Fourteen

4.3K 418 2
                                    

.

.

.

.

.

.

Pagi itu Jungkook datang lebih pagi dari biasanya. Ia memilih meja kosong tepat di bawah pohon di dekat lapangan sepak bola. Kembali ia menatap langit, entah kenapa ia suka saja memandangi langit. Ia menjadi lebih tenang dan damai. Memperhatikan bagaimana awan-awan yang sehalus kapas itu menari atau tercampurnya berbagai warna kala matahari mulai lelah menampakan diri.

Setelah puas memandangi salah satu ciptaan Sang Penguasa, Jungkook menelungkupkan tangannya di meja lalu memejamkan matanya menikmati suasana yang hening.


"It's every shameful fall, every mistake that I've made

These are the scars that have brought me where I am today

Another false conception that I fed myself to escape reality

The only lie I see is now inside of my head

The only truth slips through my fingertips in the end

Let me keep on dreaming as I watch the days just pass me on by"

Suara tepukan tangan membuat Jungkook terbangun dari lamunannya. Ia mengadah menatap seorang pemuda yang berdiri dengan gagahnya di hadapannya. Daniel-pemuda yang menepukinya-menduduk dirinya di sebrangnya sambil tersenyum.

"Aku tidak tau kalau kau punya suara yang bagus, Kook." Daniel memuji Jungkook, namun gadis itu hanya memutar matanya sambil menegakkan punggungnya.

"Kenapa kau tidak pernah ikut lomba atau apapun itu? Suaramu itu terlalu bagus untuk dibiarkan, kau tau?"

"Aku tidak tertarik pada hal seperti itu. Dunia seperti itu terlalu berat, terutama kedudukanku sebagai omega hanya akan menjadi hambatan."


Benar, waktu kecil ibunya pernah mendaftarkanya ke suatu ajang bakat. Tentu dengan suara Jungkook yang sangat merdu itu, ia diterima dengan mudahnya. Namun seiring berjalannya waktu produser yang menganakkannya malah hampir melecehkan dirinya. Dan saat itu pula ayah Jungkook memenjarakan produser itu, dan melarang Jungkook masuk ke dunia entertainment.

Ia beruntung waktu itu ia sempat melawan dan segera menelpon ayahnya. Jika tidak habislah keperawanannya di sana. Sekarang pun sama saja, walau tidak sampai diperkosa. Sering kali Jungkook digoda pemuda-pemuda dimanapun ia pergi.

Tepukan di pundaknya membangunkan Jungkook dari lamunannya. Ia terkejut kala meja yang awalnya hanya berisi 2 orang sekarang sudah penuh.

Jihyo, Mina dan Alice entah sejak kapan sudah duduk di sana. Sepertinya ia terlalu larut dalam pikirannya sehingga tidak fokus.

"Jungkook, kau mau masuk ke kelas tidak? Atau kau pagi ini kosong?" Kim Mina sudah bersiap menenteng tasnya, diikuti Alice yang sudah berdiri di ujung meja.

Jungkook buru-buru berdiri hingga tidak sengaja ia menubruk seseorang di belakangnya.

"A-ah.. maafkan aku." Sensasi basah menjalar dari pundaknya hingga baju bagian depannya. Sepertinya ia ketumpahan sesuatu.

Uxor MeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang