Part 11

6.5K 485 372
                                    


***

Keadaan rumah malam ini jadi semakin ramai karena raja dan ratu sudah pulang. Kehebohan tak terelakkan. Di depan TV sang Papa dan Joa sedang bermain PS, di samping Papa ada Mama yang menjadi tim hore untuk suaminya. Sementara di samping Joa, ada Charisa yang mendukung kembarannya itu. Iky sih netral makanya duduk di sofa memperhatikan empat orang itu. Sedangkan Anneth, dengan tenang melakukan kegiatan biasanya, membaca novel.

"Gol!!!" Teriak Charisa heboh saat Joa berhasil memasukkan bola ke gawang.

"Ihhh Papa, kok bisa kalah! Mama jadi kalah taruhan sama Ucha." Mama memukul bahu Papa, tidak kuat namun malah terkesan manja.

"Namanya udah lama nggak main, Ma. Lagian Mama sih, udah tahu kalau Papa sering kalah sama Joa masih aja dukung Papa."

"Mama itu istri setia, jadi apapun keadaannya harus di samping Papa terus." Mama menyenderkan kepalanya ke bahu Papa.

"Ini orang tua nggak tahu tempat. Masih ada anak-anak di sini!" Ujar Iky.

"Bilang aja kamu iri karena Nashwa nggak di sini. Makanya buruan nikah sana!" Kata Papa.

"Kalau Ucha yang nikah gimana, Pa?" Tanya Charisa.

"Hah!" Papa memasang wajah terkejutnya.

"Nilai aja masih sering anjlok udah mikirin nikah." Cibir Mama membuat Charisa cengengesan.

"Tau nih, Ucha. Mau nikah sama siapa sih lo? Kayak ada yang mau aja." Ujar Joa.

"Jangan salah, Jo! Anak papa satu ini banyak yang mau. Memangnya kamu? Dari dulu nggak ada laki-laki yang berani dekati kamu." Sindir Papa.

"Wahhh, Papa jangan remehin Joa! Papa nggak tau aja dia punya pengagum rahasia. Tiap hari dikirimin makanan terus." Ucap Iky.

Mendengar itu Mama menatap Joa dengan pandangan tak percaya namun sedetik kemudian wajahnya seperti ingin menangis bahagia.

"Akhirnya Joa ada yang suka juga. Harus buat sukuran ini di rumah." Ucap Mama heboh.

Joa mendengus, "Mulai lebay-nya!" Dia pun beranjak duduk di antara Iky dan Anneth yang sedari tenang dan tampak tak terganggu dengan kericuhan yang keluarganya buat.

"Terus udah tahu siapa orangnya? Bawa ke rumah, Jo!" Tanya Papa.

"Belum tahu. Semalam yang kepergok malah suruhannya. Kalau udah punya suruhan gitu berarti orang kaya, Pa." Malah Charisa yang menjawab. "Calon mantu Papa orang kaya nih." Lanjutnya.

"Nggak penting yang kaya. Yang penting bisa bahagiakan kalian." Ucap Papa bijak.

"Papaaaa, so sweet banget sih! Ucha mau peluk." Charisa siap ingin memeluk Papanya namun sang Mama langsung menghalangi Charisa.

"Nggak ada peluk-peluk ya Ucha. Papa cuma boleh di peluk sama Mama."

Charisa cemberut, "Dikit aja, Ma!"

"No!" Mama menggerakkan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri.

"Udah, peluk dua-duanya nih biar adil!" Ucap Papa menengahi sebelum Charisa si manja menangis. Ia memeluk kedua orang yang disayanginya itu.

"Ishhh Papa nggak asik, padahal Mama mau buat Ucha nangis." Rajuk Mama.

"Suka banget sih ngisengin anak sendiri." Papa menjawil hidung Mama.

"Apalah daya aku anak yang tak dianggap. Boro-boro dipeluk, selalu disalahkan." Keluh Iky.

"Sini, aku aja yang peluk!" Joa langsung memeluk Iky. Iky awalnya merasa terharu Joa tiba-tiba sebaik ini, tapi saat mendengar suara ingus yang dikeluarkan Iky langsung menjerit.

FEBYAN'S FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang