240 vote
50 komentar🍓🍓🍓
"Ini kenapa bisa merah begini?" tangan Fajar mengelus bahu telanjang Delisha usai percintaan mereka, dimana terdapat goresan berwarna merah, yang baru Fajar sadari begitu matanya menatap tepat di bahu mulus istrinya.
Posisi Delisha yang masih berbaring tengkurep di atas tubuh suaminya dengan bagian bawah tubuh mereka yang masih menyatu, membuat wanita itu tak bisa banyak bergerak. Hanya mendongakan kepala adalah pilihan yang bisa Delisha ambil untuk menatap Fajar yang juga menatap dirinya.
"Apanya yang merah?" tanya Delisha polos, tak mengerti apa maksud suaminya.
"Ini," Fajar kembali mengelus pelan bahu telanjang yang masih berkeringat itu. "Kenapa bisa ada segaris warna merah di sini? Memangnya ada yang mukul kamu di situ tapi kamunya nggak nyadar?" tanya kemudian.
Delisha melirik bahunya sejenak, lalu matanya membola kala ingatan saat dirinya bertabrakan dengan seseorang di pusat perbelanjaan siang tadi kembali berputar di benaknya. "Oh iya, Deli lupa. Tadi abis mandi rencananya mau cerita sama om kalau Deli nggak sengaja tabrakan dengan orang waktu di mall, tapi nggak jadi cerita soalnya om udah nyerang Deli duluan dan bawa Deli rebahan di ranjang. Om sih nggak sabaran banget orangnya, Deli 'kan jadi lupa segalanya kalau udah diajak sama om begituan."
Fajar tak dapat menahankan senyum merekah di bibirnya. Hatinya merasa senang hanya dengan mendengar sang istri terus berbicara. Dan akan semakin senang lagi saat Delisha meneriakan namanya begitu puncak kepuasan itu berhasil mereka daki bersama-sama.
"Tapi kenapa bisa sampai ada merahnya? Memangnya orang itu gunain kukunya buat nyakarin kamu?" tanya Fajar yang berusaha tetap fokus dengan apa yang menjadi pokok pembicaraan, meski rapatnya Delisha membungkus dirinya di bawah sana membuat Fajar sangat tergoda untuk kembali menggauli istri cantiknya yang selalu nampak seksi saat mendesah karena menerima hantaman darinya.
"Nggak ngerti juga. Mungkin aja nggak sengaja kesenggol sama tasnya yang keliatan keras itu." kedikan bahu Delisha menjadi tanda bahwa wanita bertubuh mungil itu tak tahu harus memberikan jawaban yang seperti apa."Makanya lain kali hati-bati, jangan meleng kalau lagi jalan di tempat ramai begitu." nasehat Fajar yang telah memeluk erat pinggang ramping nan halus saat ia mengelusnya itu. "Sakit nggak?" tanyanya dipenuhi kekhawatiran.
"Nggak." Delisha menggeleng pasti. "Kalau sakit, mana mau Deli diajak bercinta sama om Fajar sampai yang di bawah om larang buat dilepasin. Emangnya om Fajar nggak puas juga ya, tiap ada waktu nyatuin tubuh kita kayak gini?"
"Nggak." Fajar menjawab jujur, merasa tidak ada yang perlu ditutup-tutupi. "Kamu harus tau, cuma sama kamu, aku merasa jadi lelaki mesum sedunia. Yang ada di kepala aku itu cuma kamu yang telanjang dan siap aku ajak bercinta kapan saja. Bahkan hanya mendengar suaramu saja aku sudah sangat senang. Makanya setiap mau jemput kamu di kampus, aku selalu merasa senang karena bisa mendengar ocehanmu lagi. Kamu itu bagaikan udara, yang ingin aku hirup sebanyak-banyaknya setelah sekian lama terkurung dalam penjara."
Tentu saja Delisha merasa senang. Wanita mana yang tidak akan senang diberi kata-kata seindah itu?
Delisha juga seperti kebanyakan wanita lainnya. Yang merasa begitu senang karena bisa menjadi sesuatu yang berarti bagi pria yang selama hampir 2 bulan ini diikrarkannya dalam hati sebagai suami dan diharapkan kelak bisa menjadi pendamping baginya, tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titian Cinta Delisha [TAMAT]
Romance- Zona dewasa - Dihapus sebagian - Sudah ada di google play - Ekstra part cuma ada dalam versi ebook Banyak sekali kelebihan yang bisa menggambarkan sosok Delisha Azwar. Diantaranya: 1. Cantik 2. Kaya 3. Bertubuh imut Namun ada kekurangan yang melek...