18. Mama Kembali

2.1K 133 11
                                    

Setelah ayahku mengakui kesalahannya, aku tidak lagi tinggal bersama kak Hellen, melainkan tinggal bersama ayah dan saudaraku Yunita. Namun kebersamaan ini belum terasa lengkap bagiku tanpa adanya seorang ibu dalam keluarga. Ayah tidak tau bahwa sekarang ibu menikah lagi. Aku menjelaskan semuanya pada ayah dan ayah berniat ingin menemui ibu.

“Ayah yakin ingin bertemu mama ?”

“Yakin Ayu, mama harus sadar akan kewajibannya sebagai seorang ibu.” jawaban Ayah membuatku tersenyum.

Aku memeluk ayah atas rasa banggaku padanya “Terima kasih Ayah”

Namun aku teringat akan hal yang sangat penting bagiku.
“Kenapa disaat keluargaku akan bersatu, tapi teman tak kasat mataku malah menghilang..” gerutu hatiku.

Aku benar benar belum bisa melupakan 'mereka'. Lamunan masa lalu merasuki fikiranku hingga tanpa sadar air mata menetes.

“Ayu, kenapa kamu menangis ?” Ayah bertanya padaku.

“Ayu teringat dengan teman baik Ayu yang sekarang telah menghilang Ayah..”

“Menghilang kemana ? Kenapa tidak kamu hubungi ?” Ayah tidak tau kalau 'mereka' yang aku rindukan bukanlah manusia.

“Ayah, 'mereka' bukan manusia”

“Maksud kamu ?”

“Ayah, Ayu mempunyai teman hantu yang baik tapi sekarang 'mereka' sudah pergi..”

“Oh begitu, mungkin 'mereka' sudah tenang disana. Kamu jangan sedih, relakan kepergiannya.”

“Iya Ayah, Ayu akan berusaha merelakannya agar 'mereka' tenang”

“Sekarang kita ke rumah mama yah”

“Baik Ayah”

Aku dan ayah pergi ke rumah mama. Hari ini Yunita tidak bisa ikut dengan kami karena dia ada les tambahan disekolahnya.

Sampai didepan rumah mama, terlihat dedaunan kering berhamburan di halaman depan.
Rumah ini begitu kumuh seperti tak berpenghuni.

“Ayah, kenapa rumah ini terlihat berbeda ?”

“Ayah juga tidak tau Ayu”

Aku melihat sosok nenek yang berdiri di tepi pintu rumahku. Aku memberanikan diri menghampirinya.

“Kamu siapa ? Ada apa dengan rumah mama ?”

“Rumah ini sudah bukan milik ibu kamu lagi, sekarang dia sudah diusir oleh suaminya” jelas nenek itu.

“Lalu dimana mama ?”

“Dia tinggal di jalan cempaka dan kondisinya sangat stres Nak,”

Setelah tau penjelasan sosok nenek tersebut, aku kembali menjelaskannya pada ayah.

“Ayah, cepat kita pergi ke jalan cempaka” aku menggandeng tangan ayah.

“Ayu ada apa ? Kenapa buru-buru ?” ayah terlihat bingung melihatku yang cemas.

“Nanti Ayu jelaskan Yah,”

Aku dan ayah menuju jalan cempaka. Sepanjang jalan, aku menjelaskan pada ayah tentang apa yang terjadi dengan mama.

“Ayah, itu mama” aku menunjuk wanita di depanku yang tengah mengambil beberapa botol aqua dalam tempat sampah.

Aku dan ayah berlari menghampirinya, dia tampak terkejut melihat kami.

“Ma..ma..” ucapku gugup menahan air mata yang mulai menetes.

“Ayu..” sahut mama yang juga berlinang air mata.

Aku ingin memeluk mama, namun ayah menahanku.
“Jangan Ayu!”

“Kenapa Yah ?” aku tak tau maksud ayah.

“Mas, maafkan aku..” mama menangis  dan berlutut dikaki ayah.

“Tega sekali kamu menelantarkan Ayu” seru ayah.

“Aku benar benar menyesal Mas, maafkan aku” rengek mama.

“Ayah, Ayu mohon maafkan mama..” aku tak tega melihat kondisi mama sekarang.

“Ayu, maafkan mama sayang..” ucap mama padaku.

“Mama tidak bersalah Mah..” aku membangunkan mama yang berlutut dikakiku.

“Kalau Ayah tidak memaafkan mama berarti Ayah tidak sayang sama Ayu. Ayah bilang ingin menyatukan keluarga kita, tapi kenapa Ayah tidak memaafkan mama ? Allah saja Maha Pemaaf Yah..”

“Sungguh berhati mulia kamu Ayu, lihat anakmu! yang masih menyayangimu meski kau tak pernah menyayanginya”

“Iya aku memang salah, kalianlah yang bisa kuharapkan..maafkan aku”

“Ayah, maafkan mama yah demi Ayu..”

“Baiklah Ayu, ayah memaafkan dia”

“Terima kasih Ayah..” kami bertiga berpelukan.

Aku senang sekarang mama sudah mengakuiku anaknya lagi.

Teman Tak Kasat MataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang