27. Rasuki Tubuhnya

1.9K 112 3
                                    

Aku pulang ke rumah. Sampai di rumah, terlihat sepi. Mungkin ayah belum pulang. Tapikan ada mama dan kak Yunita. Aku masuk kamarku. Terpampang sebuah kertas dipintu kamarku yang bertuliskan "Aku dan mama menyusul ayah bekerja di rumah sakit. Nanti malam juga pulang. Kamu tidak apa apa kan sendirian di rumah ?"
Ini pasti tulisannya kak Yunita.
Aku masuk kamar. Aku teringat akan teman baruku di rumah ini.

“Eddeline..” aku memanggilnya.

Tapi tidak ada siapapun. Biasanya dia suka bermain dikamarku. Aku mencari Eddeline. Namun tak ada.

“Dor!!!” kejut Eddeline yang mendadak muncul dibelakangku.

“Eddeline kamu bikin aku kaget aja” jawabku ngos-ngosan.

“Hihihi takut yah..”

“Enggalah”

...

Malam telah tiba. Aku menuju ruang keluarga sambil menunggu yang lainnya pulang. Karena aku takut sendirian di loteng. Tak lama kemudian, mereka pulang.

“Ayu...” teriak kak Yunita.

“Hem.. Kurang lama kalian perginya” aku sedikit kesal ditinggal sendirian.

“Anak ayah merajut nih..” sahut ayah.

“Oh ya bagaimana dengan sekolah baru kalian ? Apa kalian betah ?” tanya mama.

“Mah, Yuni betah sekali. Karena banyak cowo ganteng Mah, banyak juga teman-teman yang suka sama Yuni karena Yuni berasal dari kota” beruntun cerita kak Yunita.

“Wah, kalau kamu Ayu ?” tanya mama padaku.

Aku hanya mengangguk.

“Mah, kalau Ayu pasti melihat sesuatu yang berbeda di sekolah itu. Bukan hanya manusia tapi juga hantu.” cemplong kak Yunita.

“Ayu, tapi kamu kuat kan ?” mama terus bertanya padaku.

Aku hanya mengangguk dan langsung menuju kamarku.
Jujur aku tidak suka menceritakan apa yang telah aku alami selain pada kak Hellen. Meskipun orangtuaku mengetahui kalau aku mampu melihat hantu.

“Eddeline, besok kamu ikut aku ke sekolah yah” ajakku pada Eddeline.

“Hem.. Yayaya..”

...

SMP Negeri Samarinda. Ini sekolah baruku. Sekolah yang dulunya sudah ada sejak zaman penjajahan. Bangunannya pun masih berbau masa Belanda hanya saja sudah banyak yang direnovasi. Wajar sekali jika aku melihat banyak anak kecil Netherland disini. Tapi mereka tidaklah mengganggu. Mereka mempunyai urusannya masing-masing.

“Yunita, bareng yuk!” teriak teman kak Yunita.

“Ayo. Eh Ayu, aku sama temanku dulu yah” ucap kak Yunita.

Ternyata kak Yunita menjadi populer disini. Aku berjalan sendiri menuju koridor sekolah. Terlihat didepanku Tara dan genknya.

“Ayu, jadi gimana ?” tanya Tara padaku.

“Gimana apanya ?” aku tidak mengerti maksudnya.

“Tawaran kita. Kamu mau tidak bergabung dengan genk kita ?”

“Maaf Tara, aku sekolah bukan ingin bergenk. Aku ingin menuntut ilmu.” jelasku.

“Oh” singkat jawaban mereka dan langsung pergi.

Saat aku masuk ruang kelas, aku melihat Yolanda sedang dikelilingi oleh genknya Tara.

“Yolan..” sapaanku mengagetkan mereka sehingga mereka pergi.

“Tara dan lainnya ngapain ?” tanyaku pada Yolan.

Yolan hanya menggeleng. Aku yakin dia menutupinya.

“Yolan, siswi itu bernama Sandra ?”

“Kamu tau darimana ?”

“Dia memberitahuku. Hari ini aku menyuruhnya untuk masuk dalam tubuh Karla, salah satu genknya Tara”

“Untuk apa ?”

“Karena mereka juga terlibat atas kematian Sandra”

“Hah ?”

“Ceritanya panjang. Akan kujelaskan padamu nanti”

Pelajaran dimulai. Aku tak fokus terhadap pelajaran. Aku memanggil arwah Sandra untuk masuk dalam tubuh Karla sekarang. Eddeline juga ikut membantuku. Dia membantu Sandra untuk merasuki Karla.

“Aduh kok punggungku panas banget yah” rengek Karla.

“Kamu kenapa ?” tanya Tara.

“Nggak tau, panas dingin gini.. Pusing juga”

Tak lama kemudian Karla pingsan. Semua panik. Akhirnya Sandra berhasil merasuki Karla.
Karla menjerit dan dibawa ke UKS. Aku dan Yolanda mengikutinya di belakang.

“Ayu, kenapa kamu bisa membuat seseorang kerasukan ?” tanya Yolanda tak begitu yakin dengan yang terjadi.

“Aku ingin penderitaanmu selesai Yolan..”

Semua warga sekolah keluar untuk melihat siapa yang kerasukan.
Kak Yunita menemuiku.
“Ayu, aku kira kamu yang kerasukan”

“Bukan Kak..”

Aku dan Yolan menuju UKS.

“Ayu kamu mau kemana ?” tanya kak Yunita.

“Ada yang harus Ayu beresin Kak”

Ruang UKS. Karla terus menangis. Sementara salah satu guru bertanya.
“Dengan siapa ini ?”

Namun Sandra nampaknya belum bisa berbicara menggunakan tubuh Karla.

“Permisi Pak, boleh saya membantu dia berbicara ?” aku menawarkan diri.

“Oh iya silakan”

Aku memegang leher Karla agar Sandra bisa menjelaskan semuanya.
“Silakan bercerita”

“Ja..ngan.. Saki..ti..di..a..(menunjuk Yolanda)” ucapnya terpotong-potong.

“Ini dengan siapa ?” tanya guru.

“Sandra”

“Sandra ? Ada apa Nak ?”

“Ini semua fitnah. Ayah dia tidak bersalah. Aku meninggal karena penyakitku kambuh. Namun Tara dan teman-temannya juga terlibat. Mereka yang menaruh bukuku di rak paling atas dan mereka juga yang menaruh minyak diatas meja sehingga aku terpeleset. Ayah Yolanda sama sekali tidak bersalah. Tolong jangan bully dia lagi. Yang seharusnya dibully adalah Tara dan genknya. Aku tidak bisa tenang karena semua yang menimpaku salah faham.” jelas Sandra.

“Baiklah Sandra kami pihak sekolah meminta maaf. Pergilah dengan tenang.”

“Jangan minta maaf pada saya. Minta maaflah pada Yolanda. Dia telah menderita.”

“Yolan, kami pihak sekolah meminta maaf padamu dan ayahmu yah..”

Yolan menangis dipelukanku. Sementara Tara menghindar kabur. Dia bingung apa yang harus dilakukannya.

Perlahan Sandra keluar dari tubuh Karla.

Teman Tak Kasat MataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang