Part 9

26 5 2
                                    

Setelah membereskan pekerjaannya Tanlia menghampiri Delio yang tengah sibuk dengan ponsel ditangannya.

Ah iya, Tanlia sudah sempat membeli ponsel kemarin sebelum dirinya pergi ke Club. Sekedar info saja sih, siapa tahu penting kan?

Tanlia menghidupkan televisi dan terus memindah-mindahkan channel mencari acara yang menarik.

"Kau tidak pergi bekerja?" Tanya Delio memecah keheningan.

"Setelah perlakuan atasan bre***k itu?"

"Oh ya aku lupa, jadi sekarang kau bekerja dimana?" Entah kenapa Delio jadi super kepo seperti adiknya.

"Gue ga kerja."

"Oh."

Keheningan terjadi kembali, Delio sibuk dengan ponselnya dan Tanlia sibuk menonton acara televisi yang menayangkan film dengan tema Azab.

"Seinget gue kemarin Lo mau ngomong sesuatu?" Tanya Tanlia dan tetap fokus ke acara tersebut.

"Oh itu, aku mau membicarakan Naomi."

"Lalu?"

"Naomi butuh kamu. Aku minta kau temui dia dan meminta maaf padanya."

Tanlia sempat terdiam untuk mencerna apa yang Delio katakan. Dia tahu maksudnya apa tapi haruskah? Bisakah?
Tanlia sendiri bahkan tidak yakin pada dirinya sendiri.

"Entahlah." Balas Tanlia akhirnya sambil mengangkat bahunya.

"Lagipula apa yang Naomi butuhin dari gue?" Lanjut Tanlia.

"Naomi butuh orang yang bisa menjadi pendengarnya, selama ini dia kesepian. Dan mungkin sekarang dia sedang menangis meratapi nasibnya." Jelas Delio yang mengundang rasa penasaran Tanlia.

'harus ya gue nanya? Gue penasaran sih."

"Lalu?"

"Mau ku ceritakan? Sepertinya kau tertarik." Itu bukan sebuah pertanyaan, melainkan sebuah pernyataan yang telak untuk Tanlia.

"Ceritakanlah."

"Akan ku ceritakan secara detail." Ucap Delio sambil menguras senyum miring.

Hanya dehaman yang bisa membalas perkataan Delio. Tanlia tidak peduli dengan itu, yang penting itu ceritanya.

"Naomi lahir pada tanggal 3 November saat itu aku masih sangat kecil. Aku dan dia seperti anak kembar. Naomi tumbuh dengan pesat. Naomi tidak pernah kesepian, dia selalu bermain dengan ku dan juga sahabatku Luzerto di Spanyol. Tapi saat umurnya menginjak usia 9 tahun. Naomi dikirim Daddy ke sekolah khusus perempuan. Saat itu Naomi marah pada Daddy dan selalu membuat masalah disekolahnya. Daddy sampai harus mengirimkan satu baby sister. Tapi usaha Daddy tetap sia sia. Naomi pun disana hidup kesepian, tidak ada teman yang mau bermain dengannya. Saat pulang ke rumah dia selalu mengadu padaku dan menangis selama satu hari. Akhirnya setelah beberapa tahun kesepian, Naomi keluar 3 tahun kemudian. Dan selama disana Naomi menjadi anak yang pendiam. " Cerita Delio terhenti.

Tanlia menunggu Delio melanjutkan ceritanya, tapi sudah lama menunggu Delio tak kunjung kembali melanjutkan ceritanya.

"Lanjutkan!" Suruh Tanlia.

"Satu gelas air tolong. Itu tiket cerita selanjutnya." Ucap Delio dengan senyuman miring menyebalkan.

Dengan setengah jantung Tanlia pun pergi ke dapur dengan menghentak-hentakan kakinya karena kesal.

'duk'

"Nah!" Kata Tanlia bersamaan dengan gelas yang ia taruh secara kasar.

"Kaasarr."

Gadis Bandel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang