15. Jangan Menghilang

2.6K 150 7
                                    

“Ayu, kau tau tidak dulu keluargaku berencana untuk pergi jalan jalan ke Bali setelah ibu selesai operasi, tapi itu semua sirna karena ternyata keadaan ibu bertambah parah dan aku pernah marah sama ibu, karena ibu, aku tidak bisa jalan jalan. Aku menyesali itu Ayu, ternyata ibu akan pergi selamanya, tapi sekarang aku bahagia karena aku sudah menyusul ibu meskipun tidak pernah bertemu di alam ini” cerita Rara.

“Keluargamu enak yah, sangat harmonis tidak seperti keluargaku yang tidak menginginkan anak sepertiku” jawabku.

“Ayu, kau harus bisa mengetuk hati ibumu, sebelum semuanya berakhir begitu saja” ujarnya.

“Iya, sampai kapanpun aku tidak akan membenci ibu”

....

Aku terbangun dari mimpiku bersama Rara, aku terkejut saat tepat di depanku ada Aji Sakti, dia terlihat murung.

“Ada apa?” tanyaku.

“Ayu, sekarang kau sudah besar dan kau sudah bisa membedakan mana hantu dan mana manusia, kau harus lebih belajar mengendalikan dirimu sendiri sekarang,” jawabnya.

“Maksud kamu apa? Aku tidak tau”

“Kau akan tau dengan sendirinya nanti, sekarang aku dan Rara hanya tidak akan lagi tepat disampingmu terus” jelasnya.

“Maksudnya?..”

Belum sempat kuselesaikan pertanyaanku, dia menghilang.
Aku berlari keluar kamar untuk menemui kak Hellen dan kuceritakan semua yang mereka katakan.

“Mereka akan pergi ke alam mereka yang sebernarnya, itu berarti mereka sudah tidak bergentayangan lagi” jelas kak Hellen.

“Maksud kak Hellen mereka pergi, mereka tidak bisa bersamaku lagi?” tanyaku.

“Iya Ayu, mereka sudah menemui waktu mereka yang sudah saatnya untuk pulang kau harus tau itu” ujar kak Hellen.

“Itu berarti, Rara dan Aji tidak akan bisa kupanggil lagi? Iya Kak?” tangisku.

“Iya, kau harus sadar dulu mereka hadir dikehidupanmu bukan untuk hidup bersama selamanya, kalian sudah berbeda..” ujar kak Hellen.

Aku berlari menuju kamar, aku tidak percaya sahabatku sekarang telah menghilang pergi untuk selamanya, aku sadar meskipun mereka bukan manusia tapi mereka selalu membantuku dalam setiap kondisi.

Rara...kemana pergi..
Aji Sakti..kalian sembunyi dimana..
Ku memanggilmu lewat batin kita..
Hadirlah sekarang aku membutuhkan..

Kupejamkan mataku dan kubuka..
Memastikan ini bukanlah mimpi..
Dalam nafas kuselipkan harapanku..
Kau selalu ada untukku..

Bisakah kalian dengar gaduh jiwaku..
Selalu berharap kau baik baik saja..
Ku menangis meneteskan air mata..
Memanggilmu..dan hanya untukmu..

~Sahabat kecilku~

Semuanya percuma, zonk tidak ada siapapun yang datang.

“Ayu, sudahlah jangan menangis terus, kau bisa bertemu dengan mereka lewat mimpi” ucap kak Hellen.

“Kak, teman teman kecil Ayu pergi tinggalkan Ayu Kak, Ayu tidak mau, lebih baik Ayu yang ikut ke alam mereka selamanya..” rintihku.

“Ayu, kamu tidak boleh bicara seperti itu, sekarang kau istirahat saja” ujarnya.

Aku memilih untuk tidur siang dengan harapan akan bermimpi bertemu teman kecilku.

....

“Ayu, ayo kita main ayunan sambil menunggu orang yang jual es krim datang” ujar Rara.

“Oke ayo tapi aku cuma punya uang sedikit tapi bisa kok buat beli es krim nanti kita makannya bersama yah” jawabku.

“Yah Ayu, nanti aku dapatnya sedikit dong karna pasti Rara yang dapat banyak, kan dia suka yang manis manis” ujar Aji.

“Tidak kalian jangan berantem ayo dorong aku ayunan, nanti kebagian es krim semua kok” jawabku.

“Itu es krim datang, cepat Ayu sana kamu yang beli” pinta Rara.

“Kalian tunggu yah”

Aku menghabiskan waktu seharian ini dengan makan es krim bersama mereka. Ketika senja tiba, mereka pamit pulang.

“Ayu, terimakasih yah selama ini cuma kamu yang mau berteman sama kami, dan kau selalu menuruti permintaan kami, tapi maaf Ayu, kami tidak bisa bersamamu lagi sekarang karna kami akan pindah rumah bersama keluarga kami jauh dari kota ini, jaga dirimu baik-baik Ayu dan jangan bosan membaca syair yang kuajari kepadamu untuk selalu mengingat kami, kami pamit dulu terimakasih Ayu..” pesan 'mereka'

Tak kulihat mereka lagi setelah mereka keluar pintu gerbang rumahku, langkahku terhenti tak bisa mengejar mereka, mulutku terkunci tak dapat membalas perkataan mereka hanya isak tangis air mata yang jatuh dipipiku.
Tiba-tiba semuanya menjadi gelap.

Kubuka mataku ternyata aku terbangun dari tidurku dan itu semua hanya mimpi, mereka berpamitan denganku lewat mimpi. Mimpi sebuah momen saat kita bersama dulu.
Sekarang aku sudah tidak punya ayah, ibu, bahkan sahabat kecilku. Entah apa yang akan kulakukan setelah ini.

Teman Tak Kasat MataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang