Sudah puas menangis, Tanlia pergi ke dapur untuk membuat coklat panas. Setelah jadi, dia kembali ke kamarnya dan berdiam diri di kursi dekat jendela.
Sembari melihat terangnya bulan, pikirannya melayang memikirkan alasan kenapa ia tidak bisa mempercayai Naomi sebagai temannya.
Tanlia sadar, dirinya terlalu pengecut untuk melangkah. Dirinya hanya berani berdiam di zona nyaman.
Tanlia takut, Naomi menumbuhkan luka baru. Takut kejadian 3 tahun lalu kembali terulang.
Tapi Tanlia tau, dia sudah membuat Naomi kecewa. Dan Tanlia merasa sungguh bersalah. Pikiran dan Hatinya tidak sejalan saat ini. Hatinya mengatakan untuk pergi mencegah Naomi. Tapi pikirannya berkata untuk tetap diam dan berusaha untuk tidak peduli.
Keadaan ini bukan dirasakannya saat ini saja. Sudah sering dia merasa bersalah, tapi yang dia lakukan hanya diam dan diam. Seakan semua tidak terjadi apapun.
Air matanya kembali mengalir. Hatinya tidak menentu. Akhirnya Tanlia memantapkan pilihan. Dia melihat jam dinding, sudah menunjukan pukul 6. 30 menit.
'Apa Naomi belum pergi? '
Dengan cepat Tanlia mengambil jaket dan menghentikan taksi. Tidak mungkin dia memakai sepeda. Lagi pula sepedanya masih di toko bukan?
Keberuntungan berpihak padanya, jalanan begitu lenggang hingga dia bisa dengan cepat sampai.
Tanlia sampai di depan rumah Naomi, ah lebih tepatnya Delio. Disana sudah tidak terlihat mobil Delio.
"Pak, Naomi ada? "Tanya Tanlia pada security di rumah Delio.
"Maaf Non, Nona Naomi sudah pergi ke bandara. "Jawaban security itu membuat Tanlia mengerang.
Dia terlambat!
"Ah pak, jam berapa pesawatnya landas? "
"Em, saya dengar sih jam 7 Non"
Oke jam 7? Ah tidak ini bahkan tinggal 20 menit lagi, perjalanan sampai bandara bisa memakan waktu 30 menit.
Tanpa banyak pikir lagi Tanlia langsung menaiki Taksi kembali dan melaju ke bandara. Taksi yang ditumpanginya menambah kecepatan ketika Tanlia dengan terus menerus meminta cepat.
Dengan tidak sabar Tanlia melihat ke arah jam tangannya. 10 menit lagi dan ini masih cukup jauh.
*****
Setelah menempuh perjalan cukup jauh dan memakan waktu hampir 20 menit. Tanlia berlari sambil berharap bahwa dia masih bisa mencegah Naomi.
Namun semua sia-sia pesawat sudah lepas landas 7 menit yang lalu. Hal itu membuat Tanlia terdiam.
Dia gagal. Naomi benar-benar pergi.
Tanlia sendiri sekarang. Tidak akan ada lagi yang menemani hari-harinya.Dengan lemas Tanlia kembali dengan penyesalan, rasa kecewa, marah pada dirinya sendiri.
Dalam taksi Tanlia hanya memikirkan hal yang membuatnya takut untuk bekerja. Lagi pula toko pasti sepi tanpa Naomi.
Taksi berhenti di toko bunga yang barusan Tanlia pikirkan. Dia kesini hanya untuk mengambil barang-barangnya dan membawa sepedanya atau Naomi biasa memanggilnya 'mobil' entah kenapa dia selalu menyebutnya seperti itu.
Toko sudah tutup dan untungnya Tanlia membawa kunci untuk akses masuk.
Ruangannya masih sama seperti tadi pagi. Berantakan dan banyak tumpukan map berisi kertas-kertas laporan pemasokan bunga.
Tanlia sempat mengeceknya tadi pagi. Tapi kini, semuanya bukan tanggung jawabnya lagi. Dengan cepat Tanlia memasukan barang barangnya ke dalam kardus.
Setelah dirasa tidak ada yang tertinggal Tanlia melangkahkan kakinya dan membawa sepedanya keluar dari dalam toko. Entah siapa yang memasukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Bandel
Romance#121 romantic 02/01/19 "Yang gue mau sekarang. Cuman satu. Cinta dari diri gue." 28 Desember, 2018