Happy Reading
...May merasa sedikit kecewa dengan keputusan sepihak Pangeran yang memutuskan kalau tidak ada acara honeymoon. Pangeran beralasan dia di kejar banyak deadline di kampus. Padahal May sudah membayangkan honeymoon ke Dubai, Turki atau Mesir, kalau bisa juga ke Korea. Alhasil hanya menjadi sebatas angan-angan saja.
"Kok diem aja? Masih ngambek?" tanya Pangeran sambil menyetir. May tidak merespon apa-apa, May malah memilih memejamkan matanya.
"Nanti kita pergi liburan, tapi jangan sekarang May."
"Serah," jawab May dengan suara yang terdengar datar dan dingin.
"Yaudah," jawab Pangeran tak kalah dingin, mendengar jawaban May yang terkesan judes itu membuat Pangeran jadi ikut-ikutan merasa kesal.
"Bener-bener ya laki gue ini gak peka banget, harusnya tuh dia nenengin gue, bujuk gue atau apalah. Masa jawabnya yaudah. Ish kesel." May menggerutu dalam hati.
Hening, setelahnya tidak ada lagi pembicaraan yang tercipta di antara mereka. Baik itu Pangeran ataupun May, sama-sama memilih untuk diam dan sibuk dengan pemikiran masing-masing.
Karakter Pangeran dan May sebenarnya sangat bertabrakan, May sosok wanita periang, rusuh, pecicilan, cerewet, moodyan, dan gampang ngambek. Sementara Pangeran sifat Pangeran kebalikan dari sifat dan kebiasaan May, Pangeran itu hidupnya terkesan sangat datar, hidupnya tertata dan teratur, cuek, pendiam dan aura-aura dingin sangat melakat pada diri Pangeran, Pangeran juga tipekal pria yang kaku tidak begitu paham dengan perasaan wanita.
...Pangeran langsung memboyong May menuju rumahnya. Untuk sementara Pangeran memilih tinggal di rumah orangtuanya dulu, karena rumah masa depan yang sudah dipersiapkan Pangeran sejak lama masih dalam tahap renovasi, mengikuti selera May.
Pada awalnya warna rumah tersebut terkesan kaku, hanya mempergunakan dua warna sebagai cat dasar yaitu hitam dan putih. Demi kenyamanan May, yang tidak suka dengan warna sekaku itu, Pangeran mengalah untuk merombak kembali warna dan detail-detail ornamen rumah, mengikuti selera May.
May disambut hangat oleh Umi Pangeran, walaupun terlihat jelas kalau May merasa kikuk dan canggung.
"Alhamdulillah menantu Umi udah berhijab," ucap Umi Pangeran yang akrab di sapa Umi Fatimah.
"Alhamdulillah Mi," jawab May canggung.
"Yaudah, gih Elan ajak May ke kamar. Pasti capek," ucap Umi Fatimah lagi.
Di rumah Pangeran lebih akrab disapa dengan panggilan Elan, karena sewaktu kecil Pangeran sering menyebut dirinya sendiri dengan panggilan Elan, karena kesulitan menyebut Pangeran.
"Elan?" May menahan tawanya, sampai ia menutup mulut. Pangeran menoleh sekilas ke arah May, tatapan yang lagi-lagi membuat nyali May menciut.
"Loh kamu belum tau Nduk? Suami kamu ini biasa dipanggil Elan, kamu juga boleh banget manggil Pangeran dengan panggilan Elan."
"Ucul ya Mi panggilannya, Elan." May tak kuasa menahan tawanya lagi, May mati-matian meminimkan kebrutalan tawanya. Ia tertawa seelegan mungkin.
"Lucunya dimana?" tanya Pangeran. Sontak May langung berhenti tertawa.
"Elan, jangan galak-galak ih sama istri kamu," tegur Umi Fatimah.
"Loh, Elan kan emang gini Mi dari dulu. May harus bisa ngertiin Elan dong." Pangeran membela diri.
"Bersikap lembutlah Nak pada istrimu."
"Iya Umi," jawab Pangeran pasrah.
"Yaudah, gih masuk ke kamar Nduk, sekalain nyusun barang May."
"Iya Umi," jawab May dan Pangeran berbarengan.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran untuk Maymunah
RomancePangeran berusia 30 tahun. Ganteng iya, mapan iya, idola kaum hawa iya. Akan tetapi diusianya yang sudah menginjak kepala 3, Pangeran masih betah dengan status kejombloannya. Membuat orangtuanya jadi greget sendiri, dan memutuskan untuk ikut campur...