Tanlia sampai rumah kontarakannya pada pukul 10 malam. Entah bagaimana ceritanya ia bisa sampai di tempat tinggalnya selarut ini. Tapi jikalau ada yang harus dislahkan ya tentu saja Naomi. Tapi, barusan Tanlia juga mampir ke cafe, untuk sekedar mengecek laporan dalam map yang ia bawa.
Jadi disini siapa ya salah? Ya tentu Naomi. Mungkin itu lah pikir Tanlia.Setelah membuka pintu rumah kontrakannya itu Tanlia bergegas masuk ke dalam kamarnya yang masih gelap gulita. Sejenak ia memandang kamarnya yang rapi belum tersentuh itu. Helaan nafas terdegar berat terlontar dari mulut Tanlia.
Tanpa aba aba ia langsung meloncat ke kasurnya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang hampir patah patah.
Tak lama mimpi pun menyambutnya dengan senang hati. Baru sebentar ia terlelap, tidurnya terganggu oleh ketukan dari pintu utama.
Dengan langkah berat dan setengah hati Tanlia segera membuka pintu rumahnya. Dan melihat sosok yang menyeramkan disana. Yang satu sih it's oke tapi satu lagi? Menyeramkan!
"Hai Tanlia" suaranya pun membuat Tanlia merinding. Tapi yah dia sadar bahwa makhluk di depannya ini tentu saja manusia, bukan makhluk gaib seperti apa yang dia bayangkan.
Tanlia tidak membalas ucapan orang itu, hanya menaikan satu alisnya sebagai kode ia bertanya."Ini Naomi datang ke sini mau menggajak makan bersama, di rumah tidak ada siapa siapa sih, kak Delio juga tidak mau makan. Makanya Naomi ke rumah Tanlia, hehe. Tidak masalah 'kan? "
Yap, yang malam malam menganggu tidur manisnya Tanlia itu siapa lagi kalo bukan Naomi? Dan apa tadi? Jauh jauh datang ke rumah Tanlia hanya untuk ditemani makan? Astaga... Tidak ada alasan yang lebih absurd kah?
Sebelum Tanlia membalas ucapan Naomi atau mengusir Naomi dengan kata kata tajamnya, tanpa di suruh Naomi sudah berjalan dengan santainya ke arah dapur dan menyediakan makanannya. Tanlia menahan amarahnya dengan mengepalkan tangannya, emosinya sudah di ubun ubunn permirsah!
"Em, itu. Maafkan kelakuannya, dia sudah kelewatan sepertinya." Ah iya Tanlia melupakannya. Disini kan ada kakak tercentongnya si Naomi yang tamvan. Eh..?
"Ck, setelah ini borgol Naomi di kamarnya! " Tanlia membalasnya dengan kata yang cukup tajam. Tanlia tidak peduli, emosinya sudah cukup ditahan dari tadi.
Tanlia pun masuk kedalam dapurnya dan melihat Naomi tengah asik makan. Bukankah tadi dia bilang 'untuk di temani makan? ' Nah ini kok malah makan seorang diri? No! Bukan Tanlia mau, tapi jika mau asik makan sendiri kenapa harus jauh jauh ke rumahnya dan menganggu tidurnya? Ya Tuhan...
"Cepat habiskn makanan itu dan cepa- "
'Uhuk uhuk uhukk! '
Ucapan Tanlia terhenti ketika Naomi tanpa permisi menyuapinya dengan makanan."Aduh maaf, tidak enak ya makanannya? Naomi kira enak, makanya Naomi suapi Tanlia. " Ucap Naomi dengan rasa bersalah sambil menyodorkan segelas penuh air.
Tanlia dengan cepat menerima air itu. Ia meneguknya sampai habis dan menatap Naomi dengan garang.
"Lo kalo mau nyuapin orang tau situasi! Gue lagi bicara, gue keselek terus mati gimana?!" Gimana Tanlia tidak marahlah Naomi itu udah menganggu tidurnya, dan sekarang hampir membuatnya mati tersedak.
"Maaf Mbak Li, Naomi hanya reflek. "Naomi kembali menyebut Tanlia dengan sebutan Mbak Li, berarti ia menganggap saat ini Tanlia benar benar atasannya.
"Sekali lagi maaf ya, sekarang kita makan lagi yuk, sayang makanannya, udah capek capek juga kak Delio memasak." Dengan cepatnya Naomi kembali menyebalkan untuk Tanlia.
"Lo ga salah makan jam segini? Hampir jam 11 malam? " Tanya Tanlia heran dengan ketidak takutan Naomi jika badannya akan gemuk.
"Nope, kapanpun, apapun, dimanapun asalkan itu makanan enak pasti Naomi makan. Masalah gendut, kan Naomi emang udah gendut, haha. " Sungguh dia membalasnya dengan santai permirsahh!
"Lo? " Tanlia menunjuk Delio yang terdiam sedari tadi menyaksikan interaksi dua perempuan di depannya.
Delio menatap Tanlia bingung.
"Hem?" Balas Delio bertanya.Tanlia mengalihkan pandangannya tidak peduli, tadinya dia mau bertanya ' kenapa Delio tidak makan' Eh orangnya malah balik nanya. Naomi yang melihat itu dan melihat kakak nya yang terdiam bingung atas sikap Tanlia yang aneh tersenyum dan berkata.
"Tanlia itu tadi maksudnya bertanya pada kakak kenapa kakak tidak makan. "Jelas Naomi.
"Benarkan Li? " Tanya Naomi memastikan. Dan Tanlia hanya membalasnya dengan gumaman.
Delio tersenyum seakan baru mengerti.
"Maaf, saya tidak mengerti tadi maksudnya apa. Saya tidak makan karena Naomi melarangnya. ""Kenapa?" Tanya Tanlia kembali, entah kenapa dia jadi sekepo ini.
Delio bukannya menjawab malah kembali bingung dengan pertanyaan Tanlia."Kenapa kakak Naomi larang makan. " Naomi menerjemahkan. Delio menangguk mengerti.
"Supaya saya tidak gemuk." Jawab Delio geli atas alasan yang Naomi katakan untuknya.****
Tak terasa makanan pun telah habis tak tersisa. Dan malam sudah semakin larut. Jam sudah menunjukan pukul 12 malam kurang 20 menit. Berarti mereka makan cukup lama walaupun mereka makan tidak banyak yang dibicarakan.
"Nah Tanlia makanannya sudah habis kita pulang ya, yuk kak. "Pamit Naomi tanpa babibu. Tanlia menatap Naomi yang berjalan keluar rumahnya dengan tampang terkejut.
"Naomi! Cucian piringnya bagaimana?! "
Naomi melihat Tanlia sebentar dan tersenyum dengan sesal.
"Maaf ya Tanlia, nanti saja Naomi cucikan kapan kapan ya. "Perkataan Naomi membuat Tanlia naik pitam. Apa apaan ini seenak jidat bilang gitu?
"Lo! Gausah injakan kaki ke rumah ini! Lagi! "'Blam'
Pintu ditutup dengan kerasnya, Tanlia sudah benar benar marah sekarang. Bagaimana tidak kesal?
Pertama! Datang kerumahnya dengan santai.
Kedua! Menyuapinya tanpa permisi dan hampir membuatnya mati tersedak.
Ketiga! Dia sempat memaksanya menghabiskan semua makanan.
Keempat!! Pulang tanpa permisi dan tanpa bertanggung jawabnya untuk menyuci piring!
Makhluk macam apa dia?
Datang tak diundang dan pulang tak diantar.Sudahlah lupakan lebih baik dia tertidur kembali dan mengistirahatkan kepalanya yang akan meledak ini. Dan berharap bahwa hari ini hanyalah mimpi buruk yang tidak pernah terjadi dalam hidupnya.
Setelah berbaring dan menemukan posisi nyaman dalam kasurnya tiba-tiba Tanlia termenung. Memikirkan betapa gencarnya usaha Naomi untuk menjadi teman dekatnya. Ya Tanlia sadar bahwa ini adalah usaha Naomi untuk dekat dengan Tanlia. Sudah sering pula Naomi datang ke rumahnya. Entah itu untuk sekedar makan, minum, nonton, main PS, tau hanya sekedar ke kamar mandi.
Naomi juga orang yang kesepian, menurut buku curhatan yang terbuka lebar alias mulutnya itu. Naomi bilang dia tidak suka orang yang fake, dia lebih suka orang yang menjunjukan ketidak sukaannya secara terbuka, seperti Tanlia ini. (Aneh kan?) Naomi banyak teman tapi semua hanya butuh Naomi karena harta yang dimilikinya.
Dia juga kesepian di rumah, orang tuanya selalu pergi untuk urusan bisnis, dan kakaknya Delio itu juga jarang pulang dari New York karena pekerjaannya.Tanlia juga bukan tidak suka dengan sikap Naomi yang menunjukan bahwa benar benar ingin bersahabat dengannya. Tapi Tanlia belum siap, masih banyak ketakutan dalam dirinya. Dia takut percaya kepada seorang sahabat. Tanlia juga kadang merasa kasihan kepada Naomi tapi lukanya belum siap untuk menerima luka baru. Jadi biarkanlah semuanya seperti ini dulu.
Tanlia tersadar bahwa sedari tadi dia terus memikirkan Naomi hingga lupa bahwa matanya juga membutuhkan tidur. Dengan cepat ia memejamkan matanya yang telah lelah itu
*****
*) Gatel tangan buat ngetik lagi hehe :P
Gimana sama sikapnya Naomi? Kurang gereget?
Aku juga bingung nulisin si Naomi gimana haha XD
*) Maaf ya ceritanya kurang wow kan aku udah kasih alasan di part kemarin ya kan?
Terus kenapa aku maksain buat nulis kalo ga bisa? Aku cuman mau berbagi imajinasi sama kalian itu aja sih :DJangan lupa komen, dan tekan bintangnya ya, bintangnya di bawah lho bukan di langit jadi nggak susah kok :D
Okay semoga kalian suka ya...
See you next part...
Bye bye.. :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Bandel
Romance#121 romantic 02/01/19 "Yang gue mau sekarang. Cuman satu. Cinta dari diri gue." 28 Desember, 2018