DUA PULUH TUJUH

3.3K 639 63
                                    

360 vote
90+ komentar

🍓🍓🍓

                                            

Arkana Azwar tak henti-hentinya menghela napas demi mengurangi rasa sesak di dada juga demi menyabarkan diri. Di samping kanannya duduk Riani yang sudah bersimba air mata, sedangkan di samping kanannya ada Fajar yang tak menampaka ekspresi apapun di wajahnya. Suami dari cucunya itu hanya diam dan sama-sama menatap ke depan, ke arah Niko yang duduk sambil menundukan kepala.

Dan yang paling membuat Arkana tak takut menanti hadirnya malam ini ialah adanya sosok bernama Arsakha Virendra, pria yang dikenal sebagai 'tukang pukul' di kalangan pengusaha, yang datang membawa serta beberapa bawahannya, kemudian dalam waktu singkat sudah berhasil meringkus anak buah Niko.

Kecewa dan marah tentu saja Arkana rasakan mendapati kenyataan jika dalang yang menyebabkan anak dan menantu meninggal adalah sang keponakan, sesuai dengan apa yang ia pikirkan.

Bahkan saat Arkana mendapat informasi dari pria bertubuh tinggi besar yang berdiri tegap di belakang sofa yang ia duduki jika malam ini Niko sendirilah yang akan membuka kedoknya, Arkana masih berharap bahwa semua itu hanya dugaan semata. Namun apa yang ia dengar dan disaksikan banyak mata, menjawab semua keraguannya sampai tuntas.

Untungnya saat rencana penyergapan ini dirancang, Fajar berinisiatif mengungsikan Delisha ke tempat yang aman, supaya cucunya yang sedang hamil itu tidak menjadi sedih saat mengetahui orang tuanya meninggal bukan karena murni kecelakaan melainkan ada campur tangan sang paman di baliknya.

"Mengapa kamu bisa setega ini, Nik?" lirih Arkana menyuarakan satu pertanyaan yang terus berputar di benaknya. "Anak om yang kamu celakai itu, sebelum kecelakaan itu terjadi sudah membujuk om untuk memberikan harta bagiannya padamu. Tapi kamu malah tanpa hati membuat dia celaka dan menjadikan Delisha yatim piatu karenanya." imbuhnya dengan suara tercekat saat mengenang hari terakhir yang dihabiskan bersama anaknya.

                                                        
Niko tidak mampu menjawab. Pria yang tiba-tiba saja merasa malu sekaligus menyesal itu terus menundukan kepala, tak berani membalas tatapan dari 3 orang yang duduk di hadapannya, plus satu pria yang tampak gagah berdiri di belakang sofa sana.

Kejahatan yang Niko sembunyikan selama ini akhirnya terbongkar. Ia tak lagi berkutik untuk melawan, tidak saat istrinya juga berada di sini, menangis terisak entah karena apa.

Melihat tak adanya tanggapan dari Niko atas pertanyaannya, Arkana beralih menatap ke arah Riani yang masih juga terisak di sampingnya. Arkan tahu, meskipun terus menyangkal dan berulang kali mengatakan akan bercerai dari pria yang sudah berselingkuh darinya itu, Riani masih menyimpan cinta di sudut hatinya untuk sang suami yang entah kapan mau merubah dirinya menjadi lebih baik lagi.

Pelan Arkana usap bahu rapuh yang berguncang itu sambil berkata, "Kamu mau hukuman seperti apa untuk suamimu itu, Riani? Kalau menuruti maunya om, pasti dia sudah om serahkan kepada polisi saat ini juga."

Riani mendongakan kepala. Dengan berurai air mata wanita itu menatap suaminya yang sudah duduk bagaikan tersangka di seberang meja sana. "Saya ikut saja sama keputusannya om Arka." jawabnya lirih dan langsung mendapat tatapan tak percaya dari suaminya.

"Riani... " hanya satu kata yang sanggup Niko ucapkan, itupun nama istrinya.

"Jalani hukumanmu, pa. Sesuai dengan kejahatan yang sudah kamu lakukan." ujar Riani yang menatap teguh suaminya.

"Tapi... "

Bantahan Niko langsung dipotong istrinya dengan pernyataan, "Saat kamu 'bebas' nanti, aku janji akan nunggu kamu di rumah, masih sebagai istrimu!"

Titian Cinta Delisha [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang