Part 14

9 1 0
                                    

Happy reading!!!

Cahaya matahari membuat tidur Tanlia terganggu karena panasnya yang cukup membakar kulitnya.

"Haiss ganggu banget!"racaunya sambil bangun dari sofa tempat tidurnya.

Mengucek matanya lalu menggeliat untuk merenggangkan otot-ototnya yang kaku dan terasa sakit di beberapa bagian tertentu. Ini pasti akibat dari tidur di sofa. Rasanya badan Tanlia akan bubuk saat itu juga.

"Buenos dias," sapa Naomi di tempat tidurnya sambil tersenyum cerah.

"Hah?" Kata Tanlia karena tidak mengerti apa yang Naomi katakan.

'ck gue payah banget kayaknya' batin Tanlia.

"Hahaha, Naomi mengerti Tanlia pasti tidak paham. Maafkan ya. Artinya itu tadi selamat pagi Li." Ucap Naomi sambil bangkit dari tempat tidurnya.

"Ohhh, ehh Lo mau kemana? Kembali ke kasur ga?! Nanti kakak Lo tau, bisa-bisa gue digantung di pohon pisang.." Tanlia buru-buru mendorong Naomi kembali ke kasur. Kalau sampai Delio tahu apa yang dilakukan adiknya pasti Tanlia akan pulang ke Indonesia bersamaan dengan peti matinya.

"Ishhh Li, Naomi bosan tidur, duduk di kasur terus. Tidak lihat bokong Naomi sampai datar begini?" Ujar Naomi.

"Terserah deh."

"Oh pada ke mana?" Tanya Tanlia.

"Luzerto sedang sarapan di kantin rumah sakit." Balas Naomi.

"Ohh. Delio ga balik lagi?" Tanya Tanlia lagi.

Naomi menggeleng sambali tersenyum samar. Entah apa yang terjadi dengan kakaknya. Naomi belum lihat dari pertama ia bangun hari ini.

"Emang ya tuh orang, ga pedulian banget." Ucap Tanlia sambil menghela nafas, karena dia bingung jika Naomi sudah menunjukan tanda-tanda kesedihan.

Naomi mendongkak untuk melihat orang yang berada di sebelahnya.

"Tapi Kak Delio itu sebenarnya peduli kok. Hanya saja karena pekerjaannya yang banyak, dia juga harus bertanggung jawab atas perusahaan yang kak Delio pimpin. Kak Delio bukan tidak peduli, hanya dia tidak mau ambil pusing." Jelas Naomi sambil tersenyum, seolah olah yang dia katakan itu memang benar adanya.

"Lo membela kan Lo adiknya, hah!" Sanggah Tanlia sambil memutar bola matanya kesal.

"Ih kan kak Delio memang baik."

"Terserah opini Lo aja lah." Balasnya sinis.

"Coba deh kamu cintai dia Li, Naomi yakin kok kak Delio terbaik buat kamu."

Secepat kilat mengalahkan kecepatan cahaya, Tanlia menoleh ke Naomi dengan tatapan tajamnya yang mengintimidasi.

Pikirnya, Naomi mengatakan hal itu dengan mudah tanpa tau bagaimana kehidupan lalunya yang membuatnya sedikit tersinggung jika membahas tentang 'Pria'

'Bacot Lo deh, serah gue mah' batinnya dalam hati.

"Ampun Li, jangan lihat Naomi dengan tatapan seperti itu, seram!"

'Clek'

Suara pintu terbuka membuat dua perempuan itu menoleh. Ternyata yang datang adalah dokter yang kemarin memeriksa Naomi.

"Buenos dias." Sapa dokter itu.

"Pagi dokter." Balas Naomi riang. Sedangkan Tanlia hanya sedikit tersenyum dengan wajah datarnya.

"Saya kesini untuk mengatakan bahwa, Nona sudah bisa pulang saat ini juga, dan apakah Nona butuh di antar Ambulans? Jika ya biar saya siapkan." Jelas dokter itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gadis Bandel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang