masih ada urusan". Adam mengangguk mengerti.

"Cewek lo yang mana sih?kok gue belum tau?"tanya Fernando.

"Nanti gue kenalin"ucap Nabhan lalu menyalakan mesin motornya.

"Gue balik dulu"ucap Nabhan melesatkan motornya keluar dari area sekolah.

Saat melewati halte dia melihat cewek yang sedang menunggu angkot. Nabhan melihat jam tangannya dan meminggirkan motornya didepan halte.

"Bella,lo belum pulang juga?"tanya Nabhan pada cewek yang dia kenal itu.

"Ehh Nabhan,iya nihh".

"Ayo naik,gue anterin"titahnya. Entah mengapa dia selalu tidak tega melihat cewek itu sendiri. Meski bagaimana pun cewek itu pernah berjuang untuk mendapatkan Nabhan dan dia harus menghargainya.

"Lo mau nganterin gue?"ucap Bella yang tak kuasa menahan senyumnya.

"Iya,ayo"

Ditempat lain,Dev sudah menyelesaikan urusannya dan langsung bergegas untuk pulang. Melihat jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya. Sudah menunjunjukkan pukul lima sore.

Dia berdiri didepan gerbang menunggu kakaknya. Setelah lama menunggu,Dev kesal dan memutuskan untuk mencari taksi. Suara motor yang berhenti didepannya membuatnya mengernyitkan kening.

"Lo belum balik?"tanya cowok itu.

"Kelihatannya"ketus Dev.

"Ayo gue anterin pulang,lagian jam segini taksi udah ngga ada"alibi cowok itu agar Dev mau. Dev diam berpikir sejenak.

"Cepet udah sore nih,ntar orang tua lo nyariin"ucapnya. Dev mengangguk.

Cowok itu melesatkan motornya dengan kecepatan sedang. Dijalan cowok itu ingat sesuatu kalau dia harus membelikan adiknya makanan.

"Adeeva,kita ke cafe dulu ya,gue mau beli makanan buat adek gue"teriak Fernando dari balik helm full face nya. Ya cowok yang mengantarkan Dev ini adalah Fernando.

"Oke"

Cowok itu langsung melajukan motornya menuju Cafe. Sesampainya disana dia memarkirkan motornya diparkiran Cafe. Dev turun.

"Ayo masuk"

Mereka memasuki Cafe Hareason. Tak ada pembicaraan diantara mereka. Dev duduk didekat jendela menunggu Fernando memesan makanan. Dev menyipitkan matanya ketika melihat seseorang yang sangat dia kenal. Dia sedang duduk berdua dengan cewek sambil tertawa, mungkin dia saat ini sedang bahagia. Dev mengenal cewek yang sedang duduk disana. Bella.

Saat ini hatinya benar-benar hancur melihat orang yang dicintainya sedang berdua dengan cewek lain. Ingin rasanya dia menghampiri mereka namun hatinya terlalu sakit melihatnya. Marah,kecewa,cemburu,dan sayang bercampur aduk menjadi satu membuatnya ingin sekali menangis. Dia pergi keluar dari cafe. Fernando yang sudah membayar makanan itu melihat Dev sudah berjalan sedikit berlari keluar dari Cafe sambil menangis. Fernando melihat apa yang Dev liat.

"Adeeva,tunggu"teriak Fernando membuat cowok yang sedang asik tertawa itu terdiam,lalu mencari arah suara itu.

"Gue pergi dulu sebentar"ucap Nabhan pada cewek itu. Dia langsung berlari mencari orang yang memanggil nama kekasihnya itu.

Diluar Cafe. Dev sudah tidak tahan membendung air matanya. dia menangis. Fernando yang melihat cewek itu menangis lalu mendekatinya.

"Lo kenapa?"tanyanya dengan hati-hati. Dev langsung memeluk cowok berbadan tinggi itu dan terisak.

Seseorang yang sedari tadi melihatnya,kini hatinya hancur melihat Dev sedang berpelukan dengan cowok lain. Cowok itu menyipitkan mata melihat siapa yang dipeluk oleh kekasihnya.

"Bangsat lo Fer"umpat Nabhan melihat sahabatnya sendiri yang menusuknya dari belakang.

Cowok itu masih terdiam didepan pintu sampai Dev dan Fernando pergi meninggalkan Cafe. Cowok itu memutuskan untuk mengajak Bella untuk pulang.

Dirumah. Dev hanya bisa diam dan sesekali menangis dikamarnya. Arnez yang sedari tadi memanggilnya untuk makan tidak digubris olehnya. Sejak pulang dari Cafe tadi membuatnya terus menangis. Bagaimana tidak seseorang yang sangat dia sayang berdua dengan cewek lain. Kejadian dulu kini terulang kembali.

Arnez yang kesal karena sedari tadi Dev tidak menjawab nya. Dia putuskan menuju kamar Dev. Dia membuka pintunya untung saja adiknya itu tidak mengunci pintunya. Arnez melihat adiknya sedang berdiri didekat jendela sambil melamun. Dia mendekatinya.

"Dek,lo kenapa gue panggil ngga nyahut?"tanya Arnez. Dev masih memunggunginya.

"Gue ngga papa" ucapnya serak. Arnez mengernyitkan keningnya lalu memutar badan Dev.

"Dek, lo kenapa nangis?"tanya Arnez yang mulai khawatir dengan Dev.

"Gue ngga papa kak"ucapnya sambil mengusap air mata yang tersisa.

"Lo ngga bisa bohong dari kakak". Ucap Arnez menatap lekat mata Dev yang sembab.

"Nabhan,kak"lirik Dev kemudian kembali terisak dipelukkan Arnez. Arnez menenangkan adik satu-satunya itu.

"Kenapa sama Nabhan?"tanya Arnez sangat hati-hati.

"Dia selingkuh sama cewek lain,tadi sore aku liat dia berdua sama cewek di Cafe"ucapnya sambil terisak.

"Kamu udah bilang ke Nabhan?"

"Semuanya udah ngga perlu lagi kak. Aku udah sakit"lirih Dev.

"Mungkin hanya ada kesalah pahaman diantara kalian"ucap Arnez berpikir positif.

"Aku kecewa sama dia kak"

"Dia jahat"

"Yaudah mending kamu makan dulu,terus nanti kakak ajak kamu jalan"ucap Arnez memegang bahu adiknya. Dev mengangguk.

"Kakak kebawah dulu"ucap Arnez"Udah kamu jangan nangis"lanjutnya menghapus air mata Dev.

Sebelum Dev turun,dia berjalan ke kamar mandi untuk mencuci mukanya. Setelah memastikan dia sudah kembali fresh.Dia berjalan gontai menuruni tangga rumahnya.

***

Sweet Caramel [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang