9. Its Just a Kiss, right?

82K 4K 118
                                    


"Kak Lily?"

"Kak?"

Lilyana perlahan membuka matanya, ia mengerjap, menatap langit-langit kamar hotel. "Kak? kakak gakpapa? aku khawatir banget."

Lily menengok sedikit dan mendapati Liandy yang duduk disamping kasur tempat ia berbaring saat ini.

Lily menunduk melihat dirinya, ia sudah mengenakan piyama tidurnya, pasti Elsa yang menggantikan pakaiannya tadi.

"Andy?" tanya Lily berusaha benar-benar sadar, kemudian ia bangkit perlahan.

Liandy membantu Lily untuk duduk, kemudian mengambil segelas air dari nakas dan memberikannya pada Lily. Lily menerima air itu dan meminumnya, ia menatap Liandy.

"Andy, Gabriel..?" tanya Lily ragu.

Liandy menghela nafasnya pelan, kemudian menaruh kembali gelas yang Lily pegang.

"Gabriel baik-baik aja, jangan khawatir," kata Andy. Lilyana mengingat segala hal yang terjadi sebelum ia pingsan, tubuhnya kembali gemetar, mengingat wajah Gabriel dihadapannya tadi, dan aliran darah di pelipis laki-laki itu.

"Gabriel lagi istirahat di kamar, tadi dia langsung diobatin sama pihak medis yang stand by di hotel ini," jelas Andy. Lilyana yang mendengar itu merasa sedikit lega.

Meskipun begitu, ia tetap tidak bisa menghilangkan ingatan tentang betapa buruknya kondisi Gabriel tadi.

"Mau ketemu," gumam Lily.

"Kakak udah gakpapa?" tanya Andy.

"Engga, aku tadi cuma shock doang, gakpapa."

Liandy menghela nafasnya lalu berdiri. "Yaudah ayo, ke kamarku," ucap Andy.

Lilyana ikut berdiri, ia melingkarkan tangannya pada lengan Andy dan berjalan ke arah kamar hotel Liandy dan Gabriel.

Sesaat setelah masuk, Lilyana langsung menatap ke arah kasur, ia melihat Gabriel yang tidur telungkup disana.

"Gab," panggil Liandy.

Gabriel yang mendengar itu bangun dan berbalik, tatapannya langsung mendarat pada Lyana yang berdiri di samping Liandy.

"Kakak gua mau ketemu," kata Andy. Lyana melepaskan tangannya dari lengan Andy dan berjalan menuju kasur.

"Kalau gitu, gua keluar dulu, kalian ngobrol aja berdua," kata Andy. Andy berjalan menuju pintu kamar, hendak bergegas pergi namun kembali berbalik menatap kedua insan yang kini duduk bersampingan di kasur.

"Inget ya, cuma ngobrol, jangan ng*we"

"Andy!" teriak Lily kaget mendengar penuturan adiknya.

Sedangkan Gabriel hanya tersenyum geli, ia sudah biasa mendengar ucapan vulgar dan tak tahu aturan dari teman kecilnya itu.

***

Setelah Liandy keluar dari kamar, suasana hening menyelimuti seisi kamar itu.

Lyana ingin memulai percakapan, namun ia tidak tahu harus mulai darimana, terlalu banyak hal yang terjadi hari ini.

Lily hanya menunduk tanpa melihat ke arah Gabriel, sedangkan Gabriel menatap Lily dengan tenang, menunggu Lily mengatakan sesuatu.

"Gabriel." Lily berucap sambil menengok ke arah Gabriel, pandangannya langsung tertuju pada kapas dan perban yang menempel di kepala bagian belakang Gabriel, membuatnya teringat akan kejadian beberapa saat lalu.

Lily tak kuasa menahan airmatanya, ia merasa bodoh sekali, ia merasa jahat dan tak tahu diri.

 Selama ini, Gabriel selalu bersikap manis padanya.

Gabriel & LilyanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang