Part 28

5.2K 435 33
                                    

Happy Reading
...

"Kak." May membuka matanya yang terasa berat.

"Kok basah." May menyentuh bibirnya.

"Yah buat peta lagi aku ya Kak, malu banget asli. Ini wajah dikantongin bentar bisa gak ya? " May menutup wajahnya dengan bantal guling.

"Eh jangan digituin bantal gulingnya. Yah, kena iler juga dah itu sarungnya." Pangeran mendengus pasrah.

"Jadi sarung bantal guling ini lebih penting dari aku gitu?" May melepas bantal guling tersebut.

"Ya bukan gitu maksudnya, sekarang kan yang nyuci pakaian dan sejenisnya udah kamu. Kamunya gak bolehin  si Mbok ikutan nyuci lagi sih, ya bukan apa-apa sarung bantal guling ini kan baru diganti semalam ya, aku takut aja kamu terlalu kecapean, cucian banyak terus."

"Uluh uluh, utuk utuk." May cengengesan.

"Yaudah ayuk bangun, sholat tahajjud kita,"ajak Pangeran.

May sudah merasakan sendiri keajaiban dari sholat malam, semua beban hidup May terasa lebih ringan, hatinya semakin mantap untuk mengikhlaskan apa yang tidak ditakdirkan untuknya.
...

Meski terkadang May masih sering teringat perihal insiden keguguran yang ia alami, namun perlahan May mulai bisa menerimanya dengan hati yang ikhlas.

Hal ini tentu tidak terlepas dari kelihaian Pangeran kembali menghidupkan hari-hari May. Membuat May kembali menikmati hari-harinya seperti biasa.

May juga kembali menjalani aktivitasnya sebagai mahasiswa tingkat akhir semana biasanya. Untuk ketiga kalinya Dosen Pembimbing Skripsi May diganti, karena Pak Arman biang dari semua musibah yang menimpa May dan keluarga sudah resmi diberhentikan secara tidak terhormat, dan tengah mempertanggungjawabkan perbuatannya di balik jeruji.

Ketika sahabat-sahabat May sudah maju seminar proposal, sementara May kembali memulai semuanya dari dasar lagi. Syukurnya Dosen Pembimbing May kali ini lebih bersahaja dari yang sebelumnya.

"Gue dijodohin." Chacha memulai pembicaraan. Sampai-sampai Raden yang tengah makan bakso tersedak.

"Lah bagus dong Sis, lu gak jadi dong ya sama Raden. Selamat loh." May dan Lola bergantian menjabat tangan Chacha.

"Begini banget ya sahabat macam taik beruang kutub." Raden memicingkan matanya.

"Tainya putih juga gak ya? Eh gimana gimana." Lola tertawa renyah.

"Ini lagi serius Suaebah. Parah sih lo berdua. Nasib gue gimana dong?" Raden memasang ekspresi memelas.

"Kita kawin lari Den,"ucap Chacha begitu saja.

"Kalau kawin lari? Lari kan tuh, gimane kawinnya?" tanya Raden ambigu.

"Lontong sayur enak dimakan, udah lontong bego lagi!" Lola menjitak kepala Raden.

"Tapi itu bukan jalan keluar yang bagus sayang, pernikahan itu pondasi utamanya haruslah restu orangtua. Aku datang ngelamar kamu secara baik-baik aja ya?"

"Percuma odong. Papa aku udah gelap mata dengan harta, tahta dan jabatan. Kamu udah pasti ditolak, bawa aku kawin lari aja." Chacha menangkupkan kedua tangannya.

"Enggak Cha, aku memang mencintai kamu. Tapi untuk membawamu kawin lari itu tidak masuk dalam planningku. Karena aku ingin memilikimu tidak dengan cara merendahkan martabatmu sebagai seorang wanita." Raden yang biasa petakilan, kali ini terlihat begitu serius.

"Bilang aja kamu gak berani ambil resiko untuk menikahiku!" ucap Chacha dengan suara lantang. Setelahnya Chacha berlari, pergi menjauh dari mereka.

"Cha, kejar dong Raden!"ucap May dan Lola secara bersamaan.

"Dia butuh waktu sendiri,"jawab Raden datar.

"Baru juga tadi gue terharu denger ucapan lo, sekarang udah gedeg setengah mampus lagi. Kejer atuh dodol garut, ah elah." Lola jadi geram sendiri dibuatnya.

"Tau nih, kagak jelas banget sih lu kuda nil." May ikut memarahi Raden.

Benar, permasalahan dalam hidup seseorang hadir silih berganti. Bisa dari orangtua, pasangan dan juga sahabat. Begitulah real life.

...

Berada di kampus tidak membuat kondisi hati May membaik, justru beban pikirannya bertambah berkali lipat setelah melihat drama hubungan Chacha dan Raden.

"Kamu kenapa?" Pangeran menepuk bahu May.

"Copot, iya copt. Ish." May latah karena spontanitas ketika merasa kaget.

"Kakak ih, ngagetin aja. Gimana kalau aku jantungan tadi, Kakak mau apa jadi Duren?"

"Hah ngomong opo toh Neng, gimana bisa dari ngagetin nyambung ke duren. Kamu mau duren?"

"Duren itu kepanjangan duda keren atulah. Payah sih, keliatan banget udah tuwirnya. Singkatan gitu aja gak paham."

"Waduh, jangan dulu dong. Parah mah kamu May."

"Kak."

"Iya kenapa?"tanya Pangeran. Ia merebahkan kepalanya di atas pangkuan May.

"Gak ada, cuma miscall aja." May terkekeh.

"Telfon beneran dong,"jawab Pangeran.

"Oke,  ini aku calling ya. Diangkat ya Kak."

"Siap."

"Ting ting ting,"ucap May.

"Lah kok ting ting ting, kamu kan gak ting ting lagi." Pangeran tertawa jahil.

"Yah kan nelfon, pura-puranya itu bunyi handphone Kakak."

"Ah iya bener-bener. Totalitas tanpa batas ya.  Asyiap." Pangeran memperagakan gaya seolah ia tengah menerima telefon.

"Assalamualaikum,"ucap May.

"Waalaikumsalam, maaf Mbak. Sepertinya saya udah bayar tagihan listrik kok semalam, salah sambung sepertinya,"jawab Pangeran.

"Sumpah tega loh Pak cuami, ngeselin ih." May mencubit pinggang Pangeran.

"Hahahha oke ulang ulang." Pangeran tertawa lepas.

"Waalaikumsalam, Mbak aslinya pasti cantik banget ya. Suaranya aja udah cantik."

"Gimane ceritanya suara bisa cantik Pak, lama-lama Bapak ngeselin ya."

"Soalnya saya mendengarnya meresap sampe ke jiwa, jadi berasa cantik aja,"jawab Pangeran.

"Monmaap Bapak gombal apa ngegembel. Jadi pengen nyumbang uang receh saya jadinya Pak."

"Sumbang cinta kamu aja ke saya, sumbang secara permanen. Saya pergunakan nanti untuk pembangunan rumah tangga kita yang tahan air tahan badai tahan bocor. Gak nyesal lah pokoknya kalau udah nyumbang ke saya."

"Monmaap lagi nih Pak, Bapak jual bunga ya?"sambung May.

"Tergantung cuaca Buk,"jawab Pangeran.

"Soalnya hati saya mendadak berbunga-bunga gitu Pak."

Pecahlah tawa May dan Pangeran. Mereka saling beradu pandang, dan setelahnya mereka tertawa tidak santai. Sampai May berguling-guling di atas karpet.

"Kak monmaap lagi izin pengen kentut. Gak tahan lagi Kak."

"Pret pret pret." Setelahnya suara syahdu itu terdengar, May dan Pangeran spontan berhenti tertawa.

"Dapet banget Ya Allah istri begini." Pangeran kembali tertawa, disambung dengan tawa May yang tidak kalah heboh.

"Aduh, Kakak jadi sesak pipis. Kamu sih." Pangeran buru-buru berdiri dan langsung berlari menuju kamar mandi.

Pasangan ajaib abad ini.

...

Tbc

Gimana Wkwkwk

Pangeran untuk Maymunah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang