25 - Tell me

203 46 13
                                    


***

27, Desember - Musim dingin.

Park Eunmi.

Saat salju pertama turun 24 desember lalu, aku sibuk bekerja.

Namun kali ini, liburanku harus menyenangkan.

Entah bagaimana bisa, setelah demamnya turun dan memaksakan diri bekerja. Taehyung menyuruhku mengambil cuti hingga awal tahun.

Ya, terhitung hanya 5 hari saja sih, tapi itu keberuntungan bagiku!

"Ayo cepat!" Teriakku pada Jimin yang masih menaiki tangga.

Kami berada di Hongdae, berjalan-jalan menikmati musim dingin.

Aku memutuskan menghabiskan waktu bersama, karena Jimin akan kembali ke Busan untuk beberapa hari ke depan.

"Pakai sarung tanganmu, Bodoh!" Tepat saat dia berdiri di hadapanku, Sarung tangan itu di pukul mengenai kepalaku.

"Aw!"

Selanjutnya dia memasang sarung tangan untukku. Orang-orang pasti akan menyangka jika kita sepasang kekasih, jika begini.

"Aku mau es krim." Bisikku pada Jimin.

Jimin melotot dengan hidung yang sedikit memerah. Pasti dia kedinginan.

Pria pendek di hadapanku membenarkan beannie tebalnya dan menatapku seperti melihat hantu. "Kau lihat salju yang berserakan di jalanan? Kenapa tidak kau jilati saja sana, rasanya seperti es krim."

Aku tertawa keras menatapnya yang mengoceh. "Ah, yasudahlah kalau tidak mau aku beli sendiri."

Aku menjulurkan lidah dan berlari kecil menaiki tangga. Meninggalkannya yang mendengus sebal.

Andai, Ayah dan Ibu masih ada. Mungkin kami akan merayakan natal,musim dingin dan tahun baru bersama.

Aku tidak pernah tahu bagaimana rasanya liburan bersama keluarga, saat itu umurku 5 tahun. Aku tak ingat apapun.

Yang aku ingat hanya Jimin. Karena kami merayakan natal berdua, melewati pergantian musim bersama.

Aku mendorong pintu dan bunyi bel berbunyi di atasnya, aku melangkah masuk ke dalam kedai Penguin Macaroon .

"Rasa stroberi satu dan cheese cake satu." Kataku pada pemilik kedai es krim, dan segera duduk.

"Jimin, Sini!"

Pria itu menatapku geram, tangannya yang masuk ke dalam mantel dan berjalan lambat menghampiriku. Membuat aku ingin tertawa.

"Kau mirip kurcaci!"

Sedetik kemudian Jimin menjitak kepalaku. "Aw!"

"Sekali lagi kau mengejekku, aku sumpal mulutmu dengan -"

"Es krim!"

Aku melirik Jimin yang semakin kesal setelah aku memotong ucapannya. "Es Krimnya sudah datang." Kataku yang meraih Es krim pesananku.

"Kau mau?" Tawarku menyodorkannya pada mulut Jimin.

"Aku kedinginan, orang gila macam apa yang malah beli dua es krim di musim dingin?" Katanya galak.

"Yasudah pesan yang lain sana."

Jimin lantas memesan minuman, meninggalkanku.

Suasana hatiku sangat baik, lebih dari kata baik. Karena Jimin bersamaku sekarang.

APARTMENT 101✓️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang