Part 19

5.7K 458 46
                                    

Happy Reading
..

"Kakak nyium aku? Gusti, lumer akutuh,"celetuk May dengan semangatnya.

Pangeran tertawa lebar,  Pangeran sudah menduga kalau May akan merespon dengan respon seheboh itu.

"Pipi aku panas Kak, coba cium lagi sebelah yang ini manatau jadi sejuk." May mengedip-edipkan matanya. Pangeran lagi-lagi tertawa lebar.

"Idih malah ketawa," ledek May.

Tidak terduga, Pangeran bergerak cepat. Mengecup pipi May yang sebelah kanan secara singkat.

"Pengen pingsan rasanya." May mengerjap-erjapkan matanya. Pipi May bersemu merah, merona malu-malu.

"Hahah, udah ya. Kita berangkat, keburu tutup warungnya." Pangeran mengelus puncuk kepala May.

"Terimakasih ya Kak." May mengecup pipi Pangeran sekilas.

"Kembali kasih Kancil." Pangeran melemparkan senyum manisnya.

Setelah itu, Pangeran melajukan mobilnya membelah kemacetan kota Jakarta di sore hari.
...

"Aku kok gak tau ya tempat ini, ketopraknya juara banget,"ucap May sambil mengunyah ketoprak yang belum ia telan.

"Mungkin kamu keseringan jalan di Mal, Cafe. Jadi gak sempat ngelirik warung sederhana gini,"jawab Pangeran.

"Menusuk banget loh jawabannya, Pak cuami kalau ngomong suka bener dah."

"Nanti aku ajak kamu lagi ke tempat-tempat sederhana, yang nampol menu makanannya."

"Harus mah itu, ngomong-ngomong aku masih berasa malu gitu deh make daster gini Kak,"ucap May pelan.

"Emak-emak yang make daster di sini kan bukan kamu aja, liat aja kanan kiri kamu banyak kok yang berdaster."

"Iya aku kan belum Emak-emak. Wajah aku aja berasa masih 17 tahunan."

"Tapi kan calon, calon emak anak-anaknya Pangeran,"jawab Pangeran dengan tenang.

"Widih, kok kedengerannya keren ya,"celetuk May dengan semangat.

Di saat May dan Pangeran sedang asik mengobrol, datang sesosok lelaki yang menghampiri mereka.

"Ay," sapa lelaki itu, namanya Habil. Mantan kekasih May semasa SMA.

"Habil." Spontan May berdiri.

"Lama gak ketemu ya, kamu apa kabar?"tanya Habil.

Pangeran bangkit dari posisi duduknya, merapatkan tubuhnya dengan May. Pangeran meletakkan tangannya di bahu May, seolah ingin menjelaskan dengan bahasa tubuh kepada lelaki yang ada di hadapannya ini kalau May adalah miliknya.

May sedikit kaget, karena tidak biasanya Pangeran mau merangkul dirinya. Apalagi di depan umum.

"Alhamdulillah baik, kemana aja sih lu Ababil? Hilang kayak ditelan bumi. Gue kira lu udah mati." May tertekekeh.

"Hahha masih nafas alhamdulillah. Gue ikut Bokap ke Belanda. Dan baru hari ini lagi, gue nginjakin kaki di Indonesia lagi." Habil menjelaskan kepada May.

"Ah iya ini suami gue, Kak Pangeran." May memperkenalkan Pangeran kepada Habil.

"Suami? Ah iya aku Habil. Teman May." Habil mengulurkan tangannya, dan langsung disambut oleh Pangeran.

"Pangeran, suami May." Perkenalan yang penuh penekanan.

"Selamat ya May, Bro. Eh gue cabut dulu ya, itu Mama nungguin." Habil menunjuk ke arah Mamanya.

Pangeran untuk Maymunah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang