Wish-8

55 16 4
                                    

"Jae.. jae... Gue pengeun curhat dong." Tiba-tiba datang Anggara kemejaku, dia langsung duduk didepan tempat duduk mejaku."Ganggu aja kamu teh, aku teh lagi ngomongin kak Riky tau." Kesal Jian pada Anggara.

"Berisik lo... Yoon jae nya aja adem-adem aja gue dateng." Yang gini-gini nih.. bikin kesel. "Gak usah pada rebutin aku deh... Aku tau aku itu imut, cantik, swag. Jadi udalah, jangan pada ribut cuma karena aku." Ucap Diya kepedean.

"Jijik.. Diya. Siapa yang rebutin kamu?." Ucapku memandang jijik Diya. "Kegeeran lo... Cantikan doi gue." Kipas Anggara. "Terserah deh.. ga. Mau cerita apaan sih?." Heraiku.

Anggara langsung lesuh, "Kalian tau gak?-

"Gak tau kamu kan belum kasih tau!." Nyolot iya, salah iya. Temen siapa sih? Malu-maluin. "Gue belum selesai ngomong Diya. Dengerin dulu sampai gue berhenti ngomong makannya." Kesal Anggara. "Iya sorry sorry."

Anggara kembali lesuh. "Kalian tau gak sih?-

"Gak usah pake pembukaan deh, cerita aja pake pembukaan pusing deh. Buang-buang waktu aja." Potong Jian. "Jian dan Diya. Harap tenang dulu, kapan Anggara ceritanya katanya gak mau buang-buang waktu. Tapi kalian sendiri yang buat buang-buang waktu itu."kesalku.

"Tuh denger. Yoon jae yang error aja paham, kalian kok sama-sama error gak paham."gini nih.. temen nyebelin. Udah dibelain, malah ngatain. Gak tau diri.

"Jangan banyak bacot, udah dibelain malah ngatain. Gak tau diri." Cibirku, Jian dan Diya langsung tertawa. "Yaudah sorry-sorry. Cerita nih ya. Jadi tadi gue datengin kelas doi, terus betapa bodohnya gue. Tiba-tiba ngucapin perasaan gue ama dia, pas dia didepan gue lagi. Kan K*mpret gitu ya. Gak tau tuh... Rasanya meledak nj*r. Bodoh kan gue?!!." Kesal Anggara sambil ngacak-ngacak rambut sendiri. Orang gila ih.. temen siapa sih? Gak kenal aku.

1

2

3

"Ha ha ha ha haaaa... "Jian dan Diya langsung tertawa bahak-bahak gitu. Kaya orang kesurupan lah. "Ga? Kamu baru nyadar, kamu itu bodoh?. Suatu mujijat nih.. Anggara akhirnya meng-etahui bahwa dirinya Bodoh." Kataku, langsung ikut tertawa seperti Diya dan Jian. "Lah.. K*mpret kalian. Bukan nya prihatin ama gue, eh malah ngatain gue." Kesal Anggara. Aku diya, dan Jian semakin terbahak-bahak.

"Oke.. oke sorry. Tapi doi yang mana nih? Terus doi kamu nerima perasaan kamu gak?." Tanyaku, sambil menet-ral tawaku.

"Itu si Somi anak sebelah. Oh iya Lanjuttan ceritanya. Masa dia ngejawab. Maaf Aku terlalu subhanallah untuk kamu yang astagfirullah. "Lesuh Anggara, Mau ketawa kasian bagaimanapun itu temen ku juga, tapi kalau gak ketawa lebar kan? Tawa yang sudah di ciptakan tuhan dibiarkan begitu saja. Yasudah tertawa aja. Sekali kali dosa karena temen gakpapa kan?.

"Gila tuh cewe, aku acungin jempol. Ternyata bukan aku, Jian, dan Yoon jae aja. Yang tau bahwa kamu itu Astagfirullah, ternyata doi kamu tau juga. Ngakak." Tawa Jian nista. "Kam*ret lu pada." Kesal Anggara.

Aku, Jian ,dan Diya melanjutkan tawa kita, dan tidak memperdulikan Anggara yang terus bicara tak ada henti. "Oh iya Diya apa kabar dengan Kak hitam.. umps.. maksudnya kak Mingyu."goda Anggara, yang mendapatkan mata tajam Diya. Aku, Anggara, dan Jian langsung tertawa.

"Kau ngajak ribut ya ga!! Pengeun apa sih maunya. Oh iya maunya kan Doi. Tapi sayang doinya menjawab, Maaf Aku terlalu subhanallah buat kamu yang Astaqfirullah. Ditolak dong ya kalau sudah dibilang kaya begitu. Kalau jadi aku, malu sih.. sudah ditolak dengan cara begitu." Cibir Diya. Tawaku semakin pecah.

"Lo nyindir?!!."

"Kenapa ngerasa?!." Tanya Diya dengan smirk tajamnya.

"Kok Diya Kam*ret sih??!!!." Kesal Anggara. "Yang penting aku waras gak kaya kamu."jawab Diya lantang. Ah... Wajahku sudah tidak terkondisikan lagi, karena tawa yang terus keluar dari mulutku. Mungkin pipiku juga ikutan berefek. Begitupun dengan Jian.

.
.
.



Sudah tak terasa lagi bell pulang pun bunyi, para siswa langsung keluar lalu lalang kesana kesini.

Aku, Jian, dan Diya berjalan bersama menuju gerbang sekolah. Setelah sampai aku mengantar Jian dan Diya keparkiran terlebih dulu, katanya mereka membawa mobil.

"Yah... Berpisah. Hati-hati dijalan ya." Kataku. "Kau juga, tak apakan bila kita duluan pulangnya? Jika saja ayah ku tak menyuruhku untuk pulang cepat aku akan menunggu kau pulang duluan. Maaf ya." Kata Diya yang seperti biasa dapat anggukan Jian.

"Iya ak-

BIMM BIMMM

Tiba-tiba mobil datang, menekan klason. Membuatku kesal, lebih kesalnya mengapa yang punya mobil itu si itu. Kenapa harus Brian?? Why??.

Kaca mobil membuka, "Naik mobil. Cepetan gak pake lelet." Suruh Kak Brian, seenak jidat saja. "Hei!! Kau gila apa kak!! Datang-datang langsung bilang begitu. Nyolot lagi." Kesal Diya.

"Diam Jisoo, ini urusan Kak Brian jangan ikut campur." Kata Kak Brian. Jisoo adalah nama panggil dari keluarga besar Diya untuknya. Kenapa Kak Brian tau nama panggil nya, karna mereka itu sepupuan. Tak sangka kan? Begitupun denganku.

"Yasudah... Jangan macam-macam sama Yoon jae. Dia temanku tau."

"Tau.. tau sana. Bukannya kau mau pulang, sanah deh." Usir Kak Brian.

"Iya.. iya. Yoon jae aku pulang duluan ya. "Ucap Diya. "Aku juga.. dadah." Ucap juga Jian melambaikan kelima jarinya diatas udara. Akupun juga  membalasnya.

Diya, dan Jian sudah pergi, berlalu dari penglihatanku begitupun dengan penglihatan Kak Brian. "Masih mau diam disitu?! Cepetan naik kemobil, terus duduk." Suruh Kak Brian. Aku berdecih.

"Mau apa!!."

"Lu lupa atau pura-pura lupa sih?!!."

"Lupa. Emang mau apa Kak Brian ngajak aku buat naik mobil." Tanyaku

"Kan lu tau, masa sih lupa. Kan mau bawa lo kerumah gue."ucapnya. "Oh soal itu, kan aku belum siap-siap. Harus ganti baju dulu dan segala nya lah...."

"Maka dari itu... Ikut gue. Susah banget sih.. nurut sedikit aja sama gue."

.Dasar tak tau diri, minta tolong pake nyolot.

Vote
&
Komen
🙏

Makasih:)

Wish [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang