Part 34

9.5K 488 69
                                    

Happy Reading
...

Di penghujung malam menuju hari keempat. May tidak bisa tidur dengan nyenyak. May terlihat grasak-grusuk dan sebenarnya Pangeran sadar betul dengan kegelisahan yang tengah May alami itu. Hanya saja, Pangeran pura-pura tidak tahu.

Tidak kunjung merasa tenang. May beranjak menuju kamar mandi. Mengambil wudhu, guna menenengkan diri.

"Kamu kenapa?"

May terlihat kaget ketika mendapati Pangeran berdiri di depan kamar mandi. Begitu ia keluar dari dalam kamar mandi, yang pertama ia lihat adalah Pangeran.

"Itu... " May tergagap.

"Kak, boleh kita ngobrol serius malam ini?" tanya May dengan hati-hati.

"Kamu sudah punya keputusan?" Pangeran balik bertanya. May menganggukkan kepalanya.

"Baiklah, kita selesaikan malam ini juga."

Pangeran lalu berjalan terlebih dahulu menuju ruang tengah. May mengekor dari arah belakang.

"Kamu ngapain."

Pangeran mengerutkan keningnya, kala melihat May duduk bersimpuh di lantai.

"Kenapa duduk di situ?"

May tidak menjawab apa-apa hanya saja air matanya mengucur deras,bahunya bergetar hebat.

"Loh, malah nangis. Kamu kenapa?"

Pangeran turun dari atas sofa, mensejajarkan tubuhnya dengan posisi May saat ini.

"Aku istri durhaka Kak, bahkan rasanya aku tak pantas lagi mendapat maaf darimu." May menundukkan wajahnya, tidak berani menatap Pangeran dalam jarak sedekat ini.

"Sebelum kamu meminta maaf, aku sudah memaafkanmu. Berhentilah menangis, dan sampaikan keputusanmu May."

Pangeran meletakkan tangannya di atas bahu May. Menyentuh dagu May, dan mengarahkan May untuk menatapnya.

"Apapun keputusanmu, akan aku kabulkan."

"Kak." May menghela nafas sejenak.

"Andaikata, aku masih ingin bertahan di sisi Kakak. Apa aku masih pantas? aku malu dengan diriku sendiri Kak."

"Jadi intinya kamu ingin bertahan?"tanya Pangeran. May menganggukkan kepalanya pelan.

"Bertahanlah, kita mulai semua dari awal."

"Kakak masih mau? Kakak gak marah? Gak dendam? Kenapa Kakak begini Kak?"

"Karena cinta itu tidak memiliki alasan, Jadi aku belum menemukan alasan apapun untuk melapasmu. Aku masih mencintaimu May." Jawaban yang terdengar tenang akan tetapi tetap terdengar tegas.

"Bukankah ketika aku menduakan kakak di hatiku dengan pria lain sudah cukup untuk membuat Kakak kecewa? Bahkan, aku sendiri merasa sangat kecewa pada diriku sendiri Kak. Aku malu, dan membenci hatiku yang tidak setia pada satu hati."

" Karena aku masih mencintaimu. Anggaplah aku pria idiot May. Sudah disakiti, dan diduakan masih berlapang dada menerima. Jika kamu masih memiliki keinginan yang sama untuk mempertahankan rumah tangga ini, aku tidak akan punya alasan untuk mundur.  Tapi jikalau tadi kamu mengatakan ingin mundur, tanpa kamu mintapun aku akan mundur."

"Kak."

May menghambur ke dalam pelukan Pangeran. May menangis sejadi-jadinya dalam dekapan Pangeran.

"Bagaimana caranya aku menebus semua kesalahan aku ini Kak?"

"Jangan egois. Hanya itu kuncinya. Bersikaplah lebih dewasa lagi. Aku tidak menuntut banyak hal dari kamu May, aku justru ingin lebih banyak menuntunmu."

Pangeran untuk Maymunah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang