Part 21

5.6K 438 35
                                    

Happy Reading
...

"Capek Kak,"rengek May sambil duduk di atas tanah.

"Belum aku ajak ngebajak sawah, masih nanam sayur." Pangeran tertawa renyah.

"Emangnya aku kerbau apa ya, pake diajak ngebajak sawah."

"Ngomong-ngomong, Kakak kok bisa semuanya sih. Masak bisa, berkebun bisa. Luarbiasa."May berdecak kagum.

"Karena aku mau belajar banyak hal."

"Termasuk mencintai aku ya Kak?" May mengedip-ngedipkan matanya.

"Udah ayuk berdiri, muka udah kucel gitu, baju jorok duduk di tanah. Tinggal dikasi kaleng sambil nadahkan tangan udah bisa." Pangeran terkekeh.

"Jahat banget astaga, masa istri sendiri dikatain gembel." May menatap Pangeran dengan tatapan jengah.

"Becanda kali. Ayok." Pangeran membantu May untuk bangkit.

"Gendong?"pinta May.

"Heh digendong, emang kamu karung beras. Minta digendong segala."

May bangkit dari posisinya yang duduk di tanah, berjalan sambil menahan rasa kesal.

Karena berjalan terlalu cepat, May tidak sadar ada tiang di hadapannya. Untung saja Pangeran bergerak cepat, melatakkan tangannya di depan dahi May dengan ritme cepat. Sehingga dahi May tidak jadi menubruk tiang beton itu.

"Lah, sejak kapan tiangnya ada di sini. Siapa yang mindahin coba." May ngedumel.

"Wah-wah malah tiangnya yang disalahin. Hebat loh." Pangeran bertepuk tangan.

"Au ah." May kembali melanjutkan langkahnya.

Begitulah, wanita selalu sulit  dimengerti, kadang dirasa masih bercanda eh audah dimasukin ke hati. Membaca hati dan perasaan wanita sangatlah sulit.
...

Pada siang harinya. May berangkat ke kampus. Sebenarnya bukan mau bimbingan, hanya ada janji dengan Lola, Chacha dan Raden, sahabat yang sering ia sebut trio wekwek.

"Enak bener ya lu Bun, minggu depan udah seminar proposal aja. Gue apa kabar?" ucap May.

"Semua akan seminar pada waktunya wahai anak muda." Lola menepuk bahu May.

"Iya kalau gue seminar pasa lu semua udah wisuda kan gak lucu."

"Lucu lah, gue ngakak entar,"celetuk Raden.

"Kampret, tega amat lu Panjul." May mendelik kesal ke arah Raden.

"Jangan patah semangat dong, lu pasti bisa." Chacha ikut menyemangati May.

"Pas bimbingan sama Pak Arman, coba sesekali panggil nama gue tiga kali,"celetuk Raden lagi.

"Abis itu laporan gue dicoret semua. Lu niat nyemangatin gue atau gimana sih!" May berdecak kesal.

"Niat gak niat cuy." Raden tertawa renyah.

"Udah woy Den, nanti May nangis loh." Chacha menengahi.

Tiba-tiba, perut May terasa bergejolak hebat. Ia merasakan gejala mual. Tidak menunggu waktu lebih lama lagi May langsung berlari menuju kamar mandi terdekat.

"Eh lu kenapa Maymunah?" Lola dan Chacha terlihat panik.

"Kejar sono, nanti dia pingsan lagi di kamar mandi,"ucap Raden.

Lola dan Chacha berlari mengikuti May. Begitu sampai di kamar mandi May langsung meluaskan rasa mualnya.

"Lu gak kenapa-kenapa kan May?"sahut Lola dari luar kamar mandi.

Pangeran untuk Maymunah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang