Twenty Two

3.5K 347 0
                                    

.

.

.

.

.

.

Aroma khas obat menusuk indra penciumannya, suara dentingan jam juga langkah kaki terus menggetarkan gendang telinganya, namun tidak setitik pun membuat Jungkook menggerakan ototnya.

Pandangannya kosong dan tubuhnya kaku. Ia menghiraukan pandangan heran orang lalu lalang karena penampilannya dengan gaun putih penuh dengan bercak darah begitu juga wajah dan tangannya.

Pikirannya melayang kembali merekam semua kejadian yang ia alami beberapa jam lalu. Kembali mengingat tubuh tergolek Taehyung yang penuh memar dan darah. Mengingat kalimat aneh yang terlontar di bibir Haewon.

"Aku tidak tertarik having sex dengan gadis mated."

"Semoga kau beruntung, Jung."

Ia tidak mengerti apa maksud pemuda bertubuh kekar itu. Otaknya tidak dapat menangkap kalimat rancau itu. Mated? Yeah, tentu saja ia memiliki mate. Tapi ia belum menemukan atau ditandai oleh matenya jadi ia belum bisa dikatakan omega mated. Kata itu hanya digunakan pada orang yang suka saling menandai mate, tidak dengan yang belum, karena mereka akan dipanggil unmate.

Tapi kenapa pemuda itu berkata demikian? Apa dia tau siapa mate Jungkook? Apa adik Haewon adalah mate Jungkook?

Ia menggerang lirih kala kepalanya tidak sanggup berpikir lebih jauh. Bebannya bertambah lebih berat karena klu tidak jelas itu.

Ia menengadahkan wajahnya menatap sebuah pintu yang sejak setengah jam lalu menyembunyikan Taehyung di dalam sana. Beberapa menit yang lalu sempat sosok pria paruh baya muncul dengan jas putih panjang yang membalut tubuh bulatnya, mengajak Jimin dan Yoongi ke ruangnya untuk berbincang tentang keadaan Taehyung. Tidak termasuk Jungkook, Yoongi tidak memperbolehkan gadis itu ikut. Mengingat Jungkook yang masih shock hanya akan memperburuk keadaan. Dan disinilah Jungkook tertinggal, duduk termenung menatap pintu besi itu. Berharap Taehyung keluar dari sana dengan seringai di wajahnya bersih dan tampannya.

Reflek air mata mengalir mulus dari pelupuk matanya hingga jatuh dari dagunya. Memikirkan keadaan Taehyung dengan jarum infus menancap pada lengannya atau mungkin selang-selang juga perban membalut tubuh tegap itu dan juga kulit tan yang membiru karena memar membuat Jungkook kembali menangis. Ia tidak ingat kenapa ia bisa seemosional ini hanya karena memikirkan Taehyung yang tertidur tak berdaya di ranjang rumah sakit. Membuat Jungkook terus merapalkan doa pada Sang pencipta agar memberi kesempatan kedua padanya dan Taehyung.

.

.

.

.

.

"Jungkook-ah."

Suara Yoongi membangunkan Jungkook dari tidurnya. Pemuda pucat itu mendudukan dirinya di samping Jungkook sambil mengusap lengan Jungkook yang dingin karena tidak terlindungi kain.

"Ganti baju dulu. Setelah itu makan, okay?" Dengan lembut Yoongi mengusap pipi Jungkook yang kotor oleh darah Taehyung. Namun gadis itu menggeleng pelan dan kembali memfokuskan pandangannya pada pintu besi tadi.

"Tidak, oppa. Aku mau menunggu Taehyung."

Yoongi menghela nafas, rupanya Jungkook telah berubah menjadi gadis nakal sejak ia meninggalkannya selama sebulan. Mungkin nanti ia akan memarahi Jimin dan meminta penjelasan akan sikap berontak Jungkook ini.

Uxor MeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang