Mungkin kamu tidak akan pernah tahu bahwa aku mencintaimu. Tapi, aku bersyukur, setidaknya kamu tahu satu hal, bahwa kamu adalah duniaku.
ㅡ
Pagi ini seperti biasanya aku menunggu wanita yang sering kusebut duniaku. Setiap pagi aku menunggunya bangun tidur, mandi dan sarapan. Kebiasaan ini aku lakukan semenjak aku berusia 6 tahun. Aku terbiasa dengan segala aktifitasku yang menyangkut tentang diaㅡDaerin.
Ketika aku melewatkan satu saja aktifitas yang setiap harinya kujalani bersamanya, aku pasti merasa ada yang kurang. Itulah mengapa aku menyebutnya duniaku dan alasan lainnya, karena aku rasa aku sudah masuk terlalu dalam kedalam hidupnya dan diapun juga sama sudah masuk terlalu dalam kedalam hidupku.
Aku duduk diruang keluarga, ruangan ini tidak besar dan tidak juga kecil. Tempat ini selalu sama dan sejak kecil aku sangat suka menunggu Daerin ditempat ini. Tempat ini adalah tempat ternyaman kedua setelah kamarku.
"Joon, sorry.. gue lama." Katanya seraya memasukan barang-barangnya kedalam tas.
"Enggak kok, ayo kita sarapan."
Aku dan Daerin sarapan dimeja makan, kami duduk saling berhadapan. Daerin sangat cantik, rambutnya lurus dan matanya selalu indah. Tingkahnya manja, entahlah ini cuman perasaanku saja atau memang benar kalau Daerin bersikap manja hanya denganku. Daerin wanita baik, meski keliatannya dia cuek, tapi sebenarnya dia peduli.
Kami berdua makan, sesekali bercerita. Bukan Daerin namanya kalau tidak bercerita soal mimpinya semalam.
"Joon, lo tau ga?"
"Ga."
"Ih, ck."
Aku memang kadang sengaja membuat Daerin kesal, karna wajahnya sangat lucu dan menggemaskan saat sedang kesal.
"Hahaha.. iya-iya, jangan ngambek. Apa?"
"Tadi malam gue mimpi, kalo gue meninggal. Ihh.. takut."
"Ck, cuman mimpi, jadi jangan takut."
"Kalo beneran terjadi giman? Hmm.."
Aku mohon jangan, Tuhan. Jangan buat mimpi Daerin menjadi kenyataan.
"Ga bakalan terjadi, Rin."
ㅡ
Siang ini seperti biasanya, aku dan Daerin makan siang di restoran yang menjadi tempat terfavorit kami sejak SMA.
"Kalo makan itu pelan-pelan, Rin.. ga ada yang mau nyuri makanan lo." Kataku seraya membersihkan sudut bibir Daerin. Hm, bukan Daerin namanya kalau makan tidak ada sisa makanan disekitat bibirnya.
Dia seperti anak kecil, padahal sebentar lagi dirinya menginjak usiah 26 tahun. Tapi meski begitu, ini adalah salah satu hal dari hal-hal kecilnya yang membuatku semakin jatuh cinta padanya.
Setelah makan siang kami pergi menonton film sampai sore. Kami berdua adalah pecandu film, bahkan film yang menurut kalian sangat membosankan sekalipun, kami akan tetap menyukainya. Karena, semua film memiliki pesan yang berbeda-beda. Sama seperti karakter manusia yang berbeda-beda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aletheia [BTS Oneshot]
FanficDon't hide, don't cheat. Be brave, show up. A project for celebration and first debut 31 December, 2018 Crownses