Happy Reading
...Hari-hari Maymunah semakin suram, semenjak Dosen PS-nya berpindah tangan ke dosen killer itu. Sampai satu kesalahan penempatan koma saja dipermasalahkan habis-habisan. Membuat May ingin mencakar-cakar tembok setiap kali bimbingan.
Terget May untuk maju seminar proposal akhir bulan ini nyaris sirna, masalah perubahan judul saja sudah memakan waktu satu minggu, untuk revisi BAB I, May sampai bimbingan sebanyak lima kali. Barulah BAB I yang ia buat disetuji oleh dosen PS-nya itu. Jiwa May tertekan, tenaga May diporsir habis-habisan.
Belum lagi May harus adaptasi dengan rumah baru yang baru mereka tempati satu minggu terakhir ini, menangani semua urusan rumah sendiri. May hanya sanggup sekitar tiga hari mengurus semua urusan rumah sendiri, tanpa bantuan asisten rumah tangga. Di hari keempat May mulai merengek meminta memperkerjakan asisten rumah tangga kepada Pangeran.
"Rumah kok kayak kapal pecah gini?"
Pangeran mengurut keningnya begitu memasuki rumah. Pangeran berharap setelah berlelah-lelah bekerja, ia akan mendapat ketenangan di rumah. Nyatanya yang ia dapat seperti ini.
"Berisik ih Kak, aku lagi skripsian ini."
"Tapi ini sampah berserak dimana-mana May, buku kamu juga berserak gini!" Pangeran memijat kepalanya yang terasa berat seketika.
"Nanti aja aku beresin, nanggung." May menanggapi omelan Pangeran dengan santai.
"Saya gak bisa berada di rumah yang kondisi di dalamnya sejorok ini, ini rumah manusia May. Bukan kandang binatang!" Sorot mata Pangeran menajam.
"Kak kok jadi marah-marah gini, berlebihan!" May mulai terselut emosi.
"Ini bukan berlebihan namanya, kamu yang kelewat jorok!"
"Yaudah bersihin aja sendiri. Simple Kan!" May bangkit dari posisi duduknya yang sedang duduk lesehan di lantai.
"Hebat! Kamu yang ngotorin saya yang bersihin! Begini cara kamu menyambut suamimu yang baru pulang kerja!"
"Kenapa jadi merembet kemana-mana. Siapa suruh nikah sama bocah seperti aku!" May menghentakkan kakinya kesal.
May lalu masuk ke dalam kamar, membanting pintu cukup keras. Menguncinya dari dalam.
Perang dingin di mulai.
Pangeran kembali ke luar rumah. Meninggalkan May yang menangis di dalam kamar.
Permasalahan yang mendasar hanya satu, mereka sama-sama lelah. Sehingga kesalahan sedikit saja bisa menjadi besar, dan celakanya mereka mengikuti ego masing-masing
..May meringkuk di dalam selimut, matanya bengkak. May pada dasarnya tipekal wanita yang sangat cengeng, pantang disenggol sikit bawaannya langsung menangis dan merajuk.
May paling benci dibentak, kerena mentalnya tak sekuat itu menerima bentakan. Terumatama bentakan dari orang yang ia sayang. Rasa sakitnya terasa dua kali lipat.
Malam ini, May dan Pangeran tidur saling memunggungi. Tidak ada percakapan sederhana sebelum tidur, tidak ada kecupan di kening May sebelun tidur, dan tidak ada pelukan hangat dari Pangeran.
Punggung meraka saling beradu, sejalan dengan ego mereka yang ikut bertabrakan.
May, tak kunjung bisa terlelap. Ia sudah ketergantungan dengan pelukan Pangeran. Hingga, tidur tanpa pelukan dari Pangeran dirasa ada yang kurang.
"Kak." Setelah memanggil Pangeran, May menggigit bibir bawahnya. Ia takut, Pangeran akan membentaknya lagi.
"Kak." Panggilan kedua. May membalik badannya, menatap punggung kokoh Pangeran.
"Kenapa?" Pangeran membalik tubuhnya secara tiba-tiba. Membuat jantung May, terasa jedar jedur.
"Aku gak bisa tidur." May jujur.
Tidak ada jawaban apa-apa yang keluar dari mulut Pangeran, akan tetapi Pangeran langsung nenjawabnya dengan sebuah tindakan. Ia merengkuh tubuh ramping May, mendekap May dengan lembut.
"Maaf,"ucap May dengan lirih.
"Tidurlah." Pangeran mengecup puncuk kepala May, berlanjut ke kening May.
Setelah mendapatkan kecupan, dan pelukan dari Pangeran. May baru bisa terlelap. Tidur dengan hati yang damai.
"Seberapa menyebalkan pun dirimu, aku selalu luluh. Kalah dengan wajah dan sorot teduhmu. Ah sepertinya aku mulai gila." Pangeran membatin sambil menelusuri wajah May dengan jemarinya.
"Sebelumnya aku tidak pernah semudah ini luluh dengan wanita. Di tangan wanita manja dan menyebalkan ini, aku seolah menjadi pihak yang lemah." Pangeran lagi-lagi membatin.
...Perang dingin ternyata belum juga usai. Meski mereka pada malam harinya tidur berpelukan. Setelah bangun, aura-aura dingin kembali mendekap mereka.
Pangeran dan May, saling diam. Tidak ada yang mau mengawali pembicaraan.
Bahkan May lebih memilih berangkat ke kampus dengan menggunakan ojek. Dan Pangeran tidak terlihat berusaha menghentikan May, paling tidak membujuk May untuk tetap berangkat dengan dirinya. Pangeran membiarkan May berlalu begitu saja.
Tapi itu yang terjadi di hadapan May.s Sementara di belakang May, sebenarnya Pangeran langsung mengikuti motor ojek yang membawa May, sempat juga mencatat plat motornya. Pangeran melakukan semua itu tanpa sepengetahuan May.
Karena lagi-lagi apa yang Pangeran lakukan tulus, terlepas kekesalan pada May yang masih bersarang dalam hatinya. Bukan ingin mencari simpati May.
...
Tbc
Maafkan, karena teramat singkat.
Lagi mengumpulkan feel untuk melanjutkan cerita ini, semacam sulit untuk dipaksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran untuk Maymunah
RomancePangeran berusia 30 tahun. Ganteng iya, mapan iya, idola kaum hawa iya. Akan tetapi diusianya yang sudah menginjak kepala 3, Pangeran masih betah dengan status kejombloannya. Membuat orangtuanya jadi greget sendiri, dan memutuskan untuk ikut campur...