“Ayu, kamu tidak sekolah?” tanya Rara.
“Aku masih sakit Rara”
“Oh ya sudah istirahatlah”
“Baiklah terimakasih”
Hari ini, aku tak beranjak sedikitpun dari tempat tidurku. Rara memang baik dia menyuruhku untuk beristirahat tapi saat aku hampir tertidur terdengar suara tertawa dari luar yang mengganggu telingaku, ternyata itu tante kunti. Dia adalah sosok yang paling Rara takuti karena kebanyakan sosok tante kunti itu menganggap Rara sebagai anaknya.
Dia masuk ke kamarku.
“Hihihihihihihiii”
“Tante kunti jangan berisik, Ayu mau istirahat”
“Kamu melarang saya tertawa, ini sudah kebiasaan saya” jawabnya.
“Bukan begitu, tapi Ayu lagi sakit jadi pengin istirahat”
“Oh kamu sedang sakit? Hiks hiks hiks” dia kemudian menangis.
“Kenapa Nangis?”
“Aku teringat saat anakku sakit dan kemudian dia meninggal” jawabnya.
"Oh begitu yah makanya Ayu pengin istirahat supaya sembuh”
“Baiklah aku akan pergi semoga kau cepat sembuh”
Dasar kunti aneh dia pergi dengan tertawa padahal tadi menangis. Akhirnya aku bisa istirahat juga.
....
Sore hari.
Saat aku terbangun, ada seseorang disamping tempat tidurku.
“Yunita..” sapaku.
“Ayu, kenapa kamu sakit?” tanyanya.
“Tidak, aku tidak apa apa kok, cuma kecapean saja” jawabku.
“Oh, tapi kamu harus jaga kesehatan” ujarnya.
“Oke, kamu kesini sendirian?” tanyaku.
“Tidak, aku bersama ayah dia sedang menunggu diluar”
“Ayo kita keluar”
Setelah istirahat, aku bisa beranjak dari tempat tidurku dan menuju ke ruang tamu.
“Ayu, kamu sakit?” tanya ayahnya.
“Iya Om, cuma kecapean” jawabku.
“Tapi kamu pucat sekali” ujar ayahnya.
“Sudah mendingan kok Om”
Tanpa sadar, aku mengerti fikiran ayahku.
Yang ku tau, dia telah diceritakan semuanya yang terjadi denganku oleh kak Hellen, dari yang dulu tinggal bersama mama hingga saat ini bersama kak Hellen. Dan rupanya dia tau kalau aku anaknya tapi dia tidak berani mengatakan yang sejujurnya kepada Yunita kalau aku adalah saudaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tak Kasat Mata
Kinh dịAku merindukan kebersamaan itu. Karena bersama 'mereka', aku bisa sedikit lupa tentang masalah keluargaku. 'Mereka' menghiburku. 'mereka' berbagi cerita hidupnya. Aku menangis saat terbayang masa masa bersama 'mereka', teringat saat Rara membantuku...
