260 vote
75+ komentar🍓🍓🍓
Siang ini, langit dihiasi awan kelabu, membuat sang surya tak dapat menunjukan keperkasaan sinarnya. Namun mendungnya langit yang siap memuntahkan hujan tak bisa membuat Fajar mengurungkan niatnya untuk menemui orang yang harus membuat janji terlebih dahulu baru bisa bertatap muka dengannya.
Sesuai dengan kartu nama yang diberikan padanya tempo hari, saat ini Fajar sudah duduk di balik meja kaca kecil di hadapan sang pengacara yang dengan santai duduk sambil memangku bayi laki-laki berusia lebih dari setahun yang sedang mengulum biskuit di genggaman jemarinya yang mungil.
Di kantor ini Fajar merasa bagaikan berada di sebuah rumah, bukannya tempat bekerja. Karena di lantai yang dilapisi karpet tebal tersebut terdapat mainan yang berhamparan. Saat masuk tadi, Fajar bahkan harus melangkah hati-hati agar tidak ada mainan yang hancur terinjak olehnya.
"Suasana kantor saya memang begini. Kalau istri saya sedang dibawa ibu saya pergi arisan, maka bocah kecil yang tidak mau diam ini harus saya bawa bekerja beserta mainannya yang tidak boleh ketinggalan. Tolong dimaklumin saja, namanya seorang ayah, kesenangan anak pasti didahulukan."
Fajar tersenyum tipis dan berkata, "Tidak apa-apa, saya justru kagum karena anda bisa bekerja sekaligus mengurus anak."
Danu baru saja akan kembali berkata saat tiba-tiba pintu ruang kerjanya menjeblak terbuka. Lalu sosok Maudy yang suka semaunya sendiri itu berdiri tanpa merasa bersalah di ambang pintu.
"Mau dibuatin minum apa, mas? Kopi atau teh?"
Decakan Danu menunjukan jika ia kesal karena sepupunya yang tidak tahu aturan itu menunjukan ekspresi tak bersalah saat bertanya padanya. Namun begitu, ia akhirnya bertanya kepada tamunya mengenai minuman yang diinginkan.
"Teh saja." jawab Fajar.
"Tehnya dua, Di. Dan cepat pergi sana, trus pintunya jangan lupa ditutup lagi, yang pelan nutupnya jangan dibanting." titah Danu dengan nada yang tidak ingin dibantah.
Namun bukan Maudy namanya jika menurut begitu saja. Karena dengan sekali hentakan, ditariknya pintu tersebut hingga menghasilkan suara yang menyakiti telinga.
"Istrinya?" tanya Fajar yang tak menyangka bisa bertemu dengan wanita sebar-bar itu dan berpakaian serba terbuka di sana sini."Tentu saja bukan." bantah Danu detik itu juga. "Istri saya itu montok, tidak sekurus itu. Yang tadi itu sepupu saya, Maudy namanya. Jangan hiraukan bajunya yang kekurangan bahan itu, nanti setelah ditegur calon suaminya, baru dia mewek seharian."
Fajar harus berusaha mengatupkan bibirnya serapat mungkin agar tawa gelinya tak terdengar karena dumelan pria yang menahan tubuh gempal anaknya dengan melingkarkan kedua tangannya di tubuh sang anak yang mulutnya belepotan karena remahan biskuit yang dimakan olehnya. Mendapati pemandangan seperti itu, Fajar jadi tidak sabar ingin segera menimang anaknya.
"Ngomong-ngomong, kedatangan tuan Fajar Ganendra ke sini, ingin penyelesaian yang seperti apa? Penjara atau langsung pukul?"
Kengerian Fajar nampak nyata dari pancaran matanya karena disebabkan oleh pertanyaan yang ditanyakan dengan begitu mudahnya itu.
"Bercanda." ujar Danu menahan tawa melihat tamunya terdiam sambil menatap ngeri kepadanya. "Jangan dibawa terlalu serius. Solusi yang saya tawarkan tadi adalah pilihan terakhir kalau sekiranya orang yang diberi peringatan masih juga tidak mau mengerti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Titian Cinta Delisha [TAMAT]
Romantik- Zona dewasa - Dihapus sebagian - Sudah ada di google play - Ekstra part cuma ada dalam versi ebook Banyak sekali kelebihan yang bisa menggambarkan sosok Delisha Azwar. Diantaranya: 1. Cantik 2. Kaya 3. Bertubuh imut Namun ada kekurangan yang melek...