"JUNG JAERIM! KALO GAK MAU BANGUN, PAPA PECAT JADI ANAK YA KAMU???!!!"
Ugh! Papa! Ayolah, hari ini hari Sabtu. Hari ini aku juga kosong.
Aku membuka pintu ku menampakan papa yang mukanya sudah merah padam. Aku yakin, Papa marah besar.
"Ada apa, Pa?" tanya ku sambil senyum. Mencoba meredakan amarah papa.
Senyumku kan manis.
Papa melipat kedua tangannya diatas dada, "Papa gak akan luluh sama senyum manis kamu."
"Papa cuman luluh sama senyum Mama kamu." yah yah yah.
Aku cemberut, "Papa mau bilang kalo Papa kangen Mama gitu?"
Papa ngangguk. Aku menghela nafas, "Bukan Papa doang yang kangen, Jaerim juga kangen, Pa." ucap ku.
Jadi inget mendiang Mama. Mama meninggal waktu aku masih 6 tahun. Kecelakaan tunggal.
Mamaku, Mama Jiho, itu memang Mama yang sangat amat mengerti aku.
Dari kecil, Mama ngasih aku perhatian yang emang bener bener aku perluin. Gak terlalu banyak, gak terlalu sedikit. Pas.
Suatu hari, Mama kecelakaan karna kurang tidur.
Awalnya koma, tapi, Tuhan berkehendak lain. Mama harus pergi.
Aku dihidupi sama Papa dengan uang yang Papa punya dari hasilnya menjadi supir waktu itu. Gaji nya gak banyak, tapi, cukup buat kebutuhan aku dan Papa sehari hari.
Tapi, 5 tahun lalu Papa keluar jadi supir, pindah profesi. Jadi, manager disatu cafe. Dari 4 tahun lalu sih, itupun karena di cafe teman Papa.
Yang jelas, gaji Papa yang sekarang jauh lebih banyak dari 5 tahun lalu. Buat aku, yang terpenting adalah, Papa sehat, Papa senang, Papa bahagia, Papa menikmati pekerjaannya.
Papa menjentikkan jarinya dihadapan ku, membuyarkan lamunanku, "Gak usah bengong! Sekarang cuci muka, ganti baju! Kita ke supermarket." suruh Papa.
Aku mengeryit, "Aduh Papa. Sekarang itu masih jam 8. Please ya Pa. Supermarket mana yang bu—" omongan ku terpotong.
Papa menatap ku datar, "Kamu udah lulus SD?" aku mengangguk.
"Kalau SMP?" aku mengangguk lagi.
"SMA pasti sudah dong ya?" aku mengangguk. Ini Papa kenapa? Kenapa tanya tanya terus?
Kayak Dora :)
Papa ngangguk ngangguk, "Harusnya bisa baca jam dong ya?"
"Bisalah Pa. Itu mah urusan gampang. Masa Ja—" hobi Papa memotong omongan ku ya?
"Coba liat jam." aku pun langsung melirik jam dinding merah muda di kamar ku.
APA?! UDAH JAM 10.30?! KAYAKNYA TADI BARU JAM 8 WOI!!!!!
"Masih jam 8, nak. Tidur lagi sana." sarkas Papa.
Aku menggaruk tengkuk ku yang tak gatal, "Duh Papa! Kan aku bercanda hehe."
Papa memutar bola matanya malas, "Terserah kamu. Ya udah, Papa tunggu di ruang tengah. 5 menit gak keluar, Papa tinggal, bhay!" ujar Papa yang langsung ku angguki.
Aku pun langsung mengganti baju setelah menggosok gigi dan mencuci muka.
Aku keluar kamar dengan dompet yang ada di tangan kanan ku.
Papa menatap ku lalu mengangguk, "Ayo." ajaknya.
##
"Pa, aku mau ini deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
om taeyong ft. taeyong
Fanfiction| 𝖋𝖎𝖓 bahasa - 태용 ヅ kamu, yang bekerja keras untuk menyadarkanku kalau masih ada malaikat tak bersayap di dunia yang kejam ini. © markscigarettes, 2O19