Wish-10

49 20 0
                                    

Suasanapun menghangat dimeja makan. Tetapi tidak dengan keluarga kecil didepannya. Yang membuat hawa tidak enak dimeja makan.

Seorang Pria tua menyimpan sendok dan garpuh diatas makanan. Tangannya menyikut dan jemarinya ia memper-eratkan kepada kedua jemarinya.

"Jadi bagaimana dengan pertunangan putri saya ini?!. Jika anda menyetujui nya, saya akan menjamin kan pada keuangan saya bekerja dengan anda."

Semua menoleh, dengan santai Ayah menghartikannya. "Sepertinya, jika lebih jelas. Saya memperkenalkan calon mantu saya dulu. "Jawab Ayah. Pria tua disebrang sanah tampak, kesal. Tunggu-tunggu ia tertawa. Tertawa kencut.

"Kau menolak pertunangan ini?!!." Tanya Pria tua tersebut. "Aku tak bicara begitu, tapi bukan kah itu sudah jelas dengan yang kuucap- kan?." Jawab Ayah lagi dengan Angkuh. Suasanapun setadinya hangat menjadi suasana memburuk.

Tampak merengek seorang gadis muda pada sang pria tua itu. "Kau benar tunangannya?"tanya pria tua tersebut pada Yoon jae. Yoon jae begitu terkejut, Yoon jae menoleh. Tiba-tiba keringat basah mulai keluar dikulit tangannya. Brian memengam tangan Yoon jae dibawah meja. Brian meyakinkan Yoon jae menjawab.

"Ten-tentu... Masa saya berbohong." Jawab Yoon jae agak gugup. "Sejak kapan kalian pacaran?"tanya lagi pria tua itu. "Sudah lama, 2tahun. "Jawab Yoon jae meyakinkan, padahal ia sebenarnya dalam hati sangat gugup. Dan tangannya memengam erat tangan Brian. Brian membalas ngemgaman erat itu.

"Cukup lama juga, apa pekerjaan orang tuamu?" Tanya lagi dan lagi pria tua tersebut. Yoon jae sangat kesal pada pria tua tersebut, dia terus saja bertanya. Membuatnya semakin gugup. Yoon jae menghela napas.

"Jujur, saya tidak suka jika orang asing terus menanyakan kehidupan pribadi saya. Apa belum cukup, Ayah mertua saya bilang aku ini menantu-nya?! Jika saya jadi anda malu, sudah dijelaskan berbagai macam. Masih saja bertanya, sebaiknya jika anda ingin menjodohkan anak anda. Anda salah orang, calon suamiku ini sudah bertunangan. Dan tunangan itu dengan saya." Jelas Yoon jae tanpa Jeda. Mungkin bicara ini kurang sopan. Tetapi ini adalah jalan yang terbaik, supaya drama ini cepat selesai.

Aduh ngomong apaan sih? Gawat bakal makin rumit gak sih? ni drama. Ah.. pusing. Batin Yoon jae.

Brian terseyum melihat cara bicara Yoon jae. Tak salah lagi, jika ia memilih wanita ini. Ayah dan Bunda saling tatap dan terseyum.

Pria tua itu tampak kesal. Dan wanita yang masih merengek itu, semakin menjadi-jadi. "Ayo. Jangan kau meng-harapkan calon suamimu. Dikeluarga yang tidak punya moral begini." Ujar kesal sang pria tua itu. Bangkit dari tempat duduk, dan tangannya menarik legan anaknya. Dengan paksa. Mereka pun pergi berlalu dari rumah Brian.

Yoon jae bernapas lega. Tangannya masih saja menggegam tangan Brian, tangan satunya lagi memegang pening nya. Yang terasa agak pusing, efek drama bisa disebutkan.

Ayah menatap Bunda, memberi isyarat. Bunda mengetahuinya. "Yoon jae Bunda terima kasih sekali sama kamu. Kamu sangat baik, membantu keluarga Bunda. Jika saja kau tak datang, sudalah. Mati riwayat keluarga Bunda. "Ucap Bunda seraya memegang punggung Yoon jae, dan terseyum. Yoon jae menoleh. "Tak apa Bunda, sama-sama. Kan berbuat baik itu bangus." Jawab Yoon jae terseyum manis.

"Kau anak yang baik nak Yoon jae. Suatu saat kau akan mendapatkan calon pendamping yang baik juga. Tapi om berdoa, semonga saja calon pendampingmu itu bukan anak om. "Cibir Ayah, dengan didampingi tawanya. Brian langsung menatap Ayahnya Tajam. Ayah mengetahuinya. "Apa kau? Lihat Ayah begitu? Ayah bicara apa adanya. "Imbuh ayah menatap Brian.

"Sudah-sudah kalian ini, anak dan ayah sama saja. Tak ada yang benar. Malu ada tamu disini." Ujar Bunda. Yoon jae tertawa kecil.

.....

Tak terasa kebersamaan Yoon jae dan keluarganya Brian. Sudah berakhir, hari yang menyenangkan bagi Yoon jae hari ini. Mengenal keluarga Brian sangatlah seru. Ayah dan Bunda Brian sangatlah menyenangkan diajak bicara bagi Yoon jae. Tak begitu menyesal dirinya menolong Brian.

"Kapan-kapan Yoon jae kerumah Bunda lagi, disini Bunda selalu kesepian. Brian selalu pergi-pergian, dirumah juga dia main komputer."

"Aku usahain Bunda, makasih untuk makan malamnya."

"Iya, jika nanti Yoon jae kesini lagi. Bunda masakin lebih banyak buat Yoon jae." Ucap Bunda seperti selayak nya Yoon jae adalah anaknya. Yoon jae tertawa kecil.

Gue saja, pergi dari rumah seminggu gak diginiin. Ini orang yang baru dikenal diginiin. Batin Brian menghela-hela.

Yatuhan, berlebihan ini. Suaminya aja gak pernah diginiin. Batin Ayah sambil memegang dadanya, untuk bersabar.

"Iya Bunda, aku pulang dulu ya. Om aku pulang dulu ya." Pamit Yoon jae.

"Iya hati-hati ya. Makasih Yoon jae udah bantu Brian." Ucap Ayah terseyum, dan mengusap kepala Yoon jae. Sudah begini, Yoon jae jadi teringat pada Ayah dan Ibunya diluar negari sekarang. Ingin rasanya ia memeluk mereka.

"Hati-hati ya Yoon jae dijalan, padahal kamu dianter aja pulangnya sama Brian. Kamu malah pesen taksi, jadi gak enak." Ujar Bunda tak enak.

Dienak-enakin aja, ya elah.. Batin Brian agak jengkel.

"Ah... Iya Bunda Om. Aku pulang dulu ya." Pamit lagi Yoon jae. Bunda mengaguk. Gak pamit kegue nih? It's Ok bagi gue. Sabarkan lah.. nih hati. Batin Brian.

Yoon jae memasuki mobil, dan mobil pun berjalan. Yoon jae merebahkan punggungnya, ia merasa kakinya agak pegal karna memakai sepatu hak tinggi sedari tadi. Ia membuka sepatu itu.

"Pak kearah barat ya beloknya, ke Komplek Rahagianti Jaya ya. No. 12." Imbuh Yoon jae pada Supir taksi. Supir menganggapinya dengan mengaguk mengerti.

.....

Rumah yang ditujuin oleh Yoon jae pun sudah sampai. Yoon jae membayar dulu kepak supir, dan turun dari mobil.

Yoon jae, sudah melihat orang yang sedang membersihkan motor. Yoon jae menggulung senyum.

"Anggara. Yoo jae menggujungi rumah Anggara sekarang." Teriak Yoon jae masuk kedalam teras rumah Anggara.

Anggara yang sedang membersihkan motornya itu, menoleh ke Yoon jae. "Wih... Jae abis ngapain pake baju kaya gitu? Gila.. tumben pake baju yang kaya gitu." Ucap kanget Anggara sambil tertawa. Harapannya ingin dapat pujian, eh- musna seketika harapan itu dipikiran Yoon jae.

Yoon jae pun duduk dimeja teras Anggara. "Gara-gara kak Brian ini. " Jawab Yoon jae. "Hahahahahh... " Jawaban Anggara hanya tawaan terbahak-bahak.

"Bubun ada dirumah?." Tanya Yoon jae. "Gak ada, Bunda sama Ayah gue lagi pergi kemall. Mau ngapain nanyain? Tumben."

"Cuma nanya. Eh.. ga besok kamu jemput Yoon jae ya kalau mau pergi sekolah."

"Bukannya ada Kak Ceye? "Tanya Anggara yang masih asik dengan dunianya, membersihkan Motornya.

Yatuhan, gak perhatian banget sih.. ni orang. Batin Yoon jae kesal.

"Udah pokoknya besok berangkat sekolahnya bareng. Dan terus besok kesekolahnya, jangan pake motor ini." Suruh Yoon jae seenak jidat.

"Terserah gue, mau pake motor kolong wewe lah, pake motor galaksi lah, mau pake motor venus lah. Itu motor gue jae." Ucap Anggara. "Asli ih... Jangan pake motor itu, lelet teknolonginya. Lagian motor lama kenapa gak dijual-jual." Saran Yoon jae, yang dapat diketahui olehnya jawaban dari sang Anggara pasti sama, itu dan itu.

"Jangan dijual lah.. ini motor kesayangan gue. Inget Motor kesayangan." Jawab Anggara.

Yaelah... Motor aja udah disayangin. Yoon jae kapan ga?. Batin Yoon jae. Memandang lurus bayangan.

ASLI PUSING-PUSING. JANGAN LUPA TEKAN TOMBOL BINTANG KECIL DIBAWAH INI. CUMA MINTA TEKAN KOK. SORRY BILA ADA TYPO. MAKASIH:).

Wish [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang