Part 24

5.5K 437 36
                                    

Happy Reading
..

Setelah berdamai, May dan Pangeran sepakat untuk memberitahukan kepada keluarga mereka perihal kehamilan May.

Keluarga dari kedua belah pihak menyambut kabar itu dengan suka cita. Bahkan sampai membuat acara syukuran kecil-kecilan.

"Unyil, kamu bisa denger suara Om gak?" Makky berjongkok, seolah mengajak bayi dalam kandungan May mengobrol.

"Kok dipanggil unyil coba." May geleng-geleng kepala.

"Unyil, kamu lagi main bola ya di perut Mama. Bagus Nak, nanti biar jadi penerus Messi ya,"ucap Makky lagi.

"Abang! Kan belum tentu anak aku cowok." May bersungut-sungut.

"Mama unyil kok cerewet amat sih, gak boleh marah-marah atuh Mama unyil.  Unyilnya gak suka punya Mama galak, atut."

Setelah mengatakan itu, Makky langsung menghindar. Karena jepitan kalajengking May sudah menanti.

"Lucu ya panggilannya Mama unyil. Boleh juga kayaknya Makky,"ucap Pangeran.

"Aku gak mau ya dipanggil Mama unyil." May mengerucutkan bibirnya.

"Jadi maunya dipanggil apa, Mama Apin eh?" goda Makky lagi.

"Ma, Abang tuh." May meminta bantuan kepada Mamanya.

"Makky, adiknya jangan digangguin dong!" lerai Bu Devi.

Acara syukuran kehamilan May berjalan dengan lancar, keluarga dan kerabat dekat turut hadir ikut mendoakan yang terbaik untuk May dan si jabang bayi.

Semua orang menanti kehadiran si kecil, karena akan menjadi cucu pertama di keluarga May dan Pangeran.

Meski Abang May Musa sudah menikah, namun hingga saat ini Allah belum jua menitipkan amanah berupa anak kepada Abang dan Kakak Iparnya. Jadi kehadiran si kecil di tengah dua keluarga besar tersebut sangatlah dinanti.
...

Semenjak May hamil, Pangeran berubah menjadi suami yang sangat overprotektif. Sampai May jengah dibuatnya. Pangeran yang dingin dan kaku seolah raib begitu saja, Pangeran berubah  menjadi sosok yang cerewet, sedikit romantis dan protektif berlebih terhadap May.

"May." Pangeran menyentuh pipi May lembut.

May terusik dengan sentuhan lembut Pangeran itu, ia membuka matanya yang masih terasa berat dengan susah payah.

"Kenapa Kak?" Suara serak khas orang yang baru bangun tidur.

"Makan yuk sayang, Kakak udah selesai masak." Pangeran mengusap puncuk kepala May dengan lembut.

"Kakak masak lagi?" May mengerjap-erjapkan matanya.

"Iya, kamu kepengen makan rendang kan? Udah Kakak buatin, kita makan ya." Pangeran tersenyum sangat manis, benar-benar sangat manis.

"Kakak belajar masak rendang dari mana?"tanya May heran.

"Belajar sama Umi udah dari beberapa hari yang lalu, terus tadi pas masak Kakak sambil nelfon Umi juga. Jadi masaknya sambil diarahkan sama Umi,"ucap Pangeran dengan jujur.

"Ya ampun segitunya."

May merasa tersanjung dengan pengorbanan Pangeran itu, May tahu betul memasak rendang bukan suatu perkara yang mudah. Apalagi untuk seorang lelaki.

"Akhir-akhir ini kan kamu suka makan rendang, jadi Kakak kepengen masakin kamu rendang."

"Jadi terharu, asli." May menitikkan air mata, tanpa sadar.

"Tuh kan nangis lagi, sikit-sikit nangis. Senyum dong, Kakak males ih liat kamu nangis mulu." Pangeran mengusap air mata May dengan ujung jarinya.

"Kak suapin ya?" pinta May.

Pangeran untuk Maymunah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang