Wish-4

74 27 0
                                    

Waktu memang selalu tak terasa, jam pulang pun sudah tiba. Kalau sudah bengini, aku sudah tak sabar bertemu suami. Aku pun sekarang sudah digerbang depan, dengan teman-temanku disekolah. Tidak banyak sih teman dekatku, cuma tiga orang.

"Ah... Aku tak sabar bertemu Suami dirumah."ucapku, sedang kedua temanku yang mendengarnya mengaga. "Tenang, yang disebut diriku suami itu. Aneh sih. Suamiku itu Banyak. Yang ke-1. Ranjang, bantal, dan guling. Yang ke-2 itu, Suami ter Hottt, Yaitu Jungkook Oppa~...."ceritaku, yang mendapat muka jijik temanku. Menyebalkan bukan? Sudah cerita panjang lebar, malah mendapat muka jijik mereka memandangku.

"Jae, kau jadi dijemput oleh kakak mu?"Tanya Diya, teman baikku dikelas. Aku meliriknya sekilas.

"Tidak tau."ucapku.

"Kok tidak tau?, Itu kakak kau sendiri. Jae lebih baik telpon dia deh."saran Diya benar juga. Tapi rasanya malas menelpon oppa.

"Tidak, malas."ucapku seadanya.

"Bego kamu mah. Masa kamu teh cuma nelepon aja malas. "Ucap teman baikku dikelas yang satu lagi. Jian namanya, dia kalau ngomong agak sunda-sunda gitu, karna Jian Asli penduduk Bandung bukan asli penduduk Jakarta, katanya. Aku pun tak tau bahasa sunda itu apa?. Karna aku bukan orang jakarta asli. Kalian bisa menebak nya lewat namaku, namaku Kim Yoon jae. Aku orang Korea. Tepatnya Korea Selatan. Dan temanku Yang BerNama Diya, dia Asli penduduk jakarta, katanya. Jadi bahasa nya masih aku dimengerti, karna dia memakai bahasa indonesia seperti aku sama, tidak seperti Jian yang campur bengitu kalau ngomong.

"Malas Jian. Sudalah. "

"Nanti bagaimana kau sudah nunggu-nunggu lama kakakmu. Eh ternyata kakakmu tak jadi menjemput, dan tak menghubugimu sama sekali? Bagaimana cara mengatasinya?." Tanya Diya. "Iya bagaimana sok coba?, Nanti kamu teh pulang kesorean, emang mau. Aku mah enggak mau."ucap Jian juga.

"Hmm... Kalau oppaku tak datang-datang untuk menjemputku, mudah tinggal marah aja sama oppaku. Kalau dia gak datang-datang menjemputku juga dan tampa menghubungi ku, aku takan biarin oppaku berbicara lagi denganku. Mudah kan?. Lagian, hal itu tak usah dipikirkan jauh-jauh. Karena oppa benar-benar akan selalu mengantar dan menjemputku sekolah. Katanya, dengan serius kepadaku. Jadi kalian gak usah terlalu khawatir gitu."ucapku menjelaskan panjang kali lebar. Jian menggaguk kepala saja. "Yasudah."ucap Diya.

"Kalau kalian, pulang seperti biasa ya. Dijemput sama Oppa item itu ya?." Tanya ku. Diya, yang mendengarnya langsung kesal. "Hei! Kau jangan bicara bengitu. Walaupun dia item gitu-gitu, Dia itu kakak iparku tau. ". Aku dan jian tertawa. Ah.. kalau sudah begini jadi kangen Anggara, kalau ada dia pasti lebih seru. Sayang nya dia lagi sakit, jadi gak sekolah.

"Tak usah, menerapkan kalimat terakhirmu yang 'tau'. Aku sudah tau. Tau ya kan jian?. "Jian menggaguk dengan masih tertawa, aku pun begitu. "Hei jian!, sepertinya kau mulai bosan ya, menumpang dimobilku." Kata Diya dengan menatap Jian Sinis. Tawaku makin pecah. Sedangkan Jian Langsung membalasnya, Dengan seyum-seyum tak jelas, dan memberhentikan tawanya. Ah... Sepertinya mukaku memerah, karna sedari tadi aku tertawa tak berhenti-henti.

"Henteu kok, aku teu bosen. Sabar atuh, sabar. Jangan bawa-bawa emosi kamu teh."Ujar Jian. "Dasar."Balas Diya. Aku pun mulai menetralkan tawaku ini, "Jae, Humormu rendah. Humormu receh. Sebelas duabelas dengan Anggara."cibir Diya. Aku hanya memasang muka konyol saja. Mengeluarkan lidahku keluar.

Author. Disisi lain, seorang pria sedang memandang Yoon jae, dengan temannya sedari tadi. Sesekali ia
ikut terseyum melihat kelakuan kelompok sahabat itu. Pria itu adalah Brian. Ya sedari tadi ia sedang berada ditempat yang tak jauh dengan Sekelompok sahabatan itu.

"Brian lo kenapa sih, seyum-seyum sendiri. Liat kesana mulu. Ada apaan sih?."tanya teman yang ada disebelah nya. Ketika ia ingin melihat, apa yang dilihat sama brian dari tadi. "Eh... Malah digaplok muka gue. "Ucapnya kesal.

Wish [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang