Part 21

41 1 0
                                    

Tentang mimpi-mimpi yang sampai saat ini belum direstui. Saya pernah mendengar seseorang mengatakan bahwa anak pertama perempuan biasanya jodohnya cepat. Awalnya saya biasa saja, bahkan dalam batin berkata "Ah, itu orang lain, bukan saya." mengingat segudang planing masa depan yang sudah saya rengreng jelas. Tapi lambat laun, saya kepikiran. Ambisi saya tiba-tiba lenyap. Dan pada akhirnya, saya harus bicara lagi dengan orang tua.

Ada ketakutan berlebih ketika mengingat segala planing yang sudah saya buat hanya sibuk mengejar dunia, hingga lupa bakti pada Sang Pencipta. Namun menghadapi kata "Pernikahan" juga menjadi momok yang tak kalah menakutkan pula bagi saya. Serius, jujur saja saya takut ketika mereka bahkan saya menjadikan pernikahan sebagai bahan candaan.

Satu yang terlintas di benak saya saat ini adalah, menantang diri untuk kembali mencoba keluar dari zona nyaman dengan membangun ambisi untuk hal yang sama sekali belum saya dalami selama ini. Bagaimanapun saya adalah seorang kakak, dan saya harus tumbuh menjadi wanita yang bijaksana.

Dulu, saya sempat menertawakan teman karena enggan melanjutkan sekolah dan memilih untuk fokus di dunia pesantren. Dan sekarang, saya justru menertawakan diri saya sendiri sebab tak ada basic agama yang mumpuni. Serius, ini menyesakkan, kau ini sebenarnya ingin menjadi apa? Bahkan kemarin, diri terisak haru ketika orang tua mengatakan, "Tidak masalah"

Bagi yang paham, dibalik sikap dingin dan seronoh, saya adalah perempuan yang penuh ambisi dan keras kepala. Saya tidak pernah berani berbicara soal mimpi pada orang lain kecuali kepada orang tua sendiri. Keretakan dalam keluarga tidak bisa disamaratakan sebagai alasan mengapa anak-anak menjadi broken home hingga kemudian seliweran melampiaskan di luar dengan bersenang-senang, that is problem, itu justru hanya menambah pening masalah.

Bukan apa-apa, disini saya hanya ingin menyampaikan bahwa impian bukanlah suatu hal yang main-main. Pikirkan baik-baik mulai dari sekarang, untuk apa dan untuk siapa impianmu itu. Ketika kita menemui suatu hal, pastikan kita untuk melirik sisi positifnya. Jadikan hobi kita sebagai peluang menuju impian. Yang terpenting adalah perbanyak doa, dan jangan lupa bicarakan impian-impianmu pada orang tua.

ASA PADA MASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang